Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Para Penyaru Profesi, Ijazahnya Palsu, dan Sertifikat Keahlian Bodong

12 Maret 2019   19:54 Diperbarui: 13 Maret 2019   08:20 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Personneltoday.com)

Baru-baru ini pengadilan Singapura memberikan vonis hukum kepada seorang insinyur abal-abal yang kedapatan memalsukan ijazah dan sertifikat yang ia gunakan untuk bekerja di berbagai perusahaan.

Pria yang mengaku insinyur itu memiliki ijazah dan sejumlah sertifikat kualifikasi palsu dari sejumlah institusi ternama di Singapura. Bahkan salah satu diantaranya adalah kualifikasi tertinggi. Padahal ia hanyalah tamatan SD!

The Straits Times memberitakan bahwa pria 49 tahun itu memiliki ijazah Teknik Sipil Kelas Satu palsu dari National University of Singapore (NUS),  Sertifikat Kursus Keselamatan Kerja bagi Pengawas Konstruksi Bangunan palsu dari Kementrian Tenaga Kerja Singapura, sertifikat palsu dari Polytechnic Singapore dan sebuah sertifikat GCE A-Level (General Certificate of Education Advanced Level) yang juga palsu.

Aksinya terbongkar pada 2 Desember 2016 lalu setelah NUS menerima permohonan verifikasi atas ijazahnya. Pihak NUS ternyata tidak menemukan data pria tersebut di database-nya. NUS pun melaporkan hal itu kepada kepolisian setempat. Pada 23 April 2017, pria tersebut ditangkap di Woodlands Checkpoint. Dalam investigasi di kepolisian, ia mengakui seluruh perbuatannya.

Terungkap bahwa selama empat tahun, yaitu antara tahun 2013 hingga 2017, pria tersebut telah bekerja di 39 perusahaan yang berbeda. Ia kerap berpindah tempat kerja agar tidak dicurigai. Jadi bisa diperkirakan durasi bekerja di masing-masing perusahaan rata-rata beberapa minggu hingga satu bulan.

Lalu, berapa besaran gaji bulanan yang ia peroleh selama ia menjadi insinyur abal-abal itu? Tidak terdapat informasi mendetail mengenai itu. Yang pasti, ia mengincar perusahaan yang memberinya gaji sekira SGD 9,000 atau 94 juta rupiah per bulan. Ia bahkan pernah menolak tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan dengan gaji "hanya" 79 juta per bulan.


Dalam pengadilan yang berlangsung pada 5 Maret 2019 lalu, pria tersebut divonis kurungan selama 2 tahun 11 bulan dan denda sebanyak SGD 1,600 atau sekira 16,8 juta rupiah. Angka denda itu pastinya jauh lebih kecil daripada perolehannya selama bekerja.

Sungguh cerdik pria itu walau hanya tamatan SD. Bisa-bisanya ia bisa mengaku sebagai insinyur yang punya pengalaman 16 tahun di bidang konstruksi. Ckckck... Tapi kalau kita melihat tampangnya memang cukup meyakinkan sebagai seorang insinyur. Ternyata penampilan bisa menipu itu memang benar adanya.

Kasus seperti ini ternyata bukan pertama kalinya terjadi di Singapura. Pada tahun 2017 lalu, Kementrian Tenaga Kerja Singapura pernah membongkar praktik ijazah palsu tiga orang asing  yang hendak bekerja di Singapura. Dua orang berkebangsaan India dan satu orang warga negara Vietnam.

Mereka bahkan sudah memperoleh Employment Pass dan S Pass dari Kementrian Tenaga Kerja Singapura sebagai salah satu syarat bekerja di negara tersebut. Setelah serangkaian investigasi, aksi mereka terbongkar. Pengadilan memberi vonis masing-masing sepuluh minggu penjara.

***

Saya jadi ingat dengan petualangan Frank Abagnale yang pernah melakukan perbuatan serupa. Pria asal Bronxville, New York, Amerika Serikat itu pernah menjalani paling tidak delapan profesi dengan berbekal ijazah dan sejumlah dokumen palsu. Ia melakukan kebohongan itu kala usianya 15 hingga 21 tahun!  

Frank William Abagnale Jr, demikian nama lengkapnya, pernah mengaku sebagai seorang pilot, pengacara dan bahkan seorang dokter. Bila Anda pernah menonton film rilisan tahun 2002 berjudul "Catch Me If You Can" yang disutradarai oleh Steven Spielberg, film itu diangkat dari kisah nyata kehidupan sableng Abagnale pada masa mudanya.

Ketika menjadi pilot gadungan di Pan American World Airways (Pan Am), sebuah maskapai penerbangan Amerika Serikat (AS), ia memiliki lisensi pilot palsu dari Federal Aviation Administration (FAA). Seragam pilot pun bisa ia peroleh dengan cara sederhana. Ia menelepon kantor maskapai penerbangan tersebut untuk meminta seragam pilot dengan alasan seragamnya hilang.

Maka, dengan nama samaran Robert Black, ia pun menikmati 250 penerbangan cuma-cuma ke 26 negara secara deadheading, termasuk menikmati fasilitas hotel yang nantinya dibayar oleh pihak maskapai. Ia melakukan hal itu kala berusia 16 hingga 18 tahun.

Suatu waktu, ia menjelma menjadi seorang dokter residen atau dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) gadungan di sebuah rumah sakit di negara bagian Georgia, AS, dalam bidang Pediatri atau Kedokteran Anak dan Bayi. Ia bahkan sempat menjadi Chief atau Kepala dokter residen pediatri di rumah sakit tersebut. Selama menjadi dokter di rumah sakit tersebut, ia menggunakan nama samaran Frank Williams.

Abagnale juga pernah menjadi pengacara abal-abal. Tak tanggung-tanggung, ia mengaku lulusan salah satu universitas bergengsi di muka bumi, Harvard University. Ia membuat transkrip nilai Ilmu Hukum palsu ketika masih menjadi pilot gadungan Pan Am.

Dasar berotak cerdas, meski punya transkrip palsu, Abagnale bisa lolos ujian pengacara di negara bagian Louisiana setelah ujian ketiga. Ia mengaku belajar dengan keras untuk mengikuti ujian itu selama dua bulan lamanya. Keberhasilannya lolos ujian pengacara membuat ia memenuhi kualifikasi untuk bekerja di kantor Jaksa Agung Negara Bagian Louisiana. Usianya waktu itu baru 19 tahun!

Ada lagi cerita lainnya. Seorang pria bernama Paul J. Newman sudah bertahun-tahun menjadi arsitek gadungan sebelum akhirnya tercyduk. Padahal sosoknya sudah kadung dikenal dan disegani di kalangan industri konstruksi.

Newman memiliki dokumen lisensi arsitek dengan stempel "Registered Architect, State of New York" (Arsitek Terdaftar, Negara Bagian New York). Tetapi ternyata dokumen lisensi itu palsu. Stempelnya palsu, begitu juga dengan tanda tangan pemberi lisensi juga palsu. Ia mencomot dokumen lisensi itu dari internet, milik seorang arsitek lain.

Tetapi sebenarnya, lepas dari kepalsuan-kepalsuan yang ia lakukan, ia adalah pria yang sangat berbakat. Ia memiliki passion sebagai seorang arsitek walaupun hanya lulusan SMA. Kira-kira di tahun 1989, ia bekerja sebagai drafter di sebuah firma arsitektur bernama Synthesis Architects. Sebagai drafter, ia melakukan pekerjaan rendering dengan tangan yang dinilai bagus. Bahkan ada karya desainnya yang sampai diganjar penghargaan arsitektur.

Selama sepuluh tahun lamanya ia bekerja di firma tersebut sebelum akhirnya keluar dan mendirikan perusahaan sendiri. Mulailah ia berpraktik sebagai seorang arsitek. Tentu saja dengan berbekal lisensi palsunya.

Dalam kurun waktu antara tahun 2010 hingga 2015 ia berhasil mengerjakan lebih dari 70 proyek townhouse dan bangunan apartemen. Bayarannya wow sekali. Untuk proyek townhouse itu kabarnya ia mendapat bayaran 700an juta rupiah. Sementara untuk beberapa proyek apartemen, ia bahkan bisa meraup sekira 1,1 milyar rupiah.

Kelakuannya terbongkar ketika menggarap sebuah proyek gereja di kota Miami, Florida, AS yang akhirnya mangkrak. Sang Uskup gereja melaporkan Newman ke Dewan Arsitektur dan Desain Interior Florida. Sang Uskup mengungkapkan kerugian yang ia alami kira-kira 400an hingga 600an juta rupiah. Laporan itu membuat Newman didenda cukup besar, kira-kira 140an juta rupiah.

Dewan tersebut menilai bahwa Newman berpraktik sebagai arsitektur tanpa memiliki lisensi. Beberapa waktu kemudian, ia ditangkap oleh pihak berwajib pada 17 April 2016. Dalam sidang, waktu itu ia berusia 49 tahun, ia divonis 2 1/3 hingga 7 tahun penjara dan harus mengganti kerugian korban sebesar 1,6 milyar rupiah.

Orang Indonesia dengan profesi gadungan

Tidak di luar negeri saja. Di Indonesia ternyata ada kasus serupa. Diantara manusia Indonesia ternyata ada yang berkarakter cerdik nan culas yang "sukses" menipu orang lain.

Misalnya dokter kecantikan gadungan asal kota Parepare Sulawesi Selatan berinisial AT yang ditangkap pada Februari 2019 lalu di sebuah hotel di Kota Watampone. Ia ditahan bersama seorang asistennya yang bernama RH, warga Kota Watampone.

Penangkapan AT itu berdasarkan laporan penipuan seseorang yang dijanjikan wajahnya lebih cantik dan awet muda dengan membayar uang jutaan rupiah. Kini AT sudah ditetapkan menjadi tersangka karena kasus penipuan. Kepada polisi, AT mengaku tidak pernah menempuh pendidikan kedokteran. Ia hanya pernah mengikuti kursus estetika di Malaysia. Beberapa korban kabarnya telah menyetor uang hingga belasan juta rupiah. (sumber, sumber)

Pada Desember tahun 2016 silam, empat orang jaksa palsu digelandang oleh polisi. Mereka ditangkap Bandara Babulallah, Ternate, Maluku Utara (Malut), ketika hendak kembali ke Jakarta. Ceritanya, pihak Kejaksaan Malut merasa curiga dengan kedatangan keempat orang jaksa gadungan itu yang tiba-tiba dan tanpa koordinasi.

Maksud kedatangan para Jaksa gadungan ke Malut ialah dalam rangka supervisi serta evaluasi sejumlah kasus yang ditangani Kejaksaan Tinggi Malut. Ketika mereka ditangkap, dari hasil pengecekan KTP, ternyata profesi mereka adalah wiraswasata. Selain itu ditemukan Kartu identitas Jaksa mereka yang ternyata palsu. (sumber)

Pemikiran serba instan medorong eksistensi praktik ilegal pemalsuan ijazah

Untuk dapat menjalani profesi tertentu, seseorang harus memiliki ijazah yang diterbitkan oleh institusi pendidikan tempat seseorang menimba keilmuannya. Bila memiliki sertifikat keahlian atau sertifikat kualifikasi, sertifikat asli diterbitkan oleh institusi atau lembaga yang memberikan sertifikasi keahlian tertentu.  

Bila seseorang melakukan profesi gadungan, maka ijazah atau sertifikat keahlian yang ia miliki sudah pasti aspal. Nah, karena ada sebagian orang yang berpikir serba instan, hal itu mendorong adanya praktik ilegal usaha pemalsuan ijazah atau sertifikat.   

Pada tahun 2015 lalu, publik dikejutkan dengan terbongkarnya "pabrik" ijazah palsu yang berlokasi di Matraman, Jakarta Pusat. Tidak hanya membuat ijazah. Mereka juga bisa membuat transkrip nilai palsu yang mengatur Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK di atas 3,00.

Sungguh tak disangka, sebuah kios kecil yang terbuat dari kayu adalah produsen ijazah palsu yang siap membuatkan ijazah palsu dari sejumlah perguruan tinggi. Asal ada mahar tiga juta rupiah, ijazah palsu  pun siap dibawa pulang oleh orang yang membutuhkan. (sumber)

Beberapa bulan setelah kasus Matraman, pihak Kepolisian membongkar pembuat ijazah palsu lainnya di Jakarta Pusat, tepatnya di Pasar Pramuka Pojok di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Di pasar yang terlihat kumuh itu ternyata sudah lama terkenal menjadi produsen dokumen palsu.

Selain bisa memalsukan ijazah, mereka juga bisa membuat dokumen palsu lainnya seperti KTP, KK, Akta Notaris dan Akta Kelahiran. Dengan berbekal seperangkat komputer, printer dan scanner, mereka bisa melakukan 'bisnis"-nya dengan mudah. Kegiatan itu ternyata sudah menjadi rahasia umum, demikian kata seorang tukang ojek yang diwawancarai oleh media Tribun News. 

Menduga motivasi para penyaru profesi 

Apakah motivasi utama orang-orang yang memiliki ijazah dan sertifikat palsu? Motivasi utama diduga adalah uang. Ya, ijazah merupakan salah satu syarat utama dalam melamar pekerjaan. Walaupun kini ada sejumlah perusahaan global yang tidak mementingkan ijazah, pada umumnya perusahaan masih mensyaratkan ijazah.

Apalagi jika seorang pelamar adalah lulusan kampus yang bonafide dan akreditasi top, pasti akan memiliki nilai plus dibandingkan pelamar lulusan kampus lainnya. Pada sejumlah profesi, memiliki sertifikat atau lisensi keahlian juga menjadi kelebihan. Apabila sertifikat keahlian yang dimiliki seseorang terbilang jarang tetapi sangat dibutuhkan di pasar, maka akan memperbesar kesempatan.

Jadi, dengan sejumlah nilai plus itu maka posisi tawar sang pelamar menjadi lebih bagus. Termasuk para pelamar yang memiliki ijazah ataupun sertifikat keahlian palsu. Dengan berbekal ijazah bodong itu, mereka juga bisa bersaing dengan para pemegang ijazah asli yang telah berjuang dengan keras menimba ilmu di bangku kuliah sekian tahun lamanya.

Gaji besar dan benefit wah menjadi incaran mereka guna hidup mapan. Sebagaimana yang dilakukan oleh pria Singapura yang baru-baru ini disidang, dan juga Newman, arsitek gadungan yang berhasil mengantongi banyak uang.

Tidak akan ada yang menyadari ijazah atau sertifikat seseorang itu palsu bila tidak ada permohonan verifikasi ke perguruan tinggi atau institusi resmi penerbit sertifikat keahlian.

Bisa jadi praktik ijazah atau sertifikat palsu masih terjadi. Oleh karena itu, institusi dimana seorang pelamar melamar pekerjaan perlu mengajukan verifikasi kepada perguruan tinggi atau institusi penerbit sertifikat keahlian untuk memastikan keaslian dokumen-dokumen tersebut.

Tetapi tidak semua melulu tentang uang. Apa yang dilakukan Abagnale mungkin sekadar kenikmatan kehidupan kelas atas. Ketika ia melakukan serangkaian penipuan, usianya masih sangat belia. Ia mungkin tidak mendapatkan uang sama sekali dari pihak yang ia tipu.

Sepertinya Abagnale muda ingin dianggap hebat oleh orang lain dengan semua yang ia lakukan. Mirip dengan motivasi hacker muda yang disanjung ketika berhasil menembus sebuah situs. Ketika menjadi dokter gadungan, itu karena (mungkin) ia menganggap bahwa profesi dokter adalah profesi terhormat.

Ia pun ingin mencicipi kehidupan sebagai seorang dokter. Nampaknya berkat kecerdasannya, ia bisa membaur dengan baik di lingkungan medis. Ia nyambung berbicara dengan dokter asli. Bahkan ia juga sempat menjadi kepala dokter residen, hingga terlibat dalam sebuah operasi. Tetapi ia segera menyadari bahwa profesi dokter menyangkut nyawa seseorang. Karena itu, tidak lama ia berhenti menjadi dokter gadungan.

Tapi ada juga diantara penyaru profesi tertentu yang memiliki motivasi lain, salah satunya supaya bisa menggaet wanita cantik. Hal ini menjadi salah satu motivasi beberapa orang yang menjadi anggota Polisi atau TNI gadungan. Berbekal seragam dan aksesori yang dibeli di toko-toko seragam, mereka pun melancarkan aksinya.

Misalnya seperti yang dilakukan oleh ASP, pemuda asal Palembang yang baru berumur 21 tahun. Sebagaimana diberitakan oleh Bangka Pos, pria itu menjadi Polisi gadungan dengan pangkat Inspektur Dua (Ipda). 

Dalam aksinya, ia menggunakan nama samaran. Ketika terpergok, ia mengaku disuruh seseorang dengan imbalan sejumlah uang. Tetapi lebih dari itu, ia telah berkenalan dengan sejumlah wanita, bahkan ada yang mengajaknya menikah.

Motivasi serupa dilakukan oleh seorang pria muda bernama M, yang ketika ditangkap pihak berwajib di tahun 2017 lalu baru berumur 18 tahun. Warga Sidoarjo itu menjadi anggota Polisi gadungan berbekal seragam yang ia beli di Pasar Turi, Surabaya. Sebagaimana diberitakan oleh BangsaOnline.com, M mengaku telah menggaet 16 wanita, ada yang dimintai uang dan bahkan ada pula yang ia tiduri. Duhhh...

Bacaan: HumanResources | The New York Times | The Straits Times Singapore | Wikipedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun