Rekomendasi UNESCO lainnya yaitu meningkatkan strategi dan kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi mitigasi bahaya alam dan perubahan iklim di sekolah-sekolah dan untuk populasi lokal. Untuk itu, BPODT tanggap dan menggelar pelatihan pengembangan UMKM bagi milenial di Perkampungan Pemuda HKBP Jetun Silangit-Siborong-borong, Tapanuli Utara. Peserta pelatihan dilibatkan dari sembilan distrik yang ada di kawasan Danau Toba.
"Pelatihannya tentang memanfaatkan bahan-bahan yang bisa didaur ulang dan dijadikan produk kriya. Nantinya produk yang dihasilkan bisa masuk ke pasar ekspor dan Kemenparekraf siap mendukung, mengawal hingga pemasarannya," ujar Sandiaga.
Rekomendasi UNESCO lainnya adalah memperkuat keterlibatan UGGp dalam studi penelitian, konservasi, promosi penduduk asli setempat dan budaya serta bahasa mereka. Kemenparekraf menjawab rekomendasi itu dengan mengembangkan Desa Meat di Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba yang merupakan sentra pembuatan ulos jenis Ragi Hotang. Ulos ini menjadi warisan kebanggaan masyarakat dan melegenda karena sudah berusia ratusan tahun.
Sementara itu, Pemkab Toba pun segera mengembangkan Geosite Batu Basiha dan kawasan sekitarnya, menjadi lokasi ekowisata dan agrowisata. Geosite ini berlokasi di Desa Aek Bolon, Balige dan merupakan satu dari 16 geosite yang sudah diakui UNESCO karena termasuk situs peninggalan sejarah yang terbentuk dari pecahan batu akibat letusan super vulkanik Gunung Api Toba 74.000 tahun lampau.
Bicara Toba tak bisa lepas dari letusan super vulkanik Gunung Api Toba di masa silam. Bersyukur, segala informasi tentang letusan itu tersimpan apik dan bisa disaksikan publik di Pusat Informasi Geopark Nasional Kaldera Danau Toba yang ada di Parapat, Kabupaten Simalungun.
Diresmikan pada 2018, Pusat Informasi ini menyajikan dokumenter tentang bagaimana Danau Toba terbentuk, evolusi Kaldera Toba, Super Volcano Toba, Geosite-geosite, keragaman geologi, keragaman flora dan fauna, kearifan lokal, dan informasi wisata.
Akhirnya, kita sepenuhnya mendukung langkah Kemenparekraf yang ingin agar destinasi pariwisata domestik mempunyai program peningkatan kemampuan pelaku pariwisata berupa upskilling dan reskilling. Tujuannya agar pelaku Parekraf memiliki komitmen serta pengetahuan, untuk melakukan kegiatan pariwisata dengan Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability (CHSE).
Ketika Orang Batak berdoa, "Tonggohon hami hasea bagas mangulahon tugas" yang artinya "Doakan kami berhasil dalam melaksanakan tugas". Maka segenap bangsa Indonesia mengaminkan. Karena tugas menjaga, merawat dan mempertahankan kelestarian Kaldera Toba, bukan hanya kewajiban Orang Batak saja. Tapi juga, tugas kita semua Warga Negara Indonesia.
Seperti kata Bang Sandi, "Ayo! Kita gercep, geber, dan gaspol". Juga dukung upaya penerapan CHSE. (*)
