Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

CerGab: Penyesalan Diri

1 Februari 2020   14:28 Diperbarui: 1 Februari 2020   14:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hipwee.com/

 

"Aku membenci kedua orangtuaku, begitulah keadaan saat ini. Namaku Mira, aku seorang siswi SMA yang bisa dibilang tidak memiliki teman bermain. Itu adalah ulah dari orangtuaku yang benar-benar membatasiku untuk keluar rumah. Mereka hanya ingin aku belajar, belajar, dan terus belajar. Aku benar-benar muak dengan semua itu!"

Semua cuitan yang ada di kepalaku itu aku unggah di media sosial. Setelah mengunggahnya, aku melamun selama beberapa saat, menatap langit-langit kamar. Kenapa aku dilahirkan di keluarga ini. Aku hanya ingin hidup normal seperti anak-anak lainnya, berjalan-jalan di mall bersama teman, bermain game arcade atau mungkin mengunjungi kafe bersama. Namun semua itu takkan mungkin terjadi. Karena kegilaan Ayahku terhadap martabat keluarga, ia ingin nama keluarga kami tetap bersih dan terpandang. Persetan dengan martabat keluarga, persetan dengan Ayah dan Ibu! Tanpa kusadari air mata mengalir perlahan di pipiku.

"Mira, kau sudah belajar?" mendadak pintu kamarku terbuka, nampak Ayah berdiri di sana dengan wajah tegas. "Jadi selama ini kau di kamar hanya bermain ponsel? Bukankah Ayah sudah menyuruhmu untuk belajar setelah makan malam?"

"Maaf aku hanya sedang membaca artikel kesehatan. Ayah tahu bukan mengenai fobiaku?" kataku sedikit tergugup sambil mengusap air mata yang keluar. Sebenarnya aku tidak mengidap fobia apapun, itu hanyalah alasan agar aku bisa bermain ponsel lebih lama lagi.

"Kalau begitu tidak masalah, yang terpenting jangan sampai lupa belajar atau Ayah akan pasang kamera pengintai dalam kamarmu." Ayah pun menutup pintu.

Apa aku tidak salah dengar, kamera pengintai!? Aku tidak habis pikir lagi apa yang ada dalam pikiran orangtuaku. Kali ini aku sudah muak. Satu-satunya untuk bebas dari penjara ini adalah keluar dari rumah, secara diam-diam. Aku langsung bangkit dari ranjang lalu segera mengemasi semua barangku, menyelinap keluar kamar, dan mengambil beberapa uang dari tabungan keluarga. Sangat beruntung saat itu Ayah menyuruhku untuk mengambil uang dari celengan ini, sehingga aku mengetahui apa kode pembukanya. Setelah itu aku langsung berlari keluar rumah.

Aku pun menyusuri malam ditemani sinar rembulan dan suara derik jangkrik menuju ke daerah kota. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku, sehingga aku memutuskan untuk berjalan kaki. Tak sampai 10 menit, akhirnya aku sampai ke daerah kota dan langsung mencari sebuah penginapan murah. Setelah check-in dan menaruh barang-barang, aku segera beranjak keluar dan menghirup udara luar yang kuimpikan. Inilah yang namanya hidup! Ketika menikmati daerah kota, mataku tak sengaja tertuju pada salah satu gedung penuh lampu warna-warni. Di sana tertulis "Jockey Bar." jujur saja aku hanya pernah melihat hal semacam itu di YouTube, dan belum pernah kesana sama sekali. Karena aku membawa uang lebih, kurasa mampir kesana sebentar tidak masalah. Aku pun melangkahkan kaki masuk ke bar tersebut.

Di dalam bar tersebut sangatlah ramai pengunjung. Semua orang nampak berpesta ria dan menikmati apapun yang ada dalam bar ini. Para stripper wanita terlihat sangat menyukai pekerjaannya, apalagi ketika seseorang melemparkan uang padanya. Para lelaki pemabuk setidaknya ditemani oleh minimal satu wanita, dan semuanya menggunakan pakaian super ketat. Hanya aku di sini yang menggunakan kaos dengan kombinasi short pants serta tas kecil.

"Hei perempuan cantik." seorang lelaki tiba-tiba saja menghampiri dan mengajakku bicara. Wajahnya bisa dibilang cukup tampan dengan rambut klimis berkacamata serta baju berkerah.

Aku sedikit tersipu ketika ia berkata perempuan cantik. Aku membalas, "Hai."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun