Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga dan Gawai, Situasi Dilematis Keluarga Masa Kini

17 Oktober 2019   13:31 Diperbarui: 17 Oktober 2019   13:41 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Vulture.com)

Nah, tulisan ini ingin membagikan beberapa hasil pengamatan singkat yang mungkin dapat menjadi cermin bagi kita, terutama yang sudah membentuk keluarga, juga sebagai pengingat agar lebih memperkuat tali hubungan antar anggota keluarga.

Suatu ketika, di sebuah food court sebuah mal megah, saya mengamati sebuah keluarga yang nampak harmonis sedang menikmati makan siang mereka . Mereka adalah ayah, ibu dan ketiga anaknya yang masih kecil. Anak tertuanya kira-kira seusia SD, anak kedua juga sama dan anak bungsunya sepertinya masih TK.

Sepintas mereka sedang menikmati kebersamaan. Tetapi setelah saya amati, ternyata mereka sedang fokus dengan gawai masing-masing. Sang ayah sibuk tap-tap layar, mungkin sedang mengetikkan sesuatu di media sosial. Sekali waktu ia menelepon atau ditelepon oleh seseorang.

Anak pertama memegang komputer tablet sibuk bermain gim kesukaannya.. Begitu pula dengan anak kedua juga memegang sebuah ponsel pintar, sedang memainkan gim, sepertinya balap mobil. Si bungsu ternyata juga tak mau kalah. Ia juga memegang ponsel pintar menonton film kartun di YouTube.

Apa yang dilakukan sang ibu? Ternyata ia mati gaya alias tidak memegang gawai apapun. Ia memandang ketiga anaknya yang sibuk dengan gawainya dengan muka masam. Kadang pandangannya menerawang suasana food court. Sesekali sang ibu menyuapi si bungsu.

Sang ayah terlihat sibuk tap-tap layar gawainya, kadang berbicara lewat sambungan telepon. Kadang ada obrolan singkat diantara mereka tetapi ternyata itu cuma selingan beberapa detik saja. Selebihnya ya sibuk dengan gawainya.

Menurut saya, bila satu keluarga sedang berkumpul bersama, seharusnya lebih banyak ngobrolnya daripada fokus pada gawai. Ngobrol yang utama, gawai selingan saja. Bukan dibalik seperti itu.

Di waktu lainnya, di sebuah food court lainnya, saya mengamati sebuah keluarga sepasang suami istri dan kedua anak mereka yang kira-kira seusia SD dan SMP. Kali ini yang fokus pada gawai adalah sang ayah. Sang ibu dan kedua anak mereka nampak menikmati makanan mereka sambil sesekali ngobrol. Sang ayah juga ngobrol, tetapi dengan orang lain lewat telepon.

Saya amati dari awal duduk hingga beranjak pergi dari meja, sang ayah ngobrol lewat telepon tanpa henti. Saya bertanya dalam hati, ayah macam apa ini? Apa tidak bisa menunda telepon sampai di rumah atau waktu lain yang tidak mengganggu kebersamaan dengan keluarganya? Atau matikan saja dering ponselnya untuk sementara waktu hingga perhatiannya sepenuhnya tercurahkan buat keluarganya di akhir pekan.

***

Mungkin Anda pernah menjumpai keluarga yang seperti itu, atau mungkin Anda dan keluarga Anda punya kebiasaan seperti itu, niat berkumpul untuk menjalin kebersamaan nyatanya masing-masing sibuk dengan gawainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun