Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tuhan Titipkan Sorgum lewat Tangan Maria Loretha

4 Juli 2018   11:50 Diperbarui: 5 Juli 2018   10:55 4254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maria Loretha di lahan perkebunan sorgum yang berlokasi di Dusun Likotudeng, Desa Kawalelo, Kec Demon Pagong, Kab Flores Timur, NTT. (Foto: Gapey Sandy)

Mana yang paling enak?

Ini 'kan untuk pangan, bijinya. Dari semua yang disukai karena rasanya enak bagi petani adalah Kwali. Warnanya agak putih menjurus krem. Lalu varietas Okin yang pulen, dan Super-1 itu juga enak. Warnanya mirip-mirip, cuma tetap ada beda tekstur warnanya, ada yang putih krem, putih gading, dan putih susu.

Awal pejuangan mengembangkan sorgum khususnya di Likotuden ini kapan dan bagaimana?

Perjuangan awal kita ketika membuka program pilot project pada 2014 bersama Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel) bersama Romo Benyamin Daud. Waktu itu, Bapak Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung,  juga meminta kami untuk mencoba mengembangkan sorgum di Likotuden ini. 

Pada 2014 itu banyak tantangan, artinya masyarakat ini lupa dengan makanannya sendiri yang pernah menjadi bagian dalam hidup mereka sebelum tahun '70-an. Waktu itu, walaupun mereka melakukan penolakan dan perlawanan tapi mereka tetap menanamnya. Terus berkembang hingga sekarang ini sudah masuk pada tahun keempat.

Mesin untuk penyosohan atau melepaskan kulit sorgum dan penggilingan tepung sorgum di Dusun Likotuden. (Foto: Gapey Sandy)
Mesin untuk penyosohan atau melepaskan kulit sorgum dan penggilingan tepung sorgum di Dusun Likotuden. (Foto: Gapey Sandy)
Tersedia dalam dua bentuk kemasan Berasan Sorgum dan Tepung Sorgum. (Foto: Gapey Sandy)
Tersedia dalam dua bentuk kemasan Berasan Sorgum dan Tepung Sorgum. (Foto: Gapey Sandy)
Penolakan dan perlawanan masyarakat ketika itu untuk diajak menanam sorgum, bisa dijelaskan kembali?

Ya, karena mereka lupa. Mereka juga ragu apakah sorgum bisa tumbuh karena kondisi tanah lahan pertaniannya kering dan bebatuan. Mereka sendiri awalnya juga enggak yakin dengan itu semua. Tapi ternyata, setelah mereka tanam, tumbuh, kemudian semakin besar, sampai panen, mereka semua terkejut bahwa ternyata hasilnya lebih banyak daripada padi dan jagung. Dari segi rasanya pun sama seperti padi dan jagung. Semua karena ketidakpahaman mereka.

Pada 2014 dulu itu, sebenarnya sudah bertumbuhankah sorgum di sini?

Ada, ya, ada. Masih ada sisa-sisa sorgum lokal yang tingginya kurang lebih 3-5 meter, tapi varietas ini berkulit. Kalaupun yang tidak berkulit, warnanya coklat, dengan nama asli daerah yaitu wata blolong. 

Kalau nama sorgum itu 'kan nama latin. Jadi ketika saya menyebutkan wata blolong, barulah mereka mengerti bahwa itulah yang juga dimaksud sebagai sorgum.

Di Likotuden ini berapa hektar lahan yang sudah ditanami sorgum?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun