Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Orang Indonesia Jangan Kelaparan di Lumbung Pangan

19 Juli 2020   15:28 Diperbarui: 20 Juli 2020   02:34 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sindrom metabolik dipicu antara lain oleh karena gula darah tinggi, hipertensi, kolesterol jahat yang tinggi dan kolesterol baik yang rendah, trigliserida, dan menumpuknya lemak di sekitar pinggang (bagian perut atau abdomen).

Tapi, Hardinsyah juga mengingatkan, jangan sampai bila kemudian sorgum dipromosikan, lalu diolah sedemikian rupa, menjadi tepung dan sebagainya, sehingga justru mengakibatkan keunggulan zat-zat yang dikandungnya menjadi berkurang.

Ilustrasi Sawah lahan basah. (Foto: (SHUTTERSTOCK.com/JET ROCKKKK)
Ilustrasi Sawah lahan basah. (Foto: (SHUTTERSTOCK.com/JET ROCKKKK)

Sorgum tumbuh subur di sela bebatuan, di lahan kering yang kurang air di Flores Timur, NTT. (Foto: Gapey Sandy)
Sorgum tumbuh subur di sela bebatuan, di lahan kering yang kurang air di Flores Timur, NTT. (Foto: Gapey Sandy)

Pangan itu HAM

Sementara itu, Manajer Program Ekosistem Agro Yayasan Kehati, Renata Puji Sumedi dalam paparannya menyebutkan, bicara pangan adalah bicara hak asasi manusia (HAM) juga.

Ia kemudian membeberkan hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyebutkan, ada lebih dari 5.529 sumber daya hayati tanaman pangan di nusantara.

"Penelitian dari Badan Ketahanan Pangan pada tahun ini juga menyebut, ada 100 jenis sumber karbohidrat, 100 kacang-kacangan, 250 sayuran, 450 buah-buahan yang sering kita konsumsi. Tapi mengapa, ironis bahwa kita masih ketergantungan impor sumber pangan tertentu, seperti terigu, jagung, beras dan lainnya," kesalnya.

Tambah lagi, menurut Renata, di daerah-daerah masih banyak kasus rawan pangan, gizi buruk, seiring peningkatan jumlah penduduk.

Berkaca dari kondisi yang sangat kompleks itu - disertai dengan kondisi bencana yang terjadi saat ini -, terbukti bahwa wilayah yang masyarakatnya masih punya ketahanan pangan lokal sanggup bertahan (survive) dari berbagai gelombang bencana. "Sayangnya, dalam hal pangan, kita berdaya, kita kaya, tapi kita masih bergantung kepada negara lain," tukasnya.

Makalah Ahmad Arif webinar Sorgum oleh Yayasan Kehati, 18 Juli 2020. (Sumber: Makalah Ahmad Arif)
Makalah Ahmad Arif webinar Sorgum oleh Yayasan Kehati, 18 Juli 2020. (Sumber: Makalah Ahmad Arif)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun