Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Pabrik Kopi Robusta di Tabek Patah, Sumatera Barat

19 Maret 2018   20:36 Diperbarui: 22 Maret 2018   02:42 6573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pengemasan kopi bubuk di UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)

Ini contoh UKM yang berhasil menggerakkan roda perekonomian warga masyarakat sekitar. Salah satunya melalui produk andalannya, kopi. Kopi yang dipanen dan dikumpulkan dari petani-petani kopi yang tersebar di seantero Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Oh ya, kabupaten ini punya ibukota Batusangkar. Jadi, kalau menyebut produk kopinya sebagai Kopi Batusangkar, ya sah-sah saja.

Merek kopi ini diambil dari nama UKM yang memproduksinya: Kiniko. Berjenis Robusta.

Belum lama ini saya datang ke pabriknya langsung. Lokasinya ada di Jalan Raya Bukittinggi -- Batusangkar KM 16, Tabek Patah, Kec Salimpaung Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Atau, 2,5 jam perjalanan dengan naik mobil dari Kota Padang - yang jauhnya lumayan, kira-kira 85 km.

Sedangkan kalau dari Bukittinggi tentu aja lebih dekat lagi, cuma sekitar 25 km dengan waktu tempuh enggak sampai se-jam. Perjalanannya melintasi Jalan Lintas Tengah Sumatera yang kemudian nyambung dengan kelak-kelok Jalan Raya Bukittinggi -- Batusangkar lengkap berikut pemandangan hamparan sawah nan menghijau dan pesona alam Bukit Barisan. Tak heran, hawanya begitu sejuk di kawasan ini.

Bersama produk-produk OVOP lainnya, kopi lokal ini menjadi andalan Industri Pasca Panen Pedesaan. OVOP tentu sudah tahu 'kan, singkatan dari One Village One Product.

Galeri dan Kafe milik UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Galeri dan Kafe milik UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Galeri tempat menjajakan produk andalan lokal di UKM Kiniko. (Foto: Gapey Sandy)
Galeri tempat menjajakan produk andalan lokal di UKM Kiniko. (Foto: Gapey Sandy)
Eh tapi, by the way, nama Kiniko sebenarnya justru merupakan nama UKM itu sendiri yang bergerak di sektor pengolahan makanan dan minuman tradisional. Nama lengkapnya, KINIKO ENTERPRISE yang didirikan pada 1981 oleh almarhum Drs Abdul Aziz Idris dengan dukungan penuh Ika Suma Hamid selaku Bupati Tanah Datar periode 1985 - 1995. Misi UKM ini sangat mulia sekali, yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan penduduk khususnya di Nagari Tabek Patah dan Batusangkar pada umumnya, melalui penyerapan tenaga kerja hasil panen.

Tak heran, bukan cuma kopi yang (diproduksi dan) dijual di sentra UKM ini. Saya melihat juga aneka produk dijajakan di galeri UKM yang selalu siap menyambut pengunjung juga tamu yang berkunjung. Jangan salah, tamunya bukan cuma asal domestik doang, karena ketika saya datang misalnya, saya barengan masuk ke pabrik penggilingan dan pengepakan kopi dengan Linda dan Nida, keduanya dari Malaysia. Tentu, banyak juga tamu dari belahan dunia lain.

Di ruang tamu yang bersebelahan dengan galeri produk dagangan UKM, siapa saja bisa menikmati Kopi Kiniko. Self service alias layani sendiri. Mau pake gula atau tidak, seduh saja kopinya segelas kopinya sendiri. Lalu seruput sambil membaca-baca plakat penghargaan yang banyak sekali berjajar di rak kayu. Plakat ini diberikan oleh para rombongan tamu yang sengaja datang untuk menimba ilmu industri pengolahan hasil panen pedesaan di UKM ini. Luar biasa, membanggakan!

(Sumber: Pemkab Tanah Datar 2014)
(Sumber: Pemkab Tanah Datar 2014)
(Sumber: Pemkab Tanah Datar 2014)
(Sumber: Pemkab Tanah Datar 2014)
Dari banyak plakat itu, saya melihat misalnya, ada "kenang-kenangan" dari peserta field trip, Kuliah Industri maupun Praktik Kerja Lapangan (PKL), seperti yang diserahkan oleh Universitas Andalas, Padang; Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh; Universitas Pasir Pengaraian Kab. Rokanhulu Provinsi Riau; SMP Islam Al-Azhar 32 Padang; Maktab Koperasi Malaysia; Universitas Negeri Padang; SMA Negeri 09 Pekanbaru; Pemkab Musi Rawas, Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA Jakarta dan masih banyak lagi.

Bahkan pada hari yang sama ketika saya datang, plakat untuk UKM ini bertambah lagi, yaitu dari PT Bintang Anugerah Sinergi (BAS), Jakarta yang membawa rombongan karyawan PT Kangean Energy Indonesia dari Jakarta untuk mengikuti program pelatihan masa pra pensiun kerja dengan "berguru" ke UKM ini.

Selama berkunjung di UKM ini, saya menerima pelayanan yang sungguh hangat dan ramah. Khususnya dari Rina Armediza Aziz, selaku pemilik dan pengelola. Perempuan berjilbab kuning dengan batik berwarna dasar merah ini tak lain adalah putri dari pendiri UKM KINIKO ENTERPRISE.

"Saya meneruskan apa yang sudah orangtua saya kerjakan. Saya mengembangkannya semaksimal mungkin demi mewujudkan misi kami yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar," ujarnya.

Lokasi peta perjalanan dari Kota Padang menuju UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar. (Sumber: Google Maps)
Lokasi peta perjalanan dari Kota Padang menuju UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar. (Sumber: Google Maps)
Ramuan Pinang juga menjadi produk andalan UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Ramuan Pinang juga menjadi produk andalan UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Nama Rina sendiri, sudah tidak asing lagi di kalangan pebisnis lokal maupun nasional. Maklum, Rina adalah Ketua Kadin Kab. Tanah Datar. Galeri produk, kafe juga pabrik Kopi Kiniko ada di seberangnya persis rumah Rina yang berbentuk rumah adat Minangkabau. Inilah Rumah Gadang Datuak Malano Kuniang. Pada dinding bagian depan terdapat catatan tahun renovasi, yaitu pada 1916 oleh Amarullah Datuak Bilang Sekoto, lalu pada 1979 oleh Drs Abdul Aziz Idris Rajo Sampono. Nama yang terakhir ini tak lain adalah ayahanda Rina.

Persis di halaman depan teras rumah ada sumur yang lubangnya tertutup. Kerekan timba dan tali sumur yang biasa di-cagak dengan tiang rada tinggi, justru terlihat rendah. Bambunya sudah lapuk dimakan usia, bentuk kerekan-nya beda dengan sumur-sumur pada umumnya. Kelihatannya, ini sistem sumur timba dengan memanfaatkan bambu yang diputar. Sepertinya pula sumur ini sudah tidak difungsikan lagi, terlihat dari lumut dan suplir liar yang tumbuh subur di sekeliling bibir juga cor-coran penutup sumur.

Oh ya, mau tahu produk-produk andalan apa saja yang dijajakan di galeri UKM ini? Kebetulan saya mencatat dengan cara memotretnya, ada Sagun (sagon) Bakar, Pisang Sale, Keripik Sanjai Balado, Keripik Ubi Ungu, Kacang Pias, Kue Sapik Gula Aren, Minuman Serbat, Minuman Pinang, Ramuan Daun Sirsak, Ramuan Teh Daun Kopi dengan pengaduk berupa batang Kayu Manis, Kopi Bubuk, Kopi Jahe, Kopi Kawa Daun, Dodol Pepaya, Dodol Nanas, Dodol Sirsak dan masih banyak lagi.

Kopi Bubuk jenis Robusta yang diproduksi UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Kopi Bubuk jenis Robusta yang diproduksi UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Kopi Bubuk jenis Robusta yang diproduksi UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Kopi Bubuk jenis Robusta yang diproduksi UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Di dekat meja dan mesin kasir ada cinderamata gantungan kunci dan lain sebagainya yang rata-rata desain serta motifnya punya pesan, bangga dengan pariwisata Indonesia khususnya Sumatera Barat.

Tak usah ragu dengan kualitas produk-produk yang dijajakan tadi, lantaran UKM ini sudah mengantongi sertifikat SNI No. 01-3542-94, dan juga sudah terdaftar di Badan POM Depkes RI No.SP.05/03.12/93.

Lokasi pabrik kopinya sendiri ada di samping kanan galeri dan ruang tamu. Enggak jauh kok. Masih satu area dan sejajar dengan ruang shalat untuk laki-laki dan perempuan yang masing-masing terpisah.

Jangan membayangkan pabrik kopinya besar, luas dan lapang. Enggak kok, ini pabrik kopi yang sederhana saja. Bangunannya dari kayu yang dicat warna biru muda. Di dekat pintu masuk ada tulisan 'Pabrik Kilang Kopi' dan dipasang juga papan dengan tulisan mengenai Tata Tertib Kerja yang berlaku bagi seluruh pekerja. Seperti misalnya, pemberlakuan hari kerja yang berlangsung Selasa sampai Minggu (08.00 -- 16.00 wib) dan ketentuan lainnya.

Begitu masuk ke pabrik kopi, ruangan indoor yang cukup lapang menyambut saya. Meja-meja panjang lengkap dengan kursi kayu panjang menjadi tempat pekerja melakukan proses pengemasan. Sejumlah pekerja kelihatan sibuk beraktivitas. Ada yang melakukan penghitungan pembukuan di meja dekat pintu masuk, sedangkan di sisi kiri agak ke tengah, ada 2 pekerja wanita yang sibuk memasukkan bubuk kopi ke plastik kemasan. Satu per satu melakukannya, begitu pun ketika proses penimbangan berat kemasan. Semuanya manual dan ekstra teliti pengerjaannya plus hati-hati.

Pabrik Kilang Kopi di UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)
Pabrik Kilang Kopi di UKM Kiniko di Tabek Patah, Kec Salimpaung, Kab Tanah Datar, Sumbar. (Foto: Gapey Sandy)

Kopi bubuk yang siap dikemas secara manual. (Foto: Gapey Sandy)
Kopi bubuk yang siap dikemas secara manual. (Foto: Gapey Sandy)
Di ruangan pengepakan kopi bubuk ini, selain aroma kopi segar yang menusuk hidung, juga terdengar suara gaduh mesin yang berderak berulang-ulang kali. Bunyi apaan sih? "Itu suara mesin pemanggangan biji kopi," ujar salah seorang pekerja menjawab keheranan saya.

Ruang pemanggangan kopi, ada di belakang. Pengunjung harus lewat area pengepakan, dan masuk terus ke arah belakang. Memasuki ruang pemanggangan, hawa cukup panas langsung menerpa. Ya gimana enggak, saya melihat ada 2 "tungku pemanggang" biji kopi yang sedang bekerja di atas lidah api yang menjilat-jilat ganas. Bahan bakarnya? "Ini pakai gas dan dikoneksi dengan kompresor ukuran sedang yang meniupkan angin," ujar Rina menjelaskan.

Sebenarnya, yang disebut tungku pemanggang ini adalah drum besi yang menjadi wadah biji kopi. Drum yang sudah berubah warna menjadi hitam jelaga ini berputar cepat dengan bantuan mesin putar, di atas nyala api. "Lama pemanggangan biji kopi ini bisa sampai dua jam," jelas Rina lagi.

Sesudah itu, hasil pemanggangan kopi yang masih begitu panas ini didiamkan dulu sehari semalam di atas wadah terbuka. Keesokan harinya, barulah biji kopi hasil panggangan ini masuk ke mesin penggilingan kasar terlebih dahulu. Hasilnya, bubuk kopi yang masih kasar ini digiling lagi dengan mesin penggiling lembut, sehingga menghasilkan kopi bubuk. "Barulah kemudian masuk ke proses pengemasan yang disesuaikan dengan berat timbangan untuk ukuran jualnya," kata Rina lagi.

Kopi bubuk dimasukkan ke plastik kemasan. (Foto: Gapey Sandy)
Kopi bubuk dimasukkan ke plastik kemasan. (Foto: Gapey Sandy)
Rina A Aziz (kanan), pengelola UKM Kiniko yang juga Ketua Kadin Kab Tanah Datar. (Foto: Gapey Sandy)
Rina A Aziz (kanan), pengelola UKM Kiniko yang juga Ketua Kadin Kab Tanah Datar. (Foto: Gapey Sandy)
Melihat proses produksi di Pabrik Kilang Kopi ini, jelas sekali bahwa tidak ada bahan campuran apapun yang ditambahkan. Semua murni dari biji kopi, diproses dan kemudian menjadi kopi bubuk siap saji. Tapi mengapa hanya jenis Robusta yang diproduksi di sini? "Karena kami menyesuaikan permintaan pasar. Kami menerima pesanan dari pasar di kawasan Asia Tenggara. Kalau jenis lain seperti Arabica, lebih diminati oleh pasar di kawasan Eropa. Selain itu, harga jual kopi jenis Arabica juga tinggi, sehingga menyulitkan penjualan kami," terang Rina yang mulai nampak berkeringat di wajahnya.

Rina memang tidak sembarangan berpendapat. Kopi khas Batusangkar memang sudah terkenal sejak zaman baheula doeloe. Bahkan, pada kemasan Kopi Kiniko ini terdapat tulisan yang keren banget: "Terbuat dari kopi pilihan dari Sumatera Barat yang sudah dikenal sejak tahun 1881 di kawasan Eropa."

Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Klaim bahwa kopi yang berasal dari Tabek Patah sudah terkenal sampai ke Eropa, menurut Rina, diperkuat dengan sejarah bahwa pernah terjadi aturan tanam paksa oleh kolonial Belanda.

Pada 1840, di Minangkabau diterapkan tanam paksa atau cultuurstelsel -- dan pemungutan pajak sebesar 20% kepada pribumi. Petani wajib menanam kopi, tetapi tidak boleh memetik hasil panennya. Buah kopi hasil panen akan langsung diangkut semua oleh Meneer Belanda ke negeri asalnya, untuk menambah pundi-pundi keuangan negara yang semakin tiris akibat peperangan di belahan wilayah Eropa. Para petani, cuma boleh memetik daun kopi. Belanda juga menyampaikan puja-puji penuh tipuan bahwa daun kopi sebenarnya justru lebih banyak khasiatnya daripada biji kopi.

Masyarakat kemudian terpaksa hanya bisa "minum kopi" dengan cara membuatnya dari daun kopi tua yang sudah dikeringkan, lalu diseduh air panas [sama seperti menyeduh teh dengan daun-daun teh yang kering]. Inilah yang kemudian berkembang terus sampai detik ini, dan akrab disebut dengan Kopi Kawa Daun, yang artinya kopi dari daun kopi yang dikeringkan.

Sampai detik ini, banyak yang percaya bahwa Kopi Kawa Daun punya banyak khasiat, seperti misalnya menghangatkan badan, menurunkan hipertensi, melancarkan saluran pernafasan, menambah vitalitas dan stamina, menyembuhkan penyakit kulit seperti kurap.

Mesin penggilingan biji kopi hasil sangrai agar menjadi halus. (Foto: Gapey Sandy)
Mesin penggilingan biji kopi hasil sangrai agar menjadi halus. (Foto: Gapey Sandy)
Presiden Joko Widodo sempat memperhatikan Kopi Kiniko produksi UKM Kiniko dalam satu ajang pamerang. (Foto: Dok. UKM Kiniko)
Presiden Joko Widodo sempat memperhatikan Kopi Kiniko produksi UKM Kiniko dalam satu ajang pamerang. (Foto: Dok. UKM Kiniko)
Para peneliti dan ahli nutrisi di Eropa pun, sesudah melakukan analisi mendalam tentang 23 spesies tanaman kopi, ternyata justru menemukan manfaat kesehatan yang terkandung pada daun kopi. Salah satunya, kesimpulan bahwa daun kopi mempunyai kandungan anti-oksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam maupun teh hijau. Penelitian yang pernah dipublikasikan melalui Annals of Botany misalnya menyebutkan bahwa, anti-oksidan daun kopi lebih tinggi daripada daun teh karena kandungan mangiferin yang berkhasiat juga sebagai anti-inflamasi yang bisa mengurangi risiko diabetes, kolesterol darah, hipertensi dan melindungi neuron di otak.

Menurut data tahun 2014 yang diperoleh dari situs Pemkab Tanah Datar, wilayah Kec Salimpaung sendiri sebenarnya merupakan kawasan sentra produksi kopi jenis Arabica. Sementara kopi jenis Robusta, sentra produknya ada di Kec X Koto, Batipuh, Sungai Tarab, Tanjung Baru, dan Lintau Buo Utara.

Adapun jumlah produksi kedua jenis kopi ini memang sangat jauh sekali perbandingannya. Maklum, sentra produknya juga beda jauh. Makanya, tak aneh kalau pada 2014, luas tanaman kopi Robusta yang menghasilkan ada 1.345,50 hektar dengan produksi mencapai 530,12 ton. Sementara kopi Arabica, luas tanaman yang menghasilkan ada sebanyak 218,89 hektar, dan produksinya 150,02 ton.

Kopi Kawa Daun yang tanpa biji kopi. Hanya daun kopi. (Foto: i.ytmig.com)
Kopi Kawa Daun yang tanpa biji kopi. Hanya daun kopi. (Foto: i.ytmig.com)

Oh ya, untuk mengetahui apa bedanya kopi jenis Arabica dan Robusta, bolehlah tengok di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun