Mohon tunggu...
Fuji Zanuari Astutik
Fuji Zanuari Astutik Mohon Tunggu... Guru - GURU KELAS

CGP angkatan 8 Google Master Certified S2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Supervisi Akademik Bukan Momok Lagi dengan Coaching Berbasis Kemitraan

6 September 2023   08:00 Diperbarui: 6 September 2023   08:07 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mentoringcomplete.com/

Menurut Bain dkk, 1999 mengatakan bahwa proses refleksi dirumuskan sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian yang dapat mendorong seorang pendidik untuk dapat mengaitkan teori dengan praktik, dan dapat menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis. Sehingga dalam setiap modul yang sudah CGP pelajari harus menuliskan refleksinya.

Definisi coaching  adalah sebuah hubungan kemitraan dengan coachee dalam suatu percakapan yang kreatif yang mana dapat memicu suatu percakapan yang kreatif, dan dapat memicu pemikiran yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi pribadi dan keprofesionalan dari coachee.  

Menurut Ki Hajar Dewantara, guru sebagai pamong dalam pendidikan harus bisa “menuntun” melalui pertanyaan-pertanyaan efektif dan juga reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dalam dirinya. Paradigma pemikiran coaching  ada 4 hal. Pertama, fokus pada coachee dimana coach harus fokus pada coachee, bukan topik yang dibawakan oleh coachee. Kedua bersikap terbuka dimana seorang coach tidak boleh memberikan pelabelan kepada coachee serta dapat mengontrol emosinya. Ketiga memiliki kesadaran diri yang kuat dimana coach harus peka terhadap perubahan yang terjadi kepada coachee. Keempat membantu coachee melihat peluang-peluang baru dimana coach diharapkan mampu melihat peluang-peluang perkembangan untuk coachee serta dapat membawa coachee melihat masa depan yang lebih baik.

Kita dalam melakukan coaching harus menganut tiga prinsip yaitu kemitraan, percakapan kreatif dan memaksimalkan potensi. Prinsip kemitraan di tandai dengan adanya tujuan. Tujuan disini idelanya muncul dari coachee, bukanlah dari coach. Prinsip percakapan kreatif yang ditandai dengan adanya komunikasi dua arah yang berisi percakapan yang memunculkan ide atau gagasan baru. Terakhir prinsip memaksimalkan potensi yang ditandai dengan adanya kesimpulan dari akhir percakapan.

Coach yang baik harus menguasai kompetensi dalam coahing. Kompetensi tersebut adalah kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Coach harus hadir sepenuhnya ketika sedang melakukan coaching. Hal ini bertujuan agar dapat membantu coachee untuk membuka mindset dan kompetensi baru. Sebgai coach diharapkan memiliki sifat yang terbuka, bersikap sabar dan mempunyai rasa keingin tahuan yang tinggi.

Coach harus mendengarkan dengan aktif apa yang disampaikan oleh coachee. Sehingga kita bisa fokus dalam permasalahan yang di bicarakan oleh coachee dan peka terhadap perubahan emosi coachee. Sehingga kita bisa mengembangkan kompetensi coachee. Sebagai coach kita harus bisa mendengarkan dengan RASA.

https://www.kompasiana.com/marianaulfah0013/
https://www.kompasiana.com/marianaulfah0013/

Receive ( R ) yang dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti menerima. Coache diharapkan untuk memperhatikan pembiacara, terima semua ucapan dan dengarkanlah kata kuncinya. Ciri-ciri dari kata kunci adalah diucapkan berulang-ulang, diucapkan setelah tapia tau namundan ada emosi yang tertangkap dari ucapan itu.

Ajukan pertanyaan atau ask (A). Coach diharapkan mampu memebrikan pertanyaan yang reflektif untuk memperdalam details permasalahan coachee. Summarize (S) yang berarti coachee disini harus bisa merangku,mapa yang telah coach tangkap dari jawaban coachee. Terakhir adalah Appreciate (A) yang berarti coach harus memberikan signyal bahwa coach benar-benar mendengarkan aktif denfan memberikan tanda berupa hmm, ok, taupun ya dengan mengangguk-anggukan kepalanya.

Prinsip terakhir adalah memgajukan pertanyaan berbobot. Bentuk dalam pertanyaan ini adalah pertanyaan terbuka, dan perlu bapa ibu ingat bahwa kita tidak boleh memberikan pertanyaan dengan kata tanya “mengapa”  atau “kenapa”. Karena akan terkesan kita menyindir atau melabeli caochee.

Coaching yang baik dengan menggunakan alur TIRTA. Tujun (T) dimana coach dapat menanyakan tujuan apa yang ingin diraih coachee dalam program atau pengembangan dirinya. Identifikasi (I) adalah coach memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektof dan mendalam kepada coachee. Kemudian giringlah ke Rencana ( R ). Coach dalam hal ini biasanya menanyakan indikator keberihasilan, mengidentifikasi hal-hal yang harus dipersoapkan dalam meraih keberhasilan, menentukan siapa yang bisa membantu keberhasilan dan dukungan apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Langkah terakhir adalah Tanggung jawab (TA) dimana coach dan coache melakukan kesepakatan kapan akan melakukan kalibarasi (refleksi).

Pemikiran reflektif terkait penglaman belajar

Emosi yang saya dapatkan ketika saya mempelajari modul coaching adalah merasa tertantang untuk terus mempraktikkan coaching. Saya akan mempelajari lebih dalam tentang coaching ini terutama dalam memebrikan pertanyaan berbobot dalam identifikasi masalah dan rencana.

Hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan coaching adalah melaksanakan alur tirta secara sistematis. Khususnya dalam tahap idetifikasi dan rencana. Kita harus memberikan pertanyaan yang berbobot dan tidak memberikan pelabelan khusus tehdap coachee. Kadang kita masih belum bsia mengontrol diri dalam hal memberi solusi. Dalam coaching idealnya solusi ditemukan oleh coachee.

Keterhubungan dengan materi lain

Keterkaitan dengan modul 2.1 yaitu pembelajaran berdiferensiasi yaitu kita sebagai guru diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran dimulai dari kelas. Prinsip coaching sama dengan sistim pemikiran KHD yaitu menggunakan sistim among. Guru diharapkan bisa menuntun siswa untuk mengembangkan anak sesuai dengan kodratnya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sistim coaching dengan alur tirta lebih humanistic dengan membangun kemitraan dan memberdayakan potensi coachee.

Keterkaitan dengan modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah dengan mendengarkan dengan RASA kita dapat mengenali dan megontrol emosi untuk melihat peluang kompetensi dan mindset baru dari coachee agar dapat mengembangkan dirinya. Kita sebagai coache dalam coachee harus bisa mengontrol emosi, mindfulness, dan presence.

Praktik coaching pernah saya lakukan dengan rekan CGP lain dalam praktik coaching. Ada tiga tahap yang saya lewati yaitu pra supervise dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang ingin dikembangkan dalam hal ini? Indikator apa yang menjadi acuan keberhasilan darikompetensi yang ingin dikembangkan. Tahap kedua adalah mengobservasi rekan CGP yang sedang melaksanakan coaching dengan mencatat hal-hal yang sudah tercpai dan masih perlu dikembangkan. Tahap ketiga adalah melakukan percakapan pasca observasi berbabis data.

Kedepanya saya ingin mempraktikkan lebih banyak praktik coaching. Paraktik coaching ini tidak hanya dilakukan oleh rekan sejawat namun bisa dilakukan kepada siswa. Setelah mempelajari materi coaching ini paradigma saya tentang supervise akademik berubah. Saya berfikir dulu bahwa supervise akademik itu adalah momok yang menakutkan bagi semua guru. Ternyata setelah mempelajari modul ini saya tahu bahwa supervise akademik itu tujuannya mengembangkan kompetensi akademik guru dengan prinsip kemitraan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun