Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rusa Timor Dukung Pamor Wisata Mandalika

6 Desember 2021   12:42 Diperbarui: 10 Desember 2021   20:33 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Memberi Makan Rusa Timor di Sanctuary TWA Gunung Tunak, Lombok Tengah. (Foto: Haryadi Yansyah)

Sebanyak 10 Kompasianer berkunjung ke Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jarak ke TWA Gunung Tunak dari Bandara Internasional Lombok (BIL) sekitar 29 km (39 menit), melintasi Jalan Bypass BIL-Mandalika.

Jalan Bypass sepanjang 17 km ini diresmikan Presiden Joko Widodo pada 12 November 2021. Berbarengan dengan peresmian Sirkuit Mandalika. Oh iya, kalau dari Sirkuit Mandalika ke TWA Gunung Tunak jaraknya 13,1 km atau 25 menit saja.

Kesepuluh Kompasianer merupakan pemenang Blog Competititon bertajuk "Infinity Experience of Nature and Sport Tourism". Lomba dihelat Kemenparekraf/Baparekraf melalui platform "warga menulis" terbaik, Kompasiana.

Sejumlah agenda acara yang diikuti para Kompasianer antara lain, mengikuti "International Conference Mandalika: Infinity Experience of Nature and Sport Tourism" pada 1 Desember 2021 di Raja Hotel Kuta Mandalika. Konferensi digelar secara hybrid dan dibuka oleh Menparekraf/Kepala Baparekraf Sandiaga Salahuddin Uno.

Kompasianer di International Conference Mandalika: Infinity Experience of Nature and Sport Tourism, (1/12/2021). (Dokpri. Haryadi Yansyah)
Kompasianer di International Conference Mandalika: Infinity Experience of Nature and Sport Tourism, (1/12/2021). (Dokpri. Haryadi Yansyah)
Selain itu, kesepuluh Kompasianer juga berkesempatan menginap di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak, sekaligus menikmati keindahan alam, melepasliarkan tukik, memberi makan rusa di sanctuary (suaka), dan menanam pohon.   


Ada 44 ekor Rusa Timor atau Cervus Timorensis di sanctuary TWA Gunung Tunak. Rusa ini merupakan fauna identitas NTB. Dasar hukumnya, SK Mendagri Nomor 48/1989 tanggal 1 September 1989 tentang Pedoman Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah.

Berdasarkan kategori status konservasi IUCN Red List, Rusa Timor saat ini berstatus Vulnerable atau Rentan. Artinya, dari segi populasi dan persebaran, spesiesnya dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan.  

"Sanctuary ini dibangun sejak 2017. Sebelumnya, perburuan rusa oleh masyarakat setempat masih terus berlangsung. Perburuannya tidak menggunakan senapan. Mereka berburu secara tradisional, menggunakan tombak. Juga anjing pemburu yang berfungsi menggiring rusa buruan ke arah jaring tangkapan. Ini perburuan yang sudah mentradisi turun-temurun. Dilakukan bukan hanya untuk menyantap daging rusa, tapi sekadar melakukan hobi berburu saja," jelas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TWA Gunung Tunak, Lalu Gede Gangga Widarma.

Gerbang masuk TWA Gunung Tunak. (Foto: Harianto/detiktravel)
Gerbang masuk TWA Gunung Tunak. (Foto: Harianto/detiktravel)

Pusat Ekologi Kupu-kupu di TWA Gunung Tunak. (Foto: sasambonews.com)
Pusat Ekologi Kupu-kupu di TWA Gunung Tunak. (Foto: sasambonews.com)
Hadirnya suaka rusa di TWA Gunung Tunak membawa berkah. Upaya pelestarian Rusa Timor sukses menekan libido berburu di wilayah taman wisata alam seluas 1.217 hektar, yang sejatinya merupakan tanjung dengan dataran perbukitan dan pulau-pulau tebing di sekitarnya serta menjorok langsung ke Samudera Hindia.

 "Sejak kami buka sanctuary ini, perburuan rusa secara tradisional lambat laun berkurang. Bahkan kini, tidak ada lagi perburuan itu. Kami juga mengundang warga setempat untuk melihat langsung sanctuary di sini. Alhamdulillah mereka lambat-laun memahami pentingnya menjaga ekosistem hayati. Termasuk melestarikan rusa. Masyarakat makin sadar, kami di sanctuary bekerja keras merawat dan melepasliarkan kembali demi menjaga populasi rusa. Sehingga mereka pun sungkan memburunya," ujar Gangga yang sudah berdinas di TWA Gunung Tunak sejak 2008 silam.

Pertengahan Desember 2021 ini, pengelola sanctuary TWA Gunung Tunak siap melepasliarkan sepuluh ekor rusa. Sebelumnya, rusa-rusa yang akan dilepasliarkan sudah menjalani tiga tahapan pengandangan. Mulai dari kandang utama, isolasi, dan habituasi. Kandang habituasi merupakan persiapan akhir bagi rusa sebelum benar-benar dilepasliarkan.

"Luas sanctuary ini 1,5 hektar. Ada tiga kandang yang tersedia yaitu kandang utama, isolasi, dan habituasi. Pengembangan selanjutnya, kami berencana membangun satu sanctuary lagi dengan lokasi agak ke tengah taman wisata alam. Tujuannya, untuk mendukung pariwisata," ujarnya.

Rusa Timor. (Foto: Agus Sartono/radarlombok.co.id)
Rusa Timor. (Foto: Agus Sartono/radarlombok.co.id)

Rusa Timor. (Foto: BKSDA NTB) 
Rusa Timor. (Foto: BKSDA NTB) 

Gangga mengenang, empat tahun lalu jumlah rusa di sanctuary hanya delapan ekor. "Rusa-rusa itu milik warga sekitar, tapi mereka tidak memiliki dokumen izin penangkaran. Sehingga kami meminta agar mereka menyerahkan rusanya kepada Negara melalui sanctuary ini. Kelak, kami akan melepasliarkannya lagi," tegas pria ramah ini.

Bagi warga NTB yang ingin memelihara dan membudidayakan Rusa Timor, sebenarnya tidak ada larangan. "Siapa saja boleh membudidayakan rusa. Hanya saja harus mengurus dan punya izin penangkaran. Caranya, antara lain mengajukan proposal, identitas diri, surat keterangan tidak mengganggu lingkungan dari pejabat setempat, memiliki kandang sesuai persyaratan, dan minimal harus punya rusa sepasang, jantan dan betina. Di Lombok, sepengetahuan saya ada 22 pembudidaya rusa," ungkap Gangga.

Syarat ketat lain terkait pembudidayaan rusa, menurut Gangga, hanya boleh memanfaatkan rusa urutan F2 atau cucu rusa. "Karena kalau rusa indukan awal atau F0, dan rusa anak atau F1, adalah masih tetap milik Negara. Artinya, tidak boleh dimanfaatkan, karena kelak harus dilepasliarkan kembali. Selain itu, pembudidaya rusa juga diperbolehkan "meminjam" indukan awal atau rusa F0 kepada kami," tuturnya.

Peraturan ketat untuk membudidayakan Rusa Timor di NTB memang mutlak diberlakukan. Apalagi jumlah rusa, faktanya kian terus berkurang. "Kami pernah melakukan inventarisasi rusa pada 2017. Hasilnya, kami perkirakan ada 40-an ekor rusa di hutan bebas di wilayah TWA Gunung Tunak ini," ujar Gangga.

Informasi tentang Sanctuary Rusa Timor di TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)
Informasi tentang Sanctuary Rusa Timor di TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)

Atraksi memberi makan rusa menjadi salah satu andalan layanan wisata di TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)
Atraksi memberi makan rusa menjadi salah satu andalan layanan wisata di TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTB pada 2018 mencatat, populasi Rusa Timor berjumlah sekitar 2.528 ekor. Dengan jumlah estimasi rusa yang hidup di alam liar sebanyak dua ribu ekor. Sementara yang hidup di penangkaran sebanyak 528 ekor dan tersebar di seluruh NTB. Jumlah penangkaran yang diberikan izin ada 53 penangkaran. (globalfmlombok[dot]com)

Rusa Timor diperkirakan berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia termasuk ke NTB. Bahkan telah diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius, Kaledonia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste. 

Umumnya, Rusa Timor  bersifat poligamus. Artinya, satu penjantan  mengawini beberapa betina. Rusa betina mempunyai anak setiap tahun, dengan sekali musim rata-rata satu ekor anak. Masa reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 hingga 12 tahun. Rusa dapat bertahan hidup antara umur 15 hingga 20 tahun.

Masyarakat Sasak-Lombok menyebut rusa dengan "Mayung". Hewan ini termasuk pemamah biak daun-daunan dan buah-buahan. "Itulah mengapa, pohon Waru dan Turi sengaja kami tanam di sekitar sanctuary, karena rusa suka sekali menyantapnya. Tapi, kalau untuk Rumput Gajah kita datangkan dari luar wilayah. Juga, sesekali kita berikan Dedak untuk pakan tambahan," jelasnya.

