Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lestarikan Bekas Pabrik Indarung Sebagai Pusaka Industri

4 April 2016   13:39 Diperbarui: 5 April 2016   17:29 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Peranti untuk Pabrik Semen Indarung I di Sumatera Barat. Foto tahun 1910. (Sumber: Humas PT Semen Padang)"]

[/caption]

[caption caption="Material untuk Pabrik Semen Indarung I di Sumatera Barat. Foto tahun 1910. (Sumber: Humas PT Semen Padang)"]

[/caption]

[caption caption="Suasana penerimaan upah untuk para pekerja di Pabrik Semen Indarung I pada tahun 1913. (Sumber: Humas PT Semen Padang)"]

[/caption]Dari referensi yang saya peroleh, eksistensi Semen Padang berawal dari penemuan batu-batu menarik oleh seorang perwira Belanda berkebangsaan Jerman yaitu Carl Christophus Lau, pada 1906. Batu-batu ini kemudian dikirim ke Belanda untuk melewati uji penelitian. Hasilnya? Mencengangkan! Batu-batu tersebut ternyata mengandung kapur dan silika, dua bahan baku utama untuk membuat semen.

Carl Christophus Lau mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk pendirian pabrik semen di Indarung. Permohonannya disetujui lebih kurang tujuh bulan kemudian. Ia kemudian menggandeng sejumlah perusahaan untuk bermitra, yakni Firma Gebroeders Veth, Fa.Dunlop, dan Fa.Varman & Soon, pada 18 Maret 1910. Sejak itu, berdirilah pabrik yang bernama NV Nederlmidschhidische Portland Cement Maatschappij (NY NIPCM) dengan akta notaris Johannes Pieder Smidth di Amsterdam.

Kehadiran perusahaan ini menjadi tonggak sejarah berdirinya industri semen di Indonesia, karena merupakan industri besar pertama di Indonesia yang terdaftar di bawah Departemen Pertanian, Industri, dan Perdagangan di Hindia Belanda.

Pabrik semen di Indarung ini menjadi tonggak sejarah industri besar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Legalitas perusahaan semen itu berdasarkan "Koninklijke Bewilliging", pada 8 April 1910, No 20. Pabrik ini berkantor pusat di Prins Hendrikade 123, Amsterdam dan kantor cabangnya di Padang, Sumbar.


Pembangunan klin --- dapur atau tungku untuk mengolah semen --- pertama di pabrik semen Indarung selesai pada 1911, dengan kapasitas produksi 76,5 ton sehari. Klin kedua dibangun setahun kemudian, dengan kapasitas sama.

Pada awalnya, sumber energi listrik yang digunakan untuk mengoperasikan pabrik ini berasal dari pembangkit listrik Rasak Bungo, yang memanfaatkan air Sungai Lubuk Paraku. Sementara bahan bakar pabrik menggunakan batubara Ombilin. Batubara didatangkan dengan kereta api dari Sawahlunto ke Bukit Putus, tak jauh dari Teluk Bayur.

Begitulah kisah awal berdirinya Pabrik Semen Padang Indarung I.

Untuk bernostalgia dengan masa-masa Belanda dulu, ada saja cara yang dilakukan di ”tekape”, seperti berbusana ala Meneer dan Noni Belanda di lokasi pabrik.

Beginilah, hasil jepretannya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun