“Nanti kujelaskan ke Ibu. Ibu pasti paham.”
“Aku juga tidak enak makan saja. Tidak pernah masak.”
“Terus?”
“Ya Abang cari solusi.”
Solusi? Ah, itu yang membuat Wanto pusing. Baginya itu ibarat buah simalakama dari kedua Wanita yang bersinggungan. Sulit mencari keadilan atau tidak ada yang merasa dirugikan bagi kedua Wanita yang ia hormati itu. Ia harus patuh pada Ibunya, jika tidak durhaka akan menimpa. Selain itu ia juga tidak bisa dipungkiri sangat mencintai istrinya. Siapa yang harus dikorbankan?
“Sabar. Badai pasti berlalu.”
“Sabar kata abang? Terus sampai kapan Ibu merasa tidak enak? Abang gak kasihan?”
Serentetan pertanyaan Maimunah menambah keruh sungai yang sedang tercemar.
“Terus bagaimana menurutmu?”
“Aku ingin segera Jawe3 bang?”
“Hah! Jawe?”