Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Congor, Akal dan Iman Ahok

1 Maret 2015   23:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MINGGU pagi tadi (1 Maret 2015) saya bertemu dengan seorang teman yang kebetulan karyawan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kepadanya saya bertanya: “Bapak mendukung Ahok atau mendukung DPRD DKI?

Dia langsung menjawab mendukung Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Cuma, dia menambahkan, ada satu hal yang ia tidak suka dengan Gubernur DKI Jakarta tersebut, yaitu sang bos tidak bisa menjaga mulutnya, dan hampir setiap hari marah. “Congornya itu lho yang nggak bisa dijaga,” katanya.

Congor adalah istilah kasar dalam bahasa Jawa untuk menyebut mulut seseorang saat mengeluarkan kata-kata.

Saya kemudian menimpali: “Ahok marah dan maki-maki seperti itu, pasti ada sebabnya. Kalau tidak ada sebab, mengapa dia harus marah?” Teman saya yang sebentar lagi pensiun itu tidak menjawab.

Ucapan Ahok yang tanpa basa basi itu beberapa hari belakangan ini kembali berkumandang ke penjuru nusantara – juga dunia – setelah ia “bersengketa” dengan DPRD DKI Jakarta gara-gara ia mendapati ada dana siluman Rp 12,1 triliun dalam RAPBD 2015 yang disisipkan oleh para anggota DPRD.

Dana lumayan besar itu disisipkan guna membiayai sejumlah proyek di DKI Jakarta, antara lain pengadaan peralatan  uninterruptible power supply yang di dunia teknologi informasi (komputer) populer dengan sebutan UPS.

Tersiar kabar, UPS itu nantinya akan dipasang di sejumlah SMA negeri yang setiap sekolah mendapatkan alokasi dana Rp 5 miliar lebih. Proyek akal-akalan inilah yang membuat Ahok berang dan memaki-maki anggota dewan sebagai calon koruptor (jangan-jangan sudah menjadi koruptor?) Ahok lalu mengajukan RAPBD 2015 versi sebelumnya ke Kemneterian Dalam Negeri.

Merasa dilangkahi, DPRD balas menyerang Ahok dengan melakukan cara konstitusional, yaitu menggelar sidang paripurna yang beragenda tunggal membuat skenario merealiasikan hak angket yang ujung-ujungnya jabatan Ahok sebagai gubernur berada di ujung tanduk. Lewat aksi tersebut, Ahok bakal dimakzulkan, dan habislah sudah sejarah Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta.

Banyak orang penasaran dengan dana siluman Rp 12,1 triliun tersebut, termasuk saya. UPS itu apa sih? Mengapa gara-gara proyek UPS untuk SMA negeri ini, Ahok sampai marah-marah seperti itu dan nekat melawan DPRD yang juga tak kalah garang?

Penasaran dengan UPS (harap maklum saya bukan orang IT), saya googling dan dari wikipedia saya menemukan informasi bahwa UPS adalah perangkat yang biasanya menggunakan baterai backup sebagai satuan daya alternatif agar dapat memberikan suplai daya, sehingga  tidak mengganggu perangkat elektronik yang terpasang di sebuah perusahaan.

UPS, masih menurut informasi di wikipedia, merupakan sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem dan hardware. UPS akan menjadi sistem yang sangat penting dan diperlukan pada banyak perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet dan sebagainya.

Seorang teman yang bekerja di bank swasta nasional – bank ini sangat terkenal dan punya jutaan nasabah – tak habis pikir, UPS yang harganya sampai Rp 5 miliar, apakah memang cocok buat sekolah? “Data seperti apa sih di sekolah yang perlu dilindungi, sehingga harus pakai UPS semahal dan segede itu, kok seperti bank saja?”

Jauh sebelumnya, Ahok juga telah mengungkapkan kedongkolannya karena proyek UPS senilai Rp 5 miliar lebih sangat tidak masuk akal. “Dana segede itu bisa dipakai untuk memperbaiki 38 sekolah di DKI yang sudah nyaris ambruk,” kata mantan Bupati Bangka Belitung ini.

Maaf, sekali lagi saya bukan orang IT, sehingga tidak tahu ada berapa jenis UPS, spesifikasinya, dan harganya. Apakah memang ada UPS yang harganya sampai miliaran rupiah? Setelah iseng googling, saya menemukan info harga UPS paling mahal Rp 33 juta. Silakan lihat di sini:  http://www.bhinneka.com/aspx/specialpage/ups.aspx.

Ahok lebay? Ahok tidak menghormati DPRD? Mengapa sih, anggaran Rp 12,1 triliun diributkan? Ahok berkoar-koar karena dia nggak kecipratan uang dari hasil proyek tersebut?

Beruntunglah ketika banyak orang yang nyinyir terhadap Ahok, media massa (pers) ikut membantu dengan memberikan informasi jernih kepada publik, sehingga sengkarut Ahok-DPRD sedikit demi sedikit mulai terkuak.

Detik.com beberapa hari lalu mencoba menelusuri keberadaan salah satu perusahaan yang pada 2014 lalu mendapatkan proyek pengadaan UPS di SMKN 42 Jakarta senilai Rp 5.833.448.500. Situs berita itu memberitakan perusahaan yang dimaksud adalah CV Wiyata Agri Satwa, beralamat di Sidoarjo, Jawa Timur. Saat dicek ke lokasi, yang ditemukan bukanlah kantor, tetapi gudang tepung pakan ternak.

Dalam data yang tercantum di lpse.jakarta.go.id, lokasi CV Wiyata Agri Satwa berada di Jl Tambak Sawah Industri D-10 Rt 07 RW 02, Kecamatan Waru, Sidoarjo. Pada Jumat (27 Februari) detikcom mendatangi alamat tersebut. Di lokasi itu terlihat sebuah gudang besar dengan pintu besi berwarna biru. Tidak ada papan nama CV Wiyata Agri Satwa.

Situs berita merdeka.com mencoba menelusuri UPS yang diributkan Ahok itu ke sekolah-sekolah. Benar saja, tulis merdeka.com, sekolah-sekolah tidak pernah meminta pengadaan UPS yang harganya fantastis itu. Namun anehnya barang itu muncul begitu saja.

SMA Negeri 25 Jakarta Pusat merupakan salah satu sekolah yang menerima UPS dari Dinas Pendidikan DKI pada tahun 2014. Namun, ternyata SMA 25 dipaksa oleh pihak Dinas Pendidikan.

"Awalnya kepala sekolah sudah menolak empat kali namun dipaksa lagi sama Sudinnya. Mungkin kalau staf yang datang kita masih bisa menolak, tapi ini sudah Kasudinnya yang datang, kami tidak bisa menolak," kata Kepala Tata Usaha SMA 25, Miki Hermanto kepada merdeka.com.

Koran Media Indonesia, Sabtu (28 Februari) lalu juga memberitakan fakta serupa bahwa banyak sekolah yang tidak tahu menahu dengan proyek tersebut, tapi dipaksa agar mau dipasangi UPS.

Insting Ahok memang tepat. Dana siluman Rp 12,1 triliun yang disisipkan DPRD dalam RAPBD 2015 pasti ada apa-apanya. Orang sekarang bilang ada udang di balik bakwan. Dunia perkorupsian dalam kasus dana siluman RAPBD 2015 DKI Jakarta sudah terbalik-balik. Lazimnya, eksekutif yang doyan memainkan RAPBD, tapi kali ini orang legislatif yang jelas-jelas bermain. Lazimnya, eksekutif (para pejabat) yang doyan menyikat uang rakyat, tapi kali ini wakil rakyatlah yang menyikat uang rakyat yang diwakilinya.

Lalu mengapa congor Ahok lantang mengecam para wakil rakyat. Dalam kasus tersebut, akal Ahok yang bermain. Sejak awal, akalnya mengatakan bahwa proyek Rp 12,1 triliun itu memang tidak masuk akal alias akal-akalan.

"Yang paling jelas sajalah, kamu tahu UPS, kan Rp 4,9 miliar. Harga genset paling gede saja Rp 150 juta. Ini apa-apaan ini? Daripada Rp 12,1 triliun habis buat beli barang-barang gila begitu, lebih baik saya pertaruhkan posisi saya sebagai gubernur. Kita lihat saja siapa yang masuk penjara nanti?," kata Ahok.

Banyak orang tak habis pikir mengapa Ahok berani berbicara keras kepada siapa pun, termasuk kepada DPRD yang posisinya sejajar? Mengapa dia rela mempertaruhkan jabatannya sebagai gubernur, sehingga dalam berbagai kesempatan, dia selalu mengatakan: “Dicopot jadi gubernur pun saya tidak jadi soal.”

Dalam wawancaranya dengan koran Media Indonesia beberapa hari lalu, dia mengatakan: “Saya tidak peduli jika DPRD akan memakzulkan saya, sebab bagi saya mendengar suara hati nurani lebih penting daripada mendengar suara DPRD. Bagi saya jabatan bukan segala-galanya.”

Dalam kasus tersebut, Ahok tampaknya akan terus bersikukuh bahwa dia tidak akan kompromistis dengan penyelewengan yang ada di sekitarnya. Sikap teguh ini tampaknya didasari dengan imannya sebagai orang Kristen yang harus berani menunjukkan kebenaran meskipun berisiko mati.

Ahok sendiri, seperti pernah diungkapkan dalam berbagai kesempatan, termasuk saat diwawancara Najwa Sihab dalam acara Mata Najwa di Metro TV beberapa waktu lalu, siap mati. Iman Kristen menuntunnya  untuk berani mengatakan bahwa mati adalah sebuah keberuntungan.

Ahok merujuk pada sebuah ayat dalam Alkitab (Filipi 1: 21) yang berbunyi: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Ia tampaknya ingin meneladani Kristus yang akhirnya mati karena menegakkan kebenaran meskipun sebelumnya harus menanggung risiko dibenci, dicaci, disumpah serapah dan diadili secara tidak adil oleh orang-orang yang merasa dirinya paling suci dan bersih.

Mengapa Ahok berani lantang berbicara dan sepertinya tak sudi dengan kompromi (untuk hal-hal yang menyimpang)? Ia tampaknya terinspirasi dari Injil Matius 5:37 yang isinya seperti ini: "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."

Melalui imannya, Ahok lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia, sehingga ia tidak mau masuk ke wilayah abu-abu antara “ya” dan “tidak”.

Dilatarbelakangi iman seperti itulah Ahok siap dan rela tidak menjadi gubernur daripada berkompromi dengan kenajisan (korupsi mencuri uang rakyat). “Tidak apa-apa saya dimakzulkan asalkan tidak mencuri uang rakyat. Sebagai gubernur saya harus mengamankan uang rakyat,” katanya.

Saya tidak tahu bagaimana akhir dari drama perseturuan Ahok dengan DPRD? Siapa yang bakal menang, kebenaran atau kelaliman?

Jika pun akhirnya Ahok kalah (dimakzulkan DPRD) dan jabatannya sebagai gubernur lepas, ada baiknya Ahok tetap konsisten dengan imannya dan mengcopy-paste kata-kata Yesus saat disalib: “Ampuni mereka ya Bapa, sebab mereka tidak tahu apa yang dilakukannya.”

Semoga ia mengucapkannya dengan lemah lembut dan tidak lagi dengan marah-marah, lantaran penyebab marah-marahnya itu telah tiada dan tidak lagi menjadi tanggung jawabnya. Ia telah lulus ujian iman.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun