Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Nelly the Angel on the Air, Pramugari Eropa Pertama yang Tewas Tahun 1934

31 Mei 2020   18:18 Diperbarui: 31 Mei 2020   18:32 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen pesawat jatuh 1934 (dok.Gana)

Adegan (scene) pertama: Masih pukul 9.50 pagi tapi hari begitu gelap karena hujan badai bak pertarungan anjing dengan kucing. Sebuah pesawat Swissair terbang dengan ketinggian 3000 meter di atas langit Rietheim-Weilheim, Baden-Wuerttemberg, Jerman mengalami turbulensi.

Pemeran (cast): Pilot, funker (operator radio), pramugari Nelly Diener dan 9 penumpang.

Pilot tampak mengendalikan pesawat dengan susah payah. Kepalanya menggeleng, ia merasa ada yang tidak beres pada pesawat. Motorkah? Sayapkah? Bukankah tadi para mekaniker sudah memeriksa dengan baik?

Tidak, ia tidak panik. Pilot senior itu tahu prosedur apa yang harus segera dilaksanakan; memerintah Funker untuk mengirim berita ke menara pengawas bandara terdekat, Zuerich.

Sambaran air hujan yang begitu keras menghantam kaca depan cock pit. Penglihatan begitu buram. Pesawat mengalami guncangan yang hebat.

Pilot memencet tombol bahaya, sebagai isyarat bagi pramugari untuk meneruskannya pada para penumpang.

Nelly Diener (dok.Gana)
Nelly Diener (dok.Gana)
Dialog:

Funker: May Day - May Day ... May Day -- May Day ....

Tak juga ada jawaban. Funker menggelengkan kepala. Bahunya diangkat tinggi-tinggi. Ia hampir saja menangis. Mengapa tugas pertamanya lebih berat dari apa yang ia bayangkan? Ia takut mati.

Pilot: Coba lagi ...

Funker: May Day - May Day ... May Day -- May Day ....

Lagi-lagi ia menggelengkan kepala. Tetap saja tak ada tanggapan dari seberang sana. Bulir air matanya mulai membasahi pipi.

Sementara itu di badan pesawat, tampak pramugari Nelly sibuk menenangkan 9 penumpang. Perempuan cantik kelahiran tahun 1912 itu mengumumkan bahwa pesawat mengalami turbulensi. Untuk itu semua penumpang harus segera memasang sabuk pengaman. Ia letakkan megaphone, lalu mengecek satu persatu apakah sudah benar pemasangannya.

Penumpang 1: Miss, mengapa pesawat goncangannya begini? Apa pesawat mau jatuh? Aku masih muda, aku nggak mau mati!

Perempuan umuran 20 tahun itu memegangi celemek putih Nelly erat-erat. Pramugari Swissair itu memang tidak berseragam. Supaya saat menyediakan teh, kopi, roti dengan isi, sup dan buah tidak kotor, Nelly harus merangkapi bajunya dengan weisen Schuerze, celemek putih.

Penumpang 2: Aku juga takut. Aku harus menghadiri pernikahan anak semata wayangku. Jangan-jangan aku mati duluan sebelum tiba di Postdam. Aku ingin hidup 30 tahun lagi. 

Penumpang di sebelah penumpang 1, seorang pria berumur 70 tahun juga ikut khawatir. Keningnya makin berkerut. Tangannya mengepal. Jika pesawat tidak sampai Berlin, bagaimana ia bisa meneruskan perjalanan ke Postdam untuk menemui putrinya?

Nelly: Tenang-tenanglah, semua akan baik-baik saja. Kita serahkan semua pada pilot kita. Kami sudah terbang selama 79 kali. Semua akan segera berakhir. Anda mau minum teh, kopi? Teh untuk gadis cantik dan kopi untuk bapak, OK?

Nelly mencoba membahagiakan para penumpang dengan senyumannya yang khas. Perempuan berambut coklat itu tahu bahwa turbulens kali ini tidak biasa. Tidak seperti turbulens-turbulens sebelumnya. Tapi ia tak boleh berbagi kecemasan itu kepada para penumpang. Apalagi ia telah bersumpah.

Dan zaman itu makanan dan minuman di dalam pesawat belum termasuk harga tiket. Dengan ruangan mini untuk dapur, Nelly mempersiapkan semuanya untuk para penumpang dan crew. Ia berharap dengan menjamu mereka dengan apa yang ada di gudang makanan, membuat para penumpang tidak was-was.

Penumpang 1 dan 2 mengangguk, setuju dengan minuman yang akan disiapkan Nelly untuk mereka. Mata-mata mereka mengawasi jendela kaca yang sudah tak jelas lagi karena siraman hujan badai. Nelly berlalu menuju dapur.

Penumpang 7: Maaf, pesawat kenapa, ya?

Seorang madam dengan gaun yang cantik berwarna pink mengelus-elus rambut anaknya. Tas tangannya tampak tergolek di depan kakinya yang bersepatu hak tinggi.

Nelly: Maaf ya, Anda jadi kurang nyaman. Pesawat turbulensi, biasa terjadi dalam sebuah penerbangan. Cuaca di luar sangat buruk jadi Anda harus tetap memasang sabuk pengaman. Anak Anda juga, ya. Anak Anda mau saya ambilkan kertas dan pensil berwarna untuk menggambar? Mungkin akan menghibur hatinya yang kacau.

Penumpang 8: Tidak,  tidak mauuuuu ... aku takuuuuuuut. Pesawat akan segera jatuuuuuuuh. Huhuuuuuu ....

Anak dari penumpang 7 berteriak dan meraung-raung. Ia memeluk boneka yang ia bawa dari Zuerich. Linangan air matanya membuat Nelly terharu. Nelly mencintai anak-anak.

Nelly: Hey ... Pssssst ... jangan menangis, sayang ... kita nyanyi, yuk. Kamu tahu Heidi? Itu lho, yang tinggal di gunung. Hololeihiiiiiiii ...

Nelly mulai bernyanyi. Jondelt, cengkok menyanyi yang meliuk-liuk khas masyarakat tradisional Swiss, Austria dan Jerman. Badannya bergoyang-goyang, menari bak penari kabaret.

Penumpang 7: Oh iya, kita sudah baca buku tentang Heidi minggu lalu, kan. Pramugari bisa menyanyi untuk kamu. Ayo, nyanyi, yuk. Kamu bisa nyanyi juga kan, princess. Tuh, pramugari pinter joget juga.

Si gadis kecil mulai mengamati pramugari dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia menghentikan tangisnya. Sang mama mengusap pipinya dengan tisu. Perlahan tapi pasti, mereka bernyanyi bersama Nelly.

Nelly: Wahhh ... kamu pintar sekali. Jempol. Aku ambilkan coklat hangat untuk kamu, ya, princess. Supaya hatimu selalu bahagia. Ibuk juga mau sesuatu dari dapur? Sebentar, ya.....

Si  anak mengangguk tapi si ibu menggeleng. Nelly pamit ke dapur. Ia hampir saja tersungkur karena pesawat seperti kena gempuran dahsyat.

CUT


P.S:

Pesawat Swissair yang terbang dari Zuerich menuju Berlin nantinya jatuh di hutan Weilheim dan menewaskan 12 orang tepat pada tanggal 27 Juli 1934 pukul 16.00. Bekas di mana pesawat jatuh ditandai dengan sebuah monumen, di mana setiap orang bisa berkunjung untuk ziarah dan mendoakan para korban. 86 tahun berlalu tetapi peristiwa ini masih menjadi buah bibir masyarakat dan menjadi magnet untuk wandern, berjalan-jalan di hutan.

Sebuah tempat duduk panjang, informasi sejarah jatuhnya pesawat, tempat penyalaan lilin dan peletakan karangan bunga ada di sana. Setidaknya butuh 30 menit berjalan mengitari hutan dari tempat parkir di pinggir jalan Wurmlingen.

Selain monumen ini, ada juga tempat menarik seperti reruntuhan menara pengawas zaman Romawi, goa Bettelmannskeller, padang Brennesel, peternakan lebah dan tiga pohon raksasa yang dibuat sebagai tanda pertigaan hutan Weilheim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun