Mohon tunggu...
Garvin Goei
Garvin Goei Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Akademisi, Penyuka Budaya

Penulis buku Psikologi Positif yang diterbitkan oleh Kompas pada tahun 2021. Pengelola akun instagram @cerdasmental.id. Selain psikologi, suka mempelajari budaya dan mencoba makanan baru.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

3 Cara Mengatasi Anggota Tim yang Tidak Perform

29 April 2020   21:56 Diperbarui: 9 April 2021   11:54 4652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerjasama tim. sumber: pexels.com

Pengalaman ini sering terjadi pada teman-teman saya, sejak kuliah sampai sudah bekerja saat ini. Seringkali kita didaulat sebagai ketua kelompok, ketua tim, ketua project, atau bahkan manager di tempat kerja kita. Sebuah tugas yang berat namun penuh pembelajaran. Namun teman-teman saya yang mendapat kesempatan sebagai pemimpin tim sering mengeluh: ada satu-dua anggotanya yang tidak perform.

Bentuknya macam-macam, ada yang tidak pernah mengumpulkan kemajuan pekerjaan, ada yang selalu melewati deadline, ada yang harus selalu diingatkan. 

Terlihat seperti abai dan tidak memedulikan tanggung jawabnya. Anda gemas, anggota tim yang lain pun gemas, karena kemajuan kelompok menjadi terhambat. Seringkali kelompok seharusnya sudah bisa melangkah ke tahap selanjutnya, tetapi justru tertahan karena harus menunggu satu - dua orang yang bekerja sangat lamban atau justru harus terus diingatkan.

Tentu kondisi ini tidak baik bagi tim anda. Jika dibiarkan, target tim anda bisa tidak tercapai. Lebih jauh lagi, anggota tim yang lain pun bisa saja berpikir bahwa untuk apa mereka bekerja dengan baik jika hasil kerja mereka kemudian menjadi sia-sia karena harus menunggu seseorang yang abai dengan tugasnya. Atau bisa saja, kemudian anggota tim anda berpikir, bagaimana jika mereka ikut-ikutan abai saja? Toh tim juga menunggu.

Anda harus bertindak dalam situasi ini! Dalam psikologi, situasi ini disebut sebagai social loafing atau kemalasan sosial. Social loafing bisa terjadi karena anggota tim berpikir bahwa anggota tim lainnya akan mengerjakan bagiannya, sehingga ia merasa tidak perlu melakukan bagiannya. Bisa juga karena pelaku social loafing ini berpikir bahwa bagian yang ia kerjakan tidak penting, sehingga ia memilih untuk abai saja.

Berbagai peneliti di bidang psikologi sosial sudah merumuskan solusi untuk social loafing ini, dikenal dengan 3C, yakni:

1. Collaboration (kolaborasi): yakni anda harus menekankan kembali kepada anggota tim bahwa pekerjaan ini bersifat kolaborasi. Kembali komunikasikan (terutama kepada anggota yang melakukan social loafing) mengenai peran dan tanggung jawabnya dalam kelompok. Deskripsikan dengan detail apa saja yang harus ia lakukan, dan beritahu bahwa perannya ini bermakna dan berpengaruh terhadap kemajuan kelompok. Ini akan membangkitkan sense of urgency.

2. Content (konten): tidak hanya menjelaskan deskripsi tugasnya dengan jelas, namun anda juga harus memastikan bahwa memang pekerjaan yang ia lakukan berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok. Jangan sampai ia memiliki persepsi bahwa perannya hanyalah sampingan dan tidak berguna. Anda bisa mengkomunikasikan ini kepadanya. Bangkitkan rasa bahwa ia dihargai dalam kelompok.

3. Choice (pilihan): jika anggota tim tersebut masih terlihat abai, anda bisa memanggilnya kembali dan bertanya kesulitan yang ia temui. Anda juga bisa menanyakan apa yang bisa anda bantu kepadanya. Bisa jadi, ia menginginkan tugas tertentu yang lebih ia kuasai. Jika memungkinkan, maka anda perlu mempertimbangkan pilihan itu. Benarkah ia lebih baik untuk memegang tugas tersebut? Atau ada yang lain? Bangkitkan rasa bahwa ia juga "memiliki" kelompok ini.

Jika ketiga tips ini diterapkan, maka besar kemungkinan tim bisa berjalan dengan baik. Ini adalah managerial dan communication skills yang akan sangat powerful bagi kelompok.

Anda bisa menyimak penjelasan ini dengan lebih jelas melalui video yang sudah saya siapkan, di sini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun