Perjalanan Menemukan Aloe Vera yang Kaya Manfaat
Kerasnya hidup di ibu kota mengajarkan banyak hal pada kepribadian dan pemikiran Alan. Meski awalnya sang ayah tak menghendaki anaknya jadi petani, namun kondisi saat ini sudah banyak berubah. Lahan pertanian masih sangat menjanjikan dalam mendatangkan keuntungan.Â
Hanya saja, butuh tangan dan tenaga terampil yang dapat menciptakan inovasi baru sehingga mampu menghasilkan panen berlimpah serta produk berkualitas.Â
Sebelumnya, saat masih di Jakarta, Alan memikirkan berbagai pilihan untuk budidaya tanaman, mulai dari tanaman, anggur, pepaya california dan buah naga. Namun akhirnya Alan lebih tertarik pada Aloe Vera (Lidah Buaya).Â
Pertimbangannya karena tanaman ini tidak memerlukan banyak air, gampang cara perawatan, dan punya banyak manfaat. Dan yang tak kalah pentingnya, punya nilai ekonomis yang tinggi. Â
"Tanaman Aloe Vera ini menjadi bahan baku setidaknya oleh empat industri besar, mulai dari industri farmasi, industri kosmetik, pupuk dan kuliner berupa makanan olahan," jelas Alan dalam sebuah kanal youtube Kementerian Pertanian.Â
Tak hanya itu, Alan berpikir bahwa jenis tanaman inilah yang paling cocok untuk kondisi lahan tanah di daerah Gunung Kidul yang terbilang rawan kekeringan.Â
Dari laman wikipedia disebutkan tanaman Lidah Buaya atau Aloe Vera merupakan tumbuhan yang bersifat menahun yang berasal dari jazirah Arab. Tanaman ini juga memiliki daya tahan tinggi terhadap hama serangga, dan cocok ditanam di kebun-kebun di daerah dengan curah hujan rendah.Â
Sementara jika ditanam di dalam pot, Lidah Buaya membutuhkan tanah yang kering dan berpasir dengan cahaya matahari yang cukup.Â
Kondisi seperti ini pas dengan kondisi geografis dan geomorfologi Gunung Kidul, yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan karst atau perbukitan kapur.Â
Setelah melakukan serangkaian riset dengan membaca literatur tentang budidaya tanaman Lidah Buaya dan juga belajar dari youtube, Alan kian optimis.Â