Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga dan Gawai, Situasi Dilematis Keluarga Masa Kini

17 Oktober 2019   13:31 Diperbarui: 17 Oktober 2019   13:41 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Vulture.com)

Padahal dalam membentuk keluarga ada komitmen besar untuk menjaga kebersamaan dan keharmonisan. Bahkan bila Anda dan pasangan belum berputera, atau berputera satu, dua, tiga, empat dan seterusnya, menjaga kebersamaan dan keharmonisan rumah tangga adalah hal utama.

Ada banyak pilihan untuk memperkuat kebersamaan bersama keluarga. Akhir pekan sudah pasti. Bonus hari libur bisa dimanfaatkan, misalnya libur tanggal merah, libur hari raya, libur sekolah anak-anak dan lain-lain.

Kebersamaan dengan keluarga bisa dilakukan sesuai kesepakatan sang ayah dan ibu, atau bisa juga melibatkan anak-anak. Bentuknya bisa macam-macam, misalnya berwisata ke kota lain, makan bersama di sebuah kafe outdoor di tepi hutan, atau sekadar ngemal atau nonton film di bioskop.

Tentang menonton film di bioskop, saya ingin membagikan cerita menarik. Ketika sedang menonton film keluarga di bioskop, ada sebuah keluarga yang duduk persis di belakang kursi kami. Sang anak, dari suaranya sepertinya seusia SD, nampaknya punya karakter selalu ingin tahu. Ia selalu bertanya kepada ayahnya tentang adegan-adegan dalam film.

Pada awalnya, saya merasa terganggu dengan obrolan mereka di saat saya sedang fokus pada film. Tetapi lama-lama saya tidak merasa terganggu, malah penasaran dengan pertanyaan sang anak selanjutnya. Sang anak mencecar sang ayah dengan pertanyaan-pertanyaan tentang adegan film. Hebatnya, sang ayah dengan sabar menjelaskannya.

Alhasil kegiatan saya pun terbagi menjadi dua yaitu menonton film dan mendengarkan percakapan seorang ayah dengan anaknya. Menarik sekali mendengarkan obrolan mereka yang semuanya tentang adegan dalam film. Kadang kalau volume suara sang anak meninggi, ayahnya mengingatkannya dengan "ssshhh...!" dengan suara pelan.

Hal seperti ini rasanya jarang kita temui (maksud saya komunikasi antara ayah dan anak itu, bukan mengobrol dalam bioskop. Bagaimanapun, di dalam bioskop kita harus senantiasa menjaga ketenangan). Padahal anak yang banyak tanya itu justru salah satu ciri anak cerdas. Kita semua ingin anak-anak kita cerdas tetapi sering kita justru enggan menanggapi pertanyaan mereka.

Mungkin karena rasa penasaran anak-anak tidak terjawab, mereka pun memakai gawai sebagai pelarian. Parahnya, orang tua juga lebih memilih gawai biar anak-anak tidak mengoceh. Kalau sudah kecanduan gawai, baru orang tua bingung. Hmmm...

Tentang gawai yang dipakai sang anak, lagi-lagi orang tua punya peran sebagai filter informasi. Apalagi di tengah maraknya disinformasi dan konten yang tidak pantas yang rentan dikonsumsi oleh anak-anak. Jadi, orang tua juga menjadi content curator yang  memandu anak-anak menemukan informasi atau konten yang sesuai, bukannya membiarkan anak-anak bebas memilih konten.

Lagi-lagi perlu ada komunikasi, perlu percakapan antara orang tua dan anak tentang konten yang tepat buat mereka. Bila tidak ada komunikasi antara anak dan orang tua, jangan salahkan mereka jika suatu saat konten negatif menyasar mereka. Apalagi bila mereka sudah terikat pada konten tersebut, susah untuk mengarahkannya kembali.

Harta yang paling berharga adalah keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun