

"Dalam ruangan ini tempat seminar berlangsung ini, apakah ada yang terbersit dalam pikiran kita bahwa ada peserta berjilbab dan tidak berjilbab ?".
Beliau menjawabnya dari wujud pemikiran itu sudah ada model upaya radikal pemikiran. Jadi bila ada perempuan berjilbab hal itu sudah ada upaya untuk melakukan radikal untuk membedakan dengan perempuan lain dalam wujud identitas sebagai muslimah.
Warjio yang pernah melakukan lawatan penelitian ke berbagai negara diantaranya Malaysia, Australia, Amerika, dan Perancis, mengatