Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tuduhlah Aku Sepuas Hatimu

6 November 2013   17:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:31 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13837336031555001753

Kalimat diatas adalah judul lagu yang melekat di benak saya. Siapa lagi kalau bukan punya bang Meggy Z?

Menuduh orang pasti pernah dilakukan siapapun. Tak terkecuali saya dan orang-orang di sekitar saya. Kalau sudah salah tuduh, ternyata tidak terbukti, sebaiknya memang mengucapkan kata „maaf.“ Meskipun demikian, biasanya saya tetap malu. Malu sekali. Telah menuduh orang sepuas hati. Menari diatas penderitaan orang lain. Bahayanya kalau sampai tuduhan bisa menghasut orang lain pula. Bahaya.

Syukurlah bahwa buntutnya, saya jadi tahu: alangkah indahnya jika sebelum menuduh orang tanpa keterangan yang jelas, konfirmasi terlebih dahulu kepada orang yang bersangkutan. Nyok-nyok-nyok.

[caption id="attachment_299783" align="aligncenter" width="592" caption="... Bermain api, hangus."][/caption]

***

„Buuuuuuuuk … Buukkkkk.“ Suara anak tangga dijejaki kaki yang berat terdengar dari ruang tamu. Suara sang pemiliknya memanggil saya, si ibu rumah tangga.

„Ya?“

„Tetangga sebelah protes tuh, katanya tadi waktu kalian keliling Halloween nggak mau mampir rumahnya. Dia bilang, istri dan anak-anak saya jahat. Jahat sekali!“

„Weeee ... siapa bilang?“

„Ibu X ….“

„Halah, tadi bapak tanya juga, nggak? Tiga minggu kita bikin pameran Indonesia, dia dan keluarganya tidak kelihatan batang hidungnya? Padahal rumah kita hanya dipisahkan sebuah jalan aspal.”

“Ya, katanya sih, mau datang. Janji .…”

„Kalau nggak mau datang juga nggak pa-pa kok, Pak. Sudah ada 563 tamu terpesona keindahan Indonesia di museum. Cukup. Dan tahu tidak? Tadi … Pertama, kami ke base camp Halloween di rumah bapak Y. Ketemu bapak juga gitu, lho. Nahhh … habis itu baru keliling cari permen di gang sebelah bapak Y. Ketuk-ketuk pintunya tidak harus pertama dirumah ibu X, tho? Sesuka kami. Makanya kami datang ke rumahnya terakhir, sebelum kembali ke base camp lagi kumpul tetangga. Lampu rumah didalam dan di luar ruangan menyala. Yang menyambut hanya anjingnya. Guk-guk-guk-guk … gitu, Pak.“

“Ya, aku nggak tahu, Bu. Dia berharap, kalian sebelum acara guk-guk, langsung ke rumahnya.”

“Makanya sekarang bapak tahu, biar tidak asal tuduh. Jangan terhasut. Tadi mbak Nen saya suruh menemui ibu X di base camp, nggak mau. Maksudnya biar tahu kalau kita tadi kesana tapi ia sudah di base camp. Mungkin juga dapat permen yang tertunda. Soal datang kesana pertama kali atau terakhir kali kan, suka-suka kami. Kok, dia ngatur-ngatur. Saya saja nggak ngatur-ngatur dia.”

Suami saya melengos. Dia tahu betul. Kalau sudah debat, saya seperti ember borot, airnya deras berlarian kemana-mana.

Saya juga tidak marah dikatakan jahat hanya karena prasangka bahwa kami (saya dan anak-anak, kompasianer Cici-ibunda dan anak-anaknya) tidak mau mampir ke rumah ibu X untuk mengetuk pintu saat Halloween berlangsung.

Pikir kami waktu itu, lebih baik ke base camp di mana sudah berkumpul para tetangga untuk bertegur sapa, sedikit ngobrol, makan dan minum sebentar. Selanjutnya, baru hunting permen. Begitu.

Jika tetangga saya itu minta dinomorsatukan, saya tidak bisa. Kami waktu itu bertujuh. Dengan kepala tujuh, harus ada kata sepakat kemana tempat yang hendak dituju. Mana bisa anak-anak menunda menuju kerumunan dan perapian yang mbulat-mbulat, berkobar itu?

Saya juga tidak pernah menuntut ibu X agar saya diutamakan untuk dikunjungi (pada kegiatan yang diselenggarakan di museum tentang Indonesia). Ya, wis, lah. Biar, biar saja (mode on sedih dibilang jahat lalu pandang cermin). Cilup baaaaaaa …. (G76).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun