Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(RTC) Yang Telah Hilang Biarlah Pergi

31 Januari 2021   18:47 Diperbarui: 1 Februari 2021   21:26 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukses Rumpies! (dok.Rumpies)

Dear Sasha,

Sa, kamu sudah baikan?

Aku tahu, tanah kubur suamimu belum juga kering. 

Aku tahu, jatuhan air matamu menampakkan duka yang belum juga sirna.

Aku tahu, perih di hatimu belum pula lekang oleh hari. Kehilangan separoh jiwa itu bagai terbang dengan satu sayap ke angkasa. 

Aku tahu kamu lelah lahir-batin, Sa.

Tapi Sa, aku ingat pesan ibuku. Bahwa orang yang meninggal itu akan tetap di hati kita meskipun jiwa dan raganya telah tiada. 

Tak perlu menyalahkan diri, ketika kalian bersikeras jalan-jalan selama pandemi, lalu suamimu terpapar hingga meregang nyawa... 

Legakan dirimu saat ini. Aku merasakan keadaanmu seperti jatuh tertimpa tangga ketika banjir baru saja melanda kampungmu, meluluhlantakkan harta benda dari keringat yang belum juga kering. Yang hilang, biarlah pergi. Tak ada yang kekal abadi di dunia ini.

Doaku selalu bersamamu, supaya bencana segera berlalu dan kau ceria seperti yang kukenal dari dulu.

Sa, aku masih ingat kalimatmu "Aku ingin mengunjungimu, mbak. Menikmati indahnya Eropa yang seperti negeri dongeng."

Aku tahu kamu kangen aku, Sa.

Aku tahu kamu ingin memelukku kuat-kuat sampai hilang rasa penat di dadamu.

Aku tahu kamu akan menumpahkan jutaan kata semalaman, seperti yang sudah kita lakukan tahun demi tahun sebelum masing-masing dari kita menikah dan terpisah jauh.

Jangan, Sa, jangan sekarang. Setiap negara sedang kewalahan untuk melawan pandemi, apalagi mutan ini semakin menjadi momok yang mengerikan. Termasuk negara di mana aku merantau ini, Sa.

Tapi, Sa, janji, kita akan bertemu jika pandemi telah berlalu. 

Aku nggak tahu kapan itu, Sa. Tapi aku percaya Tuhan, bahwa ketika ada cobaan di dunia ini, pasti ada akhirnya. Ada keajaiban yang akan terjadi, hanya butuh waktu dan kesabaran saja. 

Pernah, kan aku cerita ke kamu bahwa di Jerman sebenarnya sudah pernah ada wabah pes atau penyakit yang disebabkan oleh tikus. Tanda palang ada di beberapa dusun yang terkena musibah, sebagai pengingat sejarah buruk kesehatan negara. Itu ratusan tahun yang lalu, Sa. Tapi nenek-kakek di sini masih ingat tentang masa berat itu, mereka lulus. Hanya saja generasi muda seperti kita ini yang memang baru diuji, masih harus berjuang. 

Kita harus kuat, Sa. Kita harus patuh. Mulai dari menjaga kesehatan dari makanan, minuman dan istirahat yang cukup. Jangan lupa olahraga Sa. Aku tahu kamu suka yoga. Aku suka ke hutan, Sa. Di sana hanya ada babi dan rusa. Kita nggak boleh mager. Kita harus fit sampai pertemuan kita berikutnya.

Lantas kalau memang tidak penting berdiamlah di rumah. Masker kita juga harus yang terbaik, FP2, memakainya juga yang tepat. Jangan biarkan hidungmu nongol atau masker untuk menutup dagu saja, itu membiarkan virus jahat leluasa menyerang kita. Jangan berikan kesempatan sang mutan menderamu.

Aku ingat, Sa. Waktu kita di kantin sekolah, kita suka rebutan tempat mencuci tangan. Sampai sabunnya tumpah-tumpah begitu karena kita berdesakan. Dan akhirnya kita tertawa lepas karena tangan kita yang super bersih, siap menyambar makanan yang ada di meja kantin mbok Minah.

Kebersihan tangan memang harus terjaga hari-hari ini. Supaya kita tidak terpapar virus dan menjadi korban.

Sudah ya, Sa, kalau kamu butuh apa-apa, nggak usah sungkan telpon aku. Jika tidak tersambung, tinggalkanlah pesan. Untuk sementara, kamu bisa tinggal di rumahku di jalan Mawar No 11. Kebetulan kosong. Mungkin setelah banjir surut, kamu bisa kembali mengurusi rumahmu. Kunci serep aku masukkan dalam amplop surat ini. Tolong masukkan ke kotak pos jika kamu sudah tak perlu.

Sengaja aku mengirim surat ini berikut sekotak coklat untukmu lewat Dandy. Ingat, kann, teman kita yang dulu PMR sekarang kerja di PMI. Sebab aku tak tahu alamat mana yang harus aku tuju. Dandy menyebut akan bertugas di daerah di mana kamu berada dan bersedia mencarimu. Barangkali, ia akan bertemu denganmu di posko.

Aku pikir, supaya kamu bisa membacanya berkali-kali dan menjadi penghibur yang menyejukkan kalbu, mewakili diriku. Aku tahu kamu suka kertas surat yang warna-warni dan wangi. Kertas ini khusus aku cari untukmu. Motif bunga mawar kesukaan kita, warna jingga.

Sekian, sampai di sini. Lain kali aku sambung lagi.

Peluk dan cium dariku untukmu.

Janji, kita akan segera bertemu.

Sahabatmu, Gana

PS: karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Surat Rindu untuk Sahabat yang Berduka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun