Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ketika "Environmental Quotient" Bisa Selamatkan Lingkungan

11 Juli 2018   13:30 Diperbarui: 12 Juli 2018   19:41 2439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto ilustrasi: zeenews.india.com

Mengenai sampah makanan, ada data dari The Economist Intelligence Unit (EIU) yang dirilis tahun 2016 yang menyebutkan bahwa orang Indonesia menghasilkan sampah makanan hingga 300 kilogram per orang per tahun. Luar biasa, bukan? Indonesia ada di peringkat kedua setelah Saudi Arabia dengan volume 427 kilogram per orang per tahun. Amerika Serikat duduk di posisi ketiga dengan volume 277 kilogram per orang per tahun. (sumber data)

Dari kacamata energi, sampah makanan yang volumenya sangat besar itu jelas membuang energi karena sampah makanan itu sebelumnya adalah makanan yang dimasak menggunakan bahan bakar misalnya gas. Bayangkan berapa meter kubik gas yang terbuang percuma?

Lalu penghalusan bumbu dilakukan dengan blender yang memerlukan listrik. Makanan yang direbus memerlukan air. Makanan yang digoreng memerlukan minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit. Dapat Anda bayangkan berapa besar sumber daya yang terbuang sia-sia hanya karena perilaku sebagian orang Indonesia yang membuang makanan.

Sering saya lihat di food court atau restoran, ada suatu keluarga memesan sejumlah makanan dan minuman yang cukup banyak namun tidak mampu menghabiskannya. Bahkan ada item makanan yang masih utuh tak tersentuh.  Makanan itu otomatis menjadi sampah karena tidak mungkin bisa diolah kembali dan oleh karena itu harus dibuang.

Jika kita memiliki kecerdasan lingkungan, ketika membeli makanan di food court misalnya, Anda bisa pesan atau mengambil secukupnya dan menghabiskannya tanpa tersisa. Karena jika ada sisa, lagi-lagi kantong plastik akan digunakan untuk menampung sampah makanan itu. Dua jenis sampah baru tercipta seketika: sampah makanan dan kantong plastik penampung sampah makanan itu.

Ketika berkendara di jalan raya, saya juga tidak satu dua kali melihat pengendara lain membuang sampah dengan seenaknya baik tisu bekas maupun botol plastik bekas minuman. Hal ini selain mengotori jalan, juga berpotensi mengganggu pengendara lainnya.

Saya pernah beberapa kali melihat orang dengan santainya membuang sampah ke sungai. Suatu kali ketika berkendara, saya melihat sepasang suami istri yang mengendarai motor berjalan perlahan di tepi jembatan dan melemparkan sebuah bungkusan plastik lumayan besar ke sungai dengan cepatnya dan segera tancap gas.

Jika Anda mendaki gunung, ada kewajiban untuk memungut kembali sampah-sampah pribadi ke dalam tas. Anda bisa membawa kantong khusus di ransel Anda untuk menampung sampah-sampah pribadi Anda. Tidak mungkin para pendaki naik gunung tanpa perbekalan dan perbekalan mereka pastinya berkemasan plastik atau kertas.

Di Gunung Semeru, misalnya, kalau seseorang kedapatan tidak membawa sampah bisa dihukum kembali ke gunung untuk mengambil sampah-sampahnya. Di sana ada denda sekira 1,4 juta rupiah per 0,9 kilogram bagi pendaki yang tidak membawa sampahnya turun.

Meski begitu, kadang denda itu diprotes oleh sejumlah pendaki yang telah merogoh kocek hingga miliaran rupiah untuk mendaki Everest.

Selain denda, ada sistem pengenaan deposit sebesar 56 juta rupiah  bagi para pendaki yang akan dikembalikan jika pendaki membawa kembali sampah dari perbekalan yang mereka bawa dengan berat sampah setidaknya 8,1 kilogram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun