Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketika Suami Tak Mesra Lagi

20 Februari 2014   22:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:38 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sokur ... matamu di taruh di mana, sih? Pakai jatuh-jatuh segala. Malu-maluin, mah.“

“Ealah, Pah, bukannya nolongin malah nyalahin. Dibantu kek ... gak ingat dulu waktu pacaran. Pegang tangannya seharian. Huh, dasar laki-laki!“

Percakapan di atas mungkin awam terjadi di dalam masyarakat. Mereka, biasanya pasutri yang sudah memiliki keturunan dan telah menjalani hidup satu atap sekian tahun lamanya. Apakah ini wajar? Saya kira tidak. Semoga para lelaki tipe demikian sadar, perempuan selalu ingin disayang. Meski badannya sudah melar, saat wajahnya mulai berkerut dan tak lagi menarik, walaupunparfumnya ala dapur, kala auranya tampak lelah ... tetap saja merasa paling pantas dicintai, disanjung dan dilindungi suaminya. Mosok mau suami orang, tetangga atau teman kantor yang melakukannya? Lha rak malah bubrah, tho?

Belum lagi kalau suami yang tidak berempati saat istrinya jatuh itu, termasuk kategori ganteng. Banyak yang naksir. Parahnya kalau si lelaki tidak yakin seyakin-yakinnya, bahwa wanita di dunia itu hanya satu di hatinya (yakni istri) dan malah mengatakan, “Nih, suamimu, banyak yang naksir. Ganteng, sih“ Haha ... ganteng presto barangkali. Saya lebih ingin menilai orang ganteng bukan dari tampangnya saja. Melainkan misalnya ... bagaimana ia memperlakukan wanita terutama istri, ibu dan anak perempuannya. Kalau istri jatuh sudah tak mau menolong malah menyalahkan. Saat anaknya diajak nonton konser dangdut, anaknya berjam-jam menangis dibiarkan saja karena sibuk dan matanya mau copot memelototi panggung yang ikut bergoyang seakan ada gempa mau rubuh oleh ’galian’ si penyanyi seksi. Atau saat ibundanya menyuruh untuk mengambilkan uang pensiun, ngeles sedang tidak ada waktu. Lelaki macam apa dia ini? Sepertinya harus dijewer. Tidak berperikewanitaan. Padahal ketika ia mampu berdiri, orang-orang yang selalu berada di sekitarnya adalah ibu, istri dan anak-anaknya.

Saya melihat sebuah perkembangan apik di dunia ini bahwa generasi sekarang pasutrinya sudah bisa berkolaborasi. Tak melulu yang garda depan adalah zona lelaki dan perempuan kanca wingking. Oh, nö! Bayangkan kalau istri sedang sakit atau berhalangan. Siapa yang mengurus anak dan rumah? Mbok yaow belajar membantu pekerjaan istri di rumah. Memang pekerjaan kantor amat melelahkan. Menyita energi yang luar biasa, luar dalam. Ih, belum tahu pekerjaan rumah tangga itu tak pernah selesai-selesai dan kadang membosankan? Coba, saja. Sehari saja! Nah, saat pasangan jiwa membutuhkan, tak perlu gengsi dan enggan untuk cancut tali wanda, membantu. Wong bojonya sendiri kok, bukan bojo orang lain. Kalau sama istri orang lain saja matanya bisa merem-melek alias kelap-kelip, sama istri sendiri harus lebih.

Makanya para suami yang sudah dikategorikan tidak mesra itu harus dibumihanguskan karakternya, menjadi sadar dan kembali ke jalan yang benar. Hey, look ... your loyal wife is there for you wherever you are .... No matter what you say. Sometimes doesn’t care how much money in your wallet and goes for it.

Saya menghargai para suami yang senang memasak, mengasuh anak dan bergantian shift dengan istri di rumah dengan ikhlas. Tanpa dua kali berpikir, tak perlu berargumen. Kalau perlu ini dijadikan proyek percontohan untuk anak-anak menjadi budaya turun-menurun bahwa suami membantu istri dan istri membantu suami. Bukankah itu indah. Jaman sudah berubah, semua tak lagi gundah. Buat apa susah?

Ternyata kemesraan yang pudar itu tak hanya soal rutinitas biasa. Masalah kasur atau di tempat tidur, kadang menjadi sebuah dilema. Istri merasa, si suami tak lagi tertarik bermain cinta dengannya. Sebabnya, ia mengaku badannya sudah melar... dua tiga kali lipat saat waktu gadis. Boro-boro seminggu sekali seks, sebulan sekali sudah alhamdulillah ... begitu katanya. What? Saya pikir, lebih baik seperti minum obat! Padahal HUS atau hubungan suami istri itu seperti lem cinta. Lah kalau tak pernah ada lem, kapan rekatnya? Ah, saya tahu, ternyata ada istri yang biasa menidurkan anak-anaknya di malam hari lalu tertidur di sana. Padahal seharusnya, menidurkan lalu menuju sang suami untuk menghabiskan waktu bersama kekasih hati. Dan suami tak boleh cari alasan menghindar rapat kek, pusing kek, capek kek ... Banyak istri yang bisa memanjakan suami, kok. Dan siapa sih, lelaki yang tidak ingin disayang istrinya. Kalau diperhatikan betul-betul pasti suami bisa klepek-klepek. Betul?

[caption id="attachment_323782" align="aligncenter" width="383" caption="Semoga tetap mesra sampai kaki nini ...."][/caption]

Kehidupan rumah tangga saya masih seumur jagung dan belum dalam golongan sempurna, tetapi cukup bersyukur bahwa kejadian-kejadian yang diceritakan teman saya di atas itu insyaallah belum terjadi. Semoga tidak akan pernah. Selamat pagi! (G76)

PS: Curhatan seorang teman.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun