Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Euthanasia dan Para Malaikat

27 November 2015   19:23 Diperbarui: 27 November 2015   22:39 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaganawati, no.8.

 

Dr. Jalal itu Mr. James ... Mr.J??? Mataku yang telah sembab, melotot. Tak kusia-siakan detik-detik kosong saat James jatuh. Gerakan reflek jemariku, meraih pistol yang jatuh! 

“Sekali saja kau bertindak bodoh, tak segan aku menarik pelatuknya.“ Gertakanku membuat James mengangkat kedua tangannya. Minta ampun.

“Aku hanya ingin membantumu, Anna ...“ Senyum jahat James tersungging.

“Menjauhkan Nughie dariku? Menjadikanku Anna Kalashnikov? Semakin gila karena suntikan amphetamine rutinmu hingga aku berhalusinasi sepanjang kau mau? Menyingkirkan Ran? Apaaaa ... apa lagi kekejaman yang akan kau perbuat dalam hidupku? Dokter bedebah!!!“ Kugerakkan pistol ke kepalanya. Iya. Tepat di dahi. Seperti yang pasti sudah ia lakukan pada Ran. Ran yang sudah menjadi mayat dengan lubang tembakan peluru di dahi.

“Kamu tak bisa lari dari rumah sakit ini, Rhein ... Aku sudah mengaturnya.“

“Hahaha, dasar culas ... itu sebabnya kau bunuh Ran. Kau salah, James. Satu yang kutahu, justru dengan bantuanmu aku tetap bisa keluar dari sini, James. Berdiriiii!“ Teriakanku bahkan mengagetkan diriku sendiri. Kerongkongan serasa kering dari teriakan tadi. Serak sekali. Sakit! 

Satu tangan berwarna merah karena darah Ran, memegangi rambut gimbal di kepalaku. Aku bingung. Kepalaku pusing. Mengapa kejadian menyeramkan begitu cepat terjadi? Air mataku kembali menetes. Membasahi wajah tanpa polesan yang makin pucat pasi saja dari hari ke hari.

James bangkit dari jatuhnya. Ekor matanya masih saja mengawasi moncong pistol yang berpindah ke tanganku. Kupaksa ia membuka pintu. Jika tidak, pistol yang kutodongkan di tulang belakangnya akan menembus ke dada. Kudorong James agar mau berjalan menuju lorong. 

“Semua tiarap, buang senjata jauh-jauh ... kalau tidak, kusudahi dokter Jalal ... “Para suster dan petugas keamanan terlihat panik dan kebingungan. “Cepaaaattt!!!“ Pistol beralih ke pelipis James karena semua hanya mematung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun