"Ya ampun, Jaka.. Teteh Rika mah suka gitu orangnya. Dia memang suka bertanya tentang hubungan kita. Ke Chika juga. Jawab saja bahwa kita saling suka. Bilang saja kita akan jalan-jalan ke kota. Hihi.." kata Chika penuh manja.
Jaka selalu senang dengan ekspresi manja Chika, membuatnya menampakkan senyumnya. Hati Jaka luluh seketika. Akhirnya Jaka bersedia menunggu Chika di warung Teteh Rika.
Minggu sore itu warung Teteh Rika nampak ramai bertandang sejumlah pemuda. Beberapa lainnya nampaknya para ayah muda yang menunggu anak dan istrinya yang sedang berada di rumah Chika menonton pertunjukan boneka. Nampak Teteh Rika berbicara dengan beberapa pemuda dan ayah muda, sesekali diiringi gelak tawa.
"Aih.. Jaka... Tumben... Kumaha? Damang?" tanya Teteh Rika menymbut kedatangan Jaka di warungnya. Ia baru saja memberikan secangkir teh manis hangat kepada seorang pria. Jaka membalas sapaan Teteh Rika. Penampilan Teteh Rika seperti biasa menggoda. Wajahnya merona, rambut terurai terhias bandana. Blusnya ketat agak terbuka.
Teteh Rika adalah pemilik warung yang lokasinya persis di ujung kampung Sukanangka. Keluarga Teteh Rika sudah tinggal lama di sana sejak dahulu kala, kabarnya sejak jaman Belanda. Teteh Rika berusia tiga puluh tiga. Ia janda beranak tiga. Sejak suaminya tiada, ia kembali dari Jakarta ke rumah sang orang tua yang telah lama tiada. Rumah itu telah diwariskan kepadanya.
Jaka memesan secangkir kopi hitam tanpa gula. Ia menyambar koran di ujung meja dan mulai membaca berita. Ada kalanya ia manggut-manggut membaca berita dunia, ada kalanya ia tertawa membaca komik jenaka yang mengundang perhatian beberapa pemuda.
"Menunggu Chika kah?" tanya Teteh Rika penuh ingin tahu, sambil mulai menyeduh kopi pesanan Jaka.
"Iya, Teh. Chika masih sibuk dengan pertunjukan boneka. Makin banyak anak-anak yang suka. Bahkan saya melihat ada anak-anak dari kampung tetangga." Kata Jaka sambil mencomot sebuah roti mentega dan mulai menggigitnya.
"Chika...Chika.. main terus sama boneka. " kata Teteh Rika yang sambil mengangsurkan kopi hitam panas pesanan Jaka.
"Lalu, bagaimana hubungan Jaka dengan Chika?" tanya Teteh Rika sambil menatap mata Jaka. Kerlingan mata Teteh Rika yang sarat bulu mata sempat mendisrupsi batin Jaka kala menerima gelas berisi kopi tanpa gula pesanannya.
Jaka mendengar cerita dari Chika tentang Teteh Rika yang suka berpenampilan menggoda di warungnya, membuat para pemuda terpana. Tidak hanya pemuda, bahkan para ayah muda. Teteh Rika genit manja walau sudah tua, begitu kata Chika.