Di TWA Gunung Tunak, tumbuhan Brora, Waru, Asam hutan, Ketimus, Sawo Kecik, Beringin, dan beberapa jenis bambu tumbuh subur.

Pohon Waru yang sengaja dibudidayakan untuk pakan rusa. (Foto: Gapey Sandy)
Pohon Waru yang sengaja dibudidayakan untuk pakan rusa. (Foto: Gapey Sandy)

Tidak ada ciri yang khas dari Rusa Timor. Warna kulitnya polos dan berwarna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan. Rusa jantan warnanya lebih gelap, yang dewasa memiliki ranggah atau tanduk bercabang tiga, dengan ujung-ujungnya yang runcing, kasar dan beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80 hingga 90 cm, tapi ada juga yang lebih dari 100 cm.

"Beda dengan rusa endemik Pulau Bawean di Jawa Timur yang kulitnya memiliki corak totol-totol, titik besar. Ukuran fisik rusa di sini juga agak kecil. Meskipun, Rusa Timor yang ada di hutan lepas, punya ukuran cukup besar sekalipun masih kalah besar dibandingkan Rusa Bawean," ujar Gangga.

Alhasil, boleh dibilang, kelestarian Rusa Timor sangat mendukung pamor DSP Mandalika dan Rinjani Geopark untuk jadi semakin kesohor.

Hujan-hujanan usai melepas-liarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, dan menanam pohon di TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)
Hujan-hujanan usai melepas-liarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, dan menanam pohon di TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)

o o O o o

Berwisata atau menginap di TWA Gunung Tunak, bukan hanya mengunjungi sanctuary Rusa Timor saja. Banyak destinasi wisata yang bisa dijumpai. Yuk, kita eksplor!

PERTAMA: AREAL PEREMPUNG. Selain Sanctuary Rusa Timor, wisatawan bisa menjumpai Pusat Ekologi Kupu-kupu. Ini bisa jadi media edukasi sekaligus sarana wisata keluarga. Sedikitnya ada 40-an jenis kupu-kupu, misalnya Papilio peranthus, Troiden helena, Hebomoia glaucipe, Cethosia penthesiea dan lainnya.

Ada juga Areal Perkemahan yang letaknya bersebelahan dengan Pusat Ekologi Kupu-kupu. Kapasitas tampung areal ini 50 tenda Dome yang masing-masing berisi empat orang. Toilet dan tempat parkir tersedia dan aman. Don't worry!

Bisa juga melihat Embung seluas 1.400 m2 dan dibangun sejak 2016. Embung ini berfungsi menampung air hujan, sehingga bisa jadi sumber ketersediaan air bagi rusa dan satwa lainnya.

Empat destinasi ini terletak di Areal Perempung, lokasi paling strategis di TWA Gunung Tunak. Perempung artinya perempatan. Di masa lampau, makna filosofis Perempung adalah tempat bermusyawarah guna menentukan solusi terbaik.

Peta lokasi TWA Gunung Tunak dengan rute dari Bandara Internasional Lombok melalui Jalan Bypass. (Sumber: Screenshot Google Maps)
Peta lokasi TWA Gunung Tunak dengan rute dari Bandara Internasional Lombok melalui Jalan Bypass. (Sumber: Screenshot Google Maps)

KEDUA: SARANG BURUNG GOSONG. TWA Gunung Tunak terkenal menjadi salah satu persebaran Burung Gosong atau ada juga yang menyebut Burung Gosong Kaki-Merah. Wisatawan bisa dipandu menemukan Sarang Burung Gosong. Burung ini biasa hidup sendirian atau berpasangan. Burung yang penampakannya mirip Ayam Betina ini termasuk fauna dilindungi sesuai PP tahun 1999.

Burung ini termasuk satwa "pemalu" sehingga cukup sulit diamati. Perilaku uniknya antara lain menimbun telur dalam gundukan serasah di dasar hutan. Burung ini memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh pembusukan serasah daun dan ranting untuk menetaskan telurnya.

Oh ya, di TWA Gunung Tunak juga ada fauna seperti Burung Kecial Kuning, burung endemik Lombok, yang nge-hits banget kicaunya. Dan, Burung Paok Laus (pitta elegans).

Burung Gosong Kaki-Merah. (Foto: wanaswara.com)
Burung Gosong Kaki-Merah. (Foto: wanaswara.com)

Telur Burung Gosong Kaki-Merah. (Foto: wanaswara.com)
Telur Burung Gosong Kaki-Merah. (Foto: wanaswara.com)

KETIGA: BAGEK PONDOK dan GUNUNG RADEN. Bagek Pondok artinya Pohon Asam yang sangat besar. Saking besar ukurannya, dua orang yang membentangkan tangan dan saling berpegangan, masih belum mampu memeluk batang Pohon Asam itu.

Bagek Pondok sejak lama diyakini menjadi tempat menaruh bekal makanan yang dibawa para pemilik atau penggembala kerbau. Uniknya, percaya atau tidak, semua bekal makanan yang disimpan di Bagek Pondok aman dari gangguan apapun termasuk kerubungan semut. Bekal makanan biasa ditaruh dengan cara digantung di ranting-ranting Pohon Asam.

Ketika kerbau yang digembalakan masuk ke dalam hutan, mereka harus dilepas untuk betunak atau berendam di kubangan lumpur di beberapa spot. Hal ini dipercaya bisa membuat kerbau sehat, kuat, mendatangkan keberuntungan, kemakmuran dan terhindari dari marabahaya serta ancaman lain bagi pemiliknya.

Burung Paok Laus. (Foto: hbw.com)
Burung Paok Laus. (Foto: hbw.com)

Burung Kecial Kuning. (Foto: burungnya.com)
Burung Kecial Kuning. (Foto: burungnya.com)

Bagaimana dengan Gunung Raden? Ini salah satu tempat yang sangat istimewa di Gunung Tunak. Dari namanya saja sudah menunjukkan "sesuatu" seperti kasta. Raden adalah panggilan untuk kalangan ningrat atau bangsawan di Lombok, sekaligus memuliakan mereka yang berasal dari kalangan keturunan para raja.

Gunung Raden menjadi istimewa karena 'tempo doeloe' dipercaya menjadi tempat para orang terdahulu mencari ilmu dengan cara bertapa. Tempat ini menjadi sakral karena tidak sembarang orang bisa mengunjungi apalagi menjamah apalagi mengeksplorasinya.

Konon, penghuni gaib di sini adalah bangsawan. Nuansa sakral cukup berbeda dibandingkan tempat lain. Banyak pendatang yang coba berkunjung dan sering tersesat arah. Alhasil, para pemangku adat di sekitar TWA Gunung Tunak kerap melakukan ritual khusus, bila ada yang ingin berkunjung ke Gunung Raden.

"Patut dicatat, bila ada hewan buruan lari dan masuk ke areal Gunung Raden pun, dipastikan para pemburu juga tidak akan ada lagi yang ingin melanjutkan perburuannya," tutur Gangga.

Kompasianer Efa Masriana Butar-Butar siap lepasliarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)
Kompasianer Efa Masriana Butar-Butar siap lepasliarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)

Kompasianer melepas-liarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)
Kompasianer melepas-liarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)

KEEMPAT: PESONA PANTAI. Ada beberapa pantai yang siap memanjakan wisatawan di TWA Gunung Tunak ini. Pasir putihnya bakal "menyilaukan" mata. Ombak dan desir anginnya sangat melenakan hati. Eksotis? Sudah pasti!

Sebut saja misalnya Pantai Teluk Ujung. Di sini, para Kompasianer berkesempatan melepas puluhan tukik (anak penyu) ke perairan laut lepas. Lokasi pantai ini ada di sisi Barat Laut TWA Gunung Tunak. Hamparan pasirnya memutih kontras dengan air laut yang membiru. Selain melepasliarkan tukik, aktivitas wisata bisa dilakukan di sini seperti jalan sehat di pantai, photo hunting, swimming, dan sun bathing.

Pantai Terasak di TWA Gunung Tunak, Lombok Tengah. (Foto: TWA Gunung Tunak)
Pantai Terasak di TWA Gunung Tunak, Lombok Tengah. (Foto: TWA Gunung Tunak)

Sari Goang di TWA Gunung Tunak. (Foto: BKSDA NTB)
Sari Goang di TWA Gunung Tunak. (Foto: BKSDA NTB)

Pantai Terasak di sebelah Barat TWA Gunung Tunak. Di sini, wisatawan bisa snorkeling, diving, dan berenang. Di pantai dengan pasirnya yang putih, setiap tahun pada bulan tertentu -- pelaksanaannya sesuai hasil musyawarah Tokoh Adat -- masyarakat Lombok menggelar ritual tradisi "Bau Nyale".

Bau Nyale adalah budaya unik masyarakat Lombok, yang berasal dari Legenda Putri Mandalika. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak "Bau" yang berarti menangkap, dan "Nyale" itu cacing laut yang berwarna-warni. Bukan semata menangkap cacing laut, tapi budaya menangkap "Nyale" ini punya makna yang begitu mendalam. Budaya yang berharga warisan Putri Mandalika, seorang Putri yang begitu cantik dan berani mengorbankan dirinya untuk kedamaian negaranya. Keberanian inilah yang harus selalu menjadi teladan bagi warga masyarakat Lombok, dan menjadikan hal ini sebagai budaya berharga. Hingga kini, masyarakat Lombok masih meyakini siapa saja yang bisa menangkap Nyale akan memperoleh keberuntungan.

Nyale atau cacing laut. (Foto: genpilomboksumbawa.com)
Nyale atau cacing laut. (Foto: genpilomboksumbawa.com)

Suasana Bau Nyale di Pantai Seger Kuta Lombok Tengah. (Foto: SuaraNTB/kir)
Suasana Bau Nyale di Pantai Seger Kuta Lombok Tengah. (Foto: SuaraNTB/kir)

Pantai Bila Sayak ini menjanjikan panorama pantai dan tebing batu. Ombaknya bergulung-gulung dan berhenti di pasir jingga disapu sinar matahari. Istimewanya, tempat ini diyakini membawa kedamaian hati sekaligus pasir pantai di Bila Sayak ini dipercaya bisa mengurangi penyakit rematik dan anti-stroke. Bila naik sedikit ke arah Timur, wisatawan bisa memanjakan mata dengan panorama pantai dan tebing batu dari atas Bukit Tanjung Bungkulan, sambil menanti sunrise dan sunset.

Pantai Bila Sayak di TWA Gunung Tunak. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)
Pantai Bila Sayak di TWA Gunung Tunak. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Sunset di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: BKSDA NTB)
Sunset di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: BKSDA NTB)

Pantai Pudal. Lokasinya di sisi Timur TWA Gunung Tunak. Pesona pantai pasir putihnya eksotis.

KELIMA: SARI GOANG. Ini merupakan laguna yang indah. Ada lubang penghubung antara laguna ke laut, sehingga menimbulkan bunyi mendesis yang unik ketika ombak menghempas ke luar dan masuk lubang. Di sekitar area ini menjadi destinasi wisata favorit bagi yang suka uji adrenalin dengan melakukan cliff jumping (lompat tebing) dari tebing bebatuan ke lautan. Tunjukin Nyali Lo. Berani?!

Pagi hari di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: Dokpri. Gapey Sandy)
Pagi hari di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: Dokpri. Gapey Sandy)

Kompasianer mengikuti Yoga di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)
Kompasianer mengikuti Yoga di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)

KEENAM: AREAL PINTU GERBANG UTAMA. Ini merupakan areal pertama saat memasuki TWA Gunung Tunak. Fasilitas di sini ada Pusat Informasi (sekaligus layanan tiket masuk), Gedung Serbaguna untuk MICE terbatas yang dilengkapi mini theatre, mushola, cafe dan toko suvenir.

Ada juga Pondok Wisata -- tempat 10 Kompasianer menginap --, sesuai dengan jumlah cottage yang tersedia dengan dilengkapi shower air panas, AC, dan kamar menghadap ke Teluk Bumbang serta Pantai Gerupuk di balik bukit. Saat senja, bisa menikmati sunset di pinggir kolam renang. Pagi hari, bisa beryoga dengan instruktur profesional. Pondok Pemandu juga ada, untuk melayani permintaan sewa jasa pemandu wisata yang dikelola kelompok masyarakat setempat yakni "Tunak Besopoq".

Kompasianer Efa Masriana Butar-Butar kenakan Hanbok dengan latarbelakang Teluk Bumbang dan Pantai Gerupuk. (Foto: Haryadi Ynsyah)
Kompasianer Efa Masriana Butar-Butar kenakan Hanbok dengan latarbelakang Teluk Bumbang dan Pantai Gerupuk. (Foto: Haryadi Ynsyah)

Kompasianer Muslifa Aseani mengenakan Hanbok di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)
Kompasianer Muslifa Aseani mengenakan Hanbok di Pondok Wisata TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)

Oh ya, sejumlah fasilitas di TWA Gunung Tunak merupakan hasil kerjasama Indonesia (Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB) dengan Korea Selatan (Korea Indonesia Forest Center). Difungsikan untuk media edukasi, penunjang ilmu pengetahuan, kegiatan ekowisata dan sarana wisata. Tak heran, disediakan juga Hanbok atau busana adat Korea Selatan untuk berfoto, di berbagai spot pilihan yang ciamik dan instagramable. (*)

Baca juga:

- Empuknya Batu Kerikil Sirkuit Mandalika

- Wisata Olahraga Mandalika Pacu Potensi Ekonomi Lokal

- Rusa Bawean Jangan Sampai Punah

- #GS-VLOG || WISATA BAWEAN : Pohon Kelapa Banyak Cabang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun