Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Seorang Muslim Bermain Medsos

29 Maret 2023   12:40 Diperbarui: 29 Maret 2023   12:42 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi seorang muslim sedang bermedsos ria (sumber foto: Marie / Pixabay)

Dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim menjalani berbagai aktivitas. Termasuk bagian dari kegiatan muslim sehari-hari adalah bermedia sosial.

Media sosial atau medsos dalam kacamata muslim adalah sarana bersilaturahim kekinian yang lebih mudah dan praktis. Bandingkan dengan cara bersilaturahim di era Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam di jaman dulu yang harus dilakukan dengan berjalan kaki atau menunggang kuda/unta.

Setelah ratusan tahun, cara bersilaturahim dengan orang lain di tempt yang jauh dilakukan lewat surat-menyurat atau pun kartu pos. Ketika orang mengenal internet atau 1400an tahun setelah masa Rasulullah, orang menggunakan email atau aplikasi chatting untuk bersilaturahim dengan orang lain.

Internet semakin berkembang dan berkembang, kini seorang muslim bisa melakukan silaturahim dengan muslim lainnya lewat medsos. Melalui platform tersebut, seseorang bisa berinteraksi secara instan dengan satu atau lebih dari satu orang sekaligus (lewat fitur grup). Fitur-fiturnya memungkinkan untuk membagikan doa harian, kata-kata mutiara Islami, hadist-hadist yang bermanfaat hingga video kajian Islam.

Jaringan muamalah antar muslim bisa dari lingkungan tempat tinggal misalnya grup Whatsapp (WAG) masjid kompleks, pengajian bapak-bapak atau pun pengajian ibu-ibu di level RT dan RW. Jaringan muamalah bisa lebih luas, misalnya jaringan pertemanan antara jamaah masjid kompleks satu dengan kompleks lainnya.

Ada sebuah hadist dari Rasulullah mengenai pentingnya silaturahim yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim sebagai berikut: 

"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim." (Sumber: NU.or.id).

Kita bisa menyerap sebuah pesan bahwa apabila seseorang memiliki jaringan pertemanan yang luas, maka akan semakin banyak peluang-peluang yang terbuka dalam rangka menjemput rezeki. Termasuk dalam hal ini menjalin silaturahim menggunakan medsos.

Medsos menyatukan sanak famili dan orang-orang sefrekuensi

Bersilaturahim di jaman sekarang sudah jauh berbeda dengan di masa lalu. Di masa kini ada sejumlah pilihan saluran untuk menyapa sanak famili atau pun sahabat karib lewat perangkat teknologi.

Band musik RAN pernah membuat lagu keren yang liriknya begini: "jauh di mata, namun dekat di hati..." Siapa yang tidak kenal dengan lagu itu? Kalau ada yang belum tahu silakan ke YouTube atau Spotify, judul lagunya "Dekat di Hati".

Lewat medsos, seseorang bisa bertemu dengan keluarga dan handai tolan tanpa harus pergi jauh. Meski tidak bertemu secara fisik, paling penting adalah makna silaturahim itu sendiri.

Menyapa paman atau pun sepupu yang tinggal di luar kota atau pulau bisa dilakukan ketika lunch break kantor, via panggilan telepon atau pun video. Mengobrol dengan sahabat yang tinggal di luar negeri juga bisa dilakukan di rumah sambil duduk manis di sofa.

Medsos juga memiliki fitur grup guna memberi wadah bagi orang-orang yang sefrekuensi untuk bertukar pikiran. Mereka bisa berasal dari mana saja, pria-wanita, tua-muda, dan sebagainya. Grup pertemanan yang seusia mungkin grup alumni sekolah atau kampus satu angkatan.  

Terkait dengan hadist Rasulullah mengenai pentingnya silaturahim di bagian awal tulisan ini, grup media sosial bisa membuka peluang-peluang rezeki. Seorang member suatu grup medsos hobi yang sehari-hari berdagang kue tradisional misalnya, ada kemungkinan akan bertemu dengan penggemar berat kue tersebut di sebuah acara kopi darat.

Seorang member grup medsos tentang rumah dan arsitektur yang sehari-hari membuat hiasan bunga kering bertemu dengan pelanggan tetapnya setelah ia kerap membagikan foto-foto karyanya. Atau sebagaimana yang dilakukan oleh salah seorang teman saya yang cukup rajin membagikan kabar tentang aneka usahanya di sebuah WAG yang saya ikuti.

Netiket bermedsos bagi muslim

Sebagaimana perilaku seorang muslim sehari-hari, dalam bermedsos juga ada etiket. Etiket ini kalau dalam kacamata Islam mungkin adab. Dalam konteks medsos, para member forum diskusi di grup medsos harus paham tentang etiket di ranah internet atau netiket.

Seorang muslim yang paham netiket akan menyapa orang lain dengan cara yang baik dan santun terlepas dari profil para member. Ia juga tidak akan memanggil member grup lain dengan sebutan yang bikin kuping panas sebagaimana yang sekarang ini kerap kita jumpai, misalnya "Njing" atau "Nyet".

Medsos juga bukan tempat meluapkan amarah. Kita kerap menjumpai orang-orang semacam itu, bukan? Segala caci-maki dan sumpah serapah, belum kata-kata sekebun binatang terlontar di sana, membuat suasana diskusi di medsos menjadi tidak nyaman.

Padahal Islam mengajarkan untuk sabar, baik yang tersurat di dalam kitab suci Al-Qur'an maupun hadist Rasulullah. Ada beberapa surat di dalam Al-Qur'an yang memerintahkan para muslimin untuk mengutamakan sabar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di sini ketika berinteraksi di medsos.

Laman Muhammadiyah membahas tentang sabar dengan sejumlah kutipan ayat-ayat Al-Qur'an yang relevan. Salah satu surat yang membahas tentang keutamaan sabar adalah surat Al-Kahfi (QS 18:28) dengan terjemahan sebagai berikut:

"Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya."

Lalu dipetik dari laman yang sama, surat lainnya yang mengutamakan sabar adalah surat An-Nahl (QS 16:126) dengan terjemahan sebagai berikut:

"Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar."

Warganet muslim yang memahami ayat dan hadist tersebut pasti akan berpikir dua kali sebelum meluapkan emosinya di medsos. Marah dan jengkel memang manusiawi, akan tetapi berpikir sebelum bertindak itu jauh lebih baik.  

Waspada dengan kabar dusta dan gosip

Karena medsos bersifat terbuka, maka segala konten atau informasi masuk di gawai kita. Termasuk mungkin kabar dusta alias hoax.

Mungkin kita pernah memercayai dan meyakini sebuah informasi yang sebenarnya adalah hoax, lalu meneruskannya ke grup medsos lainnya. Dari situ, kabar tersebut pun diteruskan lagi grup medsos lainnya hingga akhirnya viral.

Seperti yang terjadi beberapa minggu lalu, sebuah foto jasad seorang anak yang dinarasikan sebagai korban penculikan dimana semua organ dalamnya hilang. Foto itu juga memuat informasi bahwa sang anak merupakan warga kota Depok, Jawa Barat.

Kabar viral itu sukses membuat resah warga. Isu tentang adanya sindikat jual-beli organ manusia di balik penculikan anak turut memperkeruh suasana.

Setelah viral, pihak Kominfo memberikan pernyataan bahwa foto itu adalah hoax. Foto hoax yang sama ternyata juga pernah beredar di tahun 2018 lalu. (sumber: Kominfo RI)

Muslim yang paham dengan fenomena tersebut akan berpikir masak-masak sebelum membagikan sebuah konten. Dipetik dari laman NU.or.id, ada sebuah firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 6 (QS 49:6) yang terjemahannya sebagai berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Kemudian dalam surat Al-Isra' ayat 36 (QS 17:36), Allah juga berfirman yang terjemahannya sebagai berikut:

"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya."

Firman tersebut cukup menjelaskan mengenai fenomena hoax di sekitar kita. Ketika sebuah informasi tentang sebuah isu tertentu masuk ke gawai kita, maka seorang muslim yang paham akan terlebih dahulu mengecek kebenarannya.

Bahkan bila suatu isu ternyata benar, seseorang tidak berhak meneruskannya ke orang lain atau grup medsos lain. Terkadang suatu kabar mengandung aib seseorang yang harus ditutupi.

Dari laman yang sama, ada sebuah hadist dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh HR Muslim sebagai berikut:

"Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat."

Kita bukanlah manusia yang sempurna, tidak seperti Rasulullah yang sempurna dari segala sisi dan setiap waktu dalam hidupnya adalah ibadah. Terkadang kita memiliki aib atau pun masa lalu yang buruk yang sekuat mungkin kita tutupi. Nah, Allah akan menutupi aib kita selama kita juga menutupi aib seseorang.

Tahu waktu

Seorang muslim boleh saja bermedsos ria tapi juga mesti tahu waktu. Ketika tiba waktu sholat, gawai kita letakkan untuk sementara waktu atau kita matikan sekalian agar ibadah sholat tidak terdistraksi.

Begitu pula selama beraktivitas dengan keluarga di rumah, gawai atau pun medsos menjadi nomor kesekian. Waktu dan perhatian kita curahkan untuk family time bersama suami/istri dan anak-anak.

Selama jam kerja, seorang pegawai muslim hendaknya menghindari bermedsos ria. Karena bila ia melakukan itu selama jam kerja, itu berpotensi tidak amanah dengan akad kerja yang disepakati di hari pertama masuk kerja.

Dalam perjanjian kerja biasanya terdapat pasal tentang waktu kerja pegawai yang biasanya mencantumkan hari kerja, jam kerja dan jam istirahat. Apabila seorang pegawai bermedsos ria selama jam kerja hingga ia terlena dan tidak terasa dua jam sudah ia menatap gawainya, maka ia bisa tergolong tidak amanah.

Ada waktu istirahat yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk menyegarkan (refresh) dan mengisi ulang (recharge) energi kita sebelum bekerja kembali. Nah, kita bisa memanfaatkan waktu istirahat itu untuk bermedsos ria, bukannya memakai jam kerja.

Sepintas hal ini sepele tetapi bila terlalu sering kita lakukan, lama-lama kita akan melewatkan waktu sholat. Atau karena keasyikan bermedsos di kantor, pekerjaan jadi tertunda sehingga mempengaruhi produktivitas.

Hati-hati bila kita kerap bermedsos selama jam kerja, maka itu tidak ada bedanya dengan korupsi. Perilaku koruptif tidak selalu berkaitan dengan uang tapi juga waktu, dimana keduanya sama-sama perilaku yang tidak amanah.

Dikutip dari laman NU.or.id, Rasulullah pernah bersabda tentang pentingnya menjaga amanat sebagaimana diriwayatkan oleh HR Ahmad dan Abu Dawud yang terjemahannya sebagai berikut:

"Tunaikanlah amanat kepada orang yang mempercayakannya kepadamu, dan jangan khianati orang yang berkhianat kepadamu."

Jaga jarak, khususnya bagi yang sudah menikah

Istilah "jaga jarak" populer di masa pandemi COVID-19 untuk memperkecil kemungkinan terpaparnya virus tersebut. Nah, Istilah itu rasanya juga relatable dengan aktivitas para muslim ketika bermedsos ria.

Karena medsos bersifat terbuka, maka pria dan wanita dapat berinteraksi di dalamnya. Di dalam grup medsos, interaksi antar member terjadi secara spontan dimana setiap orang bebas melontarkan pendapat, membagikan kabar atau pun menanggapinya.

Namun interaksi diantara mereka sebatas topik yang dibahas dalam grup, tidak melenceng kemana-mana. Biasanya ada peraturan tertentu bila menjadi member, bila melanggar langsung ditendang. 

Juga tidak menyinggung tentang ranah pribadi apalagi bila masing-masing pihak telah berkeluarga. Member grup medsos harus memahami mengenai batasan-batasan ini. 

Termasuk tidak menghubungi member pria atau wanita yang telah menikah secara personal atau japri. Karena tindakan itu berpotensi merusak mahligai pernikahan seseorang yang telah terjalin selama bertahun-tahun lamanya.

Sudah banyak cerita tentang perselingkuhan yang terjadi lewat medsos. Awalnya interaksi biasa, lalu saling mengutarakan pendapat dan saling sepakat satu sama lain alias saling cocok, dan seterusnya dan seterusnya hingga akhirnya saling berinteraksi di kanal japri.

Interaksi japri semakin intens, lanjut janjian di kafe atau restoran. Satu kali, dua kali bertemu, lama-lama merasa ada ketertarikan, sampai-sampai mereka rela berbohong pada pasangan masing-masing. Meeting sampai malem lah, outing luar kota lah, ee... ternyata malah berbuat zina.

Kabar tentang itu kerap berseliweran di medsos silakan bisa ditelusuri sendiri. Bahkan ada orang yang menjalin hubungan terlarang dengan dengan beberapa orang yang berbeda padahal ia telah menikah secara sah. Ckckckck...

Di-copas dari laman Muhammadiyah.or.id, ada sebuah hadist Rasulullah yang cukup terkenal yang diriwayatkan oleh HR at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban yang terjemahannya sebagai berikut:

"Rasulullah -Shallallahu 'alayhi wa sallam- bersabda: 'Ingatlah, janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan melainkan setan adalah pihak ketiga mereka'."

Lebih lanjut, apabila hubungan perselingkuhan menjadi lebih dekat hingga berbuat zina, maka sabda Rasulullah berikut ini perlu kita simak baik-baik. Sebagaimana diriwayatkan oleh HR.Ahmad dan Ibnu Hiban, yang dikutip dari laman Suara Muhammadiyah, Rasulullah bersabda dengan terjemahan sebagai berikut:

"Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik daripada menuangkan setetes mani oleh seorang laki-laki kepada kemaluan perempuan yang tidak halal baginya."

Lebih lanjut, apabila perbuatan selingkuh itu kelewat batas dimana seorang suami/istri sampai menelantarkan pasangannya dan anak-anaknya, ada sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh HR. Abu Daud no.1692 (catatan: Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih, dan disetujui oleh Adz Dzahabi), yang dikutip dari laman Muslim.or.id) dengan terjemahan sebagai berikut:

"Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya."

Itu belum termasuk resiko terhadap kesehatan akibat sering berselingkuh hingga melakukan zina, mulai dari penyakit kelamin (sifilis, klamidia dan gonore, dll), herpes genital, kandidiasis, hepatitis, hingga yang paling berbahaya yaitu HIV/AIDS dan kanker serviks. Beberapa dari penyakit-penyakit itu termasuk penyakit menular yang bisa menular ke suami/istri sah dan bahkan ke anak-anak.

Maka dari itu, sejak awal bergabung di grup medsos, seseorang mesti paham pentingnya makna "menjaga jarak" dan fokus pada topik yang dibahas di medsos grup saja. Kalau memang harus japri, sebatas pertanyaan lebih jauh tentang, misalnya, produk atau jasa yang ditawarkan oleh seorang member grup.

Demikian, semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama di bulan Ramadhan ini agar kita bisa menjadi muslim yang lebih baik lagi. Aamiin.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun