Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Memahami Gangguan Kepribadian Ganda Melalui Film "Split"

21 September 2022   20:53 Diperbarui: 1 Oktober 2022   19:10 3506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan dalam film "Split" (2017) yang diperankan oleh James McAvoy. Sumber: Kompas.com 

Nah, kabar tentang tewasnya ayah Kevin membuat ibu Kevin mengalami gangguan ketidakstabilan mental. Sang ibu yang ternyata menderita obsessive compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif itu memiliki perangai kasar dan itu sangat membekas dalam memori Kevin.

Minus peran orang tua, Kevin tumbuh dengan penyakit yang sebelas dua belas dengan ibunya, tapi dengan gangguan yang lebih parah lagi. Ia bisa menjadi sosok manusia pada umumnya, tetapi di lain hari menjelma menjadi iblis yang bengis. Nah, Kevin memiliki kemampuan untuk mengontrol semua kepribadiannya lewat kepribadiannya yang lain, Barry.

DID adalah kesurupan?

Menurut artikel DID dari National Library of Medicine, gangguan DID memiliki beberapa sebutan misalnya "outer world possession" dan "possession by demons" yang bisa diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai... kesurupan. Tetapi dalam konteks Indonesia, sebutan kesurupan untuk penderita DID rasanya kurang tepat. Orang-orang yang mengalami kesurupan, sejauh yang saya baca di media massa, mengalami kejang-kejang, berteriak tidak jelas, kadang menyebut dirinya sebagai sosok lain, hingga membuat tubuh 'inangnya' terkulai lemas atau pun pingsan.

Ketika seseorang mengalami kesurupan, maka orang-orang di sekitarnya melakukan sesuatu misalnya membacakan doa-doa atau melakukan ruqyah. Tujuannya untuk mengusir roh jahat yang 'hinggap' di tubuh seseorang yang tiba-tiba kesurupan.

Ini mengingatkan kita dengan film "The Exorcist" (1973) dan "Constantine" (2005), dimana karakter protagonisnya melakukan tindakan tertentu untuk mengusir roh jahat yang bersemayam dalam diri manusia yang menjadi korbannya. Kalau di film "The Exorcist", metodenya dengan membacakan ayat-ayat dalam Alkitab, memperlihatkan kayu salib, menyiram tubuh korban dengan air suci dan sebagainya. Metode ini juga kerap muncul di film-film horor lainnya tentang praktek exorcism.  

Dalam film "Constantine", selain merapal kata-kata atau mantra tertentu, metode pengusirannya juga menggunakan cermin lebar. Cermin tersebut digunakan untuk menjebak roh jahat yang merasuki manusia, lalu menghempaskannya hingga cermin pecah berkeping-keping. Ketika cermin hancur, maka roh jahat juga akan sirna.

Sebutan kesurupan dalam bahasa Inggris yang rasanya sesuai dengan kesurupan seperti yang dijelaskan di atas adalah "trance". Tetapi di ranah psikologi, ini merujuk pada dissociative trance disorder (DTD) atau gangguan trans disosiatif. Kaplan dalam artikel ilmiah Rachman dan Rahardjo memberikan pengertian trance adalah suatu perubahan status kesadaran dan menunjukkan penurunan responsivitas terhadap stimulus lingkungan.

Bukankah orang-orang yang kesurupan itu mengalami perubahan demikian? Biasanya perubahan itu muncul secara tiba-tiba. Padahal beberapa detik sebelumnya, seseorang yang kesurupan itu kondisinya baik-baik saja. Alhasil, orang-orang di sekitarnya merasa terkejut, tapi juga bingung, takut, sekaligus ngeri.

Dikutip di artikel yang sama, Hawari menjelaskan bahwa trance terjadi karena adanya reaksi kejiwaan yang disebut dengan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tekanan fisik maupun mental serta labilitas kepribadian.

Ilustrasi kepribadian ganda. (sumber: Clker-Free-Vector-Images/Pixabay)
Ilustrasi kepribadian ganda. (sumber: Clker-Free-Vector-Images/Pixabay)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun