Mohon tunggu...
Gabriel Sineri
Gabriel Sineri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seperti Pelangi Sehabis Hujan

28 Februari 2018   18:13 Diperbarui: 28 Februari 2018   18:21 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

,ketika ia beringsut-ingsut naik sepeda besar 80 kilometer setiap hari untuk sekolah,.. (Bab 27)

Aku ingat semangat persahabatan dan kejernihan buah pikirannya. Dialah Newton-ku, Adam Smith-ku, Andre Ampereku. (Bab 30)

Tetapi, ketika Lintang ditinggal mati oleh ayahnya ketika pergi melaut, ia harus merelakan sekolahnya. Karena dia harus menjadi tulang punggung dari 14 anggota keluarga yang ada. Cukup berat bagi Lintang untuk meninggalkan sekolah, tetesan air mata menjadi tanda perpidahan dengan sekolah. Ikal sangat sedih melepas kepergian sahabatnya itu.

 Perpisahan belum dimulai tapi Trapani sudah menangis terisak-isak.... (Bab 30)

Ketika datang keesokan harinya, wajah Lintang tampak hampa. Aku tahu hatinya menjerit, meronta-ronta dalam putus asa karena penolakan yang hebat terhadap perpisahan sekolah.... (Bab 30)

Seorang anak laki-laki tertua keluarga pesisir miskin yang ditinggal mati ayah, harus menanggung nafkah ibu, banyak adik, kakek-nenek, dan paman paman tak berdaya. (Bab 30)

Mahar, anak yang selalu bersama dengan radionya itu sangat mencintai musik. Dia ditunjuk sebagai ketua kelompok untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ditampilkan mereka di karnaval.

Adapun Mahar yang nyentrik sama sekali tidak peduli...... Ia sedang berusaha keras memikirkan konsep seni untuk karnaval 17 Agustus (Bab 16)

Harun, anak yang bisa dibilang sebagai seorang penyelamat. Karena dialah SD Muhammadiyah tetap berdiri. Karena kehadiraanya membuat sekolah tidak jadi ditutup. Harun digambarkan sebagai seorang anak yang memiliki keterbelakangan mental. Namun hal itu menjadikan Laskar Pelangi adalah sekelompok anak yang luar biasa.

Kami serentak menoleh dan di kejauhan tampak seorang pria kurus tinggi berjalan terseok-seok...... Pria itu adalah Harun, pria jenaka sahabat kami semua yang sudah berusia lima belas tahun dan agak terbelakang mentalnya. (Bab 1)

Seorang yang dengan sabar dan tidak pernah mengeluh mendidik anak-anak di SD Muhammadiyah, Bu Mus. Dialah orangnya, dengan nama lengkap Ibu N.A.Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.Abdul Hamid yang dengan setia tetap mengajar di SD Muhammadiyah meskipun hanya dengan upah 15 kilo beras setiap bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun