Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Mereka dan Aku di Paris, Minsk, Kiev Dan Pripyat

16 Mei 2019   13:37 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandu tur kami adalah seorang pria berusia 40an tahun bernama Zach. Ia menjelaskan agenda kegiatan kami secara singkat. Sementara pengemudi mobil kami bernama Andrey. Usianya kurang lebih sama dengan usia Zach.

Kami duduk di baris kedua. Marc menggenggam erat tangan Daphne. Kepala Daphne ia sandarkan di dada Marc. Sesekali mereka berbicara sambil berbisik. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Sepertinya Daphne agak cemas dan Marc berusaha menenangkannya.

Aku menimang-nimang alat kecil mirip ponsel jadul berwarna kuning di tanganku. Alat itu adalah Geiger counter atau dosimeter untuk mendeteksi dan mengukur tingkat radioaktif selama perjalanan di Chernobyl nanti.

Kami berhenti sejenak untuk sekedar minum kopi atau teh. Aku mengambil secangkir kopi Americano dan dua wafel yang disiram dengan sirup rasa jeruk. Hmm.. nikmat sekali.. Marc memilih menu wafel dengan telur mata sapi. Sementara Daphne nampak kehilangan selera.

Setelah Marc menenangkannya, baru ia mau meminum secangkir teh hangat dan wafel tanpa sirup. Kami juga membeli tiga bungkus french fries untuk camilan di mobil.    

Kurang dari dua jam kami pun sampai di tempat yang sangat bersejarah itu. Cuaca cukup cerah dengan udara yang cukup sejuk.

Aku mengambil beberapa foto di sekitar checkpoint Dytyatky dan mengirimkannya ke Fina. Ia hanya menjawab "super!". Sudah, tidak ada kalimat lagi.

Aku membalasnya, Pripyat est un bel endroit.. Aku masih mengambil sejumlah foto dan mengirimkan kepadanya. Tetapi tidak ada respon lagi darinya. Mungkin ia sedang tenggelam dengan pekerjaannya...

Beberapa waktu kemudian, kami menyusuri desa Zalissya yang sunyi. Kosong. Tiada satu pun manusia di sana. Dulunya mereka ada. Tapi mereka harus bergegas pergi. Angan saya melayang membayangkan apa yang sedang terjadi. Dan tak terasa, waktu pun berhenti. Desa ini tidak akan pernah sama lagi. Sampai kini.. Sampai nanti...

Aku berusaha tidak memegang satu pun benda-benda. Bahkan memegang dahan atau ranting atau daun pun. Aku yakin permukaan benda-benda itu masih mengandung radiasi. Pemandu tur mengingatkan zat radioaktif akan berbahaya jika masuk ke dalam tubuhku melalui mulut.

Desa itu benar-benar sunyi. Hanya ada kicau burung yang nampaknya tidak cukup dekat dengan posisi kami. Bangunan-bangunan tua di situ sekilas nampak kokoh tetapi sebenarnya rapuh. Tidak pernah ada lagi manusia yang memeliharanya sejak 30 tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun