Mohon tunggu...
Gadiel ImanuelSanto
Gadiel ImanuelSanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pemimpin Wanita, Kenapa Tidak?

8 Agustus 2021   12:28 Diperbarui: 8 Agustus 2021   12:39 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Wanita. Sumber: https://www.grid.id/read/042532616/ini-kelebihan-perempuan-kalau-jadi-pemimpin-nomor-3-paling-penting?page=all

Perbedaan gender merupakan suatu hal yang dijadikan batasan dalam melakukan suatu hal. Namun, hal tersebut hanya berlaku di masa lalu. Pada jaman dulu, wanita selalu dianggap lebih rendah daripada lelaki. Tetapi, pada zaman yang semakin berkembang ini, banyak orang yang semakin sadar bahwa para wanita pun mempunyai potensi yang sama baiknya dengan para lelaki. Oleh karena itu,  seiring berjalannya waktu, semakin banyak wanita yang dipercaya dapat memimpin suatu kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuannya.

Kesetaraan gender yang sudah berlaku pada zaman sekarang ini membuka peluang bagi para wanita yang ada di dunia untuk semakin berkembang tanpa harus takut direndahkan. 

Sebuah studi mengatakan bahwa organisasi yang lebih banyak memiliki pemimpin wanita memiliki hasil keuangan sampai 65% lebih tinggi dibandingkan organisasi yang tidak mempunyai pemimpin wanita. 

Selain studi tersebut, jika kita lihat di kehidupan nyata, semakin banyak  bukti bahwa perusahaan yang memiliki pemimpin wanita mempunyai kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang wanitanya sedikit.

Wanita mampu memberikan hasil yang lebih positif kepada organisasinya karena memiliki hal yang pasti berbeda daripada lelaki. Menurut James Gabarino dari Cornell University, seorang wanita lebih mampu mengerti dan memberikan hal apa yang masyarakat butuhkan pada zaman sekarang ini. Hal tersebut seperti lebih butuh perhatian, berhubungan interpersonal, dan lain-lain. 

Penelitiannya itu didukung dengan fakta bahwa wanita biasanya akan lebih dinilai tinggi dan dihormati oleh para bawahannya dalam hal kepemimpinannya. Faktor-faktor pendukungnya adalah perilaku tugas, komunikasi, kemampuan untuk memotivasi orang lain yang diberikan dari pemimpin wanita tersebut.

Sumber: https://www.liputan6.com/citizen6/read/3915842/pemimpin-wanita-yang-humoris-cenderung-dianggap-remeh-mengapa
Sumber: https://www.liputan6.com/citizen6/read/3915842/pemimpin-wanita-yang-humoris-cenderung-dianggap-remeh-mengapa

Pemimpin wanita cenderung dinilai memiliki pengaruh yang lebih efektif,  karena cara memimpinnya lebih menekankan pada memberi motivasi, lebih memperhatikan individu, serta lebih banyak memberikan ilmu yang baik kepada para bawahannya. Dengan cara memimpin yang seperti itu, pemimpin wanita akan lebih fleksibel dan mudah untuk beradaptasi terhadap lingkungan apapun. 

Motivasi yang berasal dari seorang pemimpin akan lebih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seseorang secara emosional dalam melakukan pekerjaan lebih baik untuk mencapai tujuannya.  

Lalu dalam memperhatikan setiap bawahannya, berarti pemimpin tersebut akan memperlakukan adil setiap individu, mengakui, serta mendelegasikan tugas dengan baik agar setiap individu dapat berkembang.  

Selain itu, memberikan ilmu kepada para bawahan dapat membantu semua bawahan untuk berkembang sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dalam mencapai tujuan. 

Secara tidak langsung, jika semua hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin, maka hubungan baik antara pemimpin dengan bawahanpun akan semakin baik sehingga dapat meminimalisir konflik internal.

"There's no point in having a diverse workforce if you don't listen to their opinions and thoughts" - Deborah Kent

Hubungan dalam organisasi tentu dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi efektivitas pekerjaan. Kebanyakan dari pemimpin wanita secara sadar atau tidak sadar memiliki gaya kepemimpinan interaktif. Karena pemimpin wanita lebih menyukai lingkungan yang kolaboratif daripada kompetitif. 

Hal tersebut masih menjadi perdebatan dalam hal kepemimpinan yang efektif, karena wanita dianggap tidak dapat menjalankan kekuasaannya dengan baik. Sebaliknya laki-laki akan lebih menekankan kepemimpinan yang memanfaatkan kekuasaannya, sehingga para bawahan cenderung merasa tertekan akan hal tersebut.

Walaupun sudah banyak studi yang menyatakan bahwa seorang wanita mampu memimpin dengan baik, masih ada halangan yang dialami oleh setiap wanita di dunia. Halangan tersebut disebut dengan istilah "Glass Ceiling". 

Sumber: https://www.allbusiness.com/time-for-more-latinas-to-break-through-glass-ceiling-136218-1.html
Sumber: https://www.allbusiness.com/time-for-more-latinas-to-break-through-glass-ceiling-136218-1.html

Glass ceiling merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hambatan seperti penghalang yang tak terlihat yang memisahkan perempuan dan minoritas dari posisi kepemimpinan puncak. 

Hal ini tidak cukup signifikan terlihat oleh masyarakat umum, namun hal ini benar-benar terjadi dalam lingkungan pekerjaan. Ketika orang dengan tingkat eksekutif memilih penerusnya, mereka akan cenderung memilih seseorang yang mirip dengan dirinya sendiri, dan sebagian besar dari pilihannya adalah laki-laki yang berkulit putih. 

Hal ini tidak dapat dirasakan secara langsung, oleh karena itu fenomena ini disebut dengan glass ceiling, karena penghalangnya itu sendiri tidak terlihat dalam organisasi. 

Fenomena ini dapat menimbulkan dampak terhadap para karyawan wanita dan minoritas itu sendiri, seperti 

  • Stress
  • Tidak percaya diri
  • Gangguan emosi

Hal-hal tersebut dapat terjadi karena wanita cenderung cukup sensitif dalam hal emosional. Untuk mengatasi hal ini para karyawan harus aktif dalam menunjukkan hasil pekerjaan, membangun hubungan baik secara rutin kepada orang lain, dan harus selalu melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.

Meskipun masih ada halangan seperti glass ceiling, para wanita tidak boleh merasa kurang percaya diri. Para wanita masih dapat melakukan hal yang ia dapat lakukan dengan sebaik mungkin. Jika pekerjaan atau segala hal yang ia lakukan berjalan dengan baik, pasti hal tersebut akan terlihat dan diakui oleh para tingkat manajemen atas. Oleh karena itu, para wanita pasti dapat menjadi pemimpin yang tidak kalah baik dengan para pemimpin pria.

Referensi:

Daft, R. L. (2018). The Leadership Experience. In Marketing Management (Vol. 12, Issue 3). Cengage Learning. https://doi.org/10.1177/107621758801100610

Glints

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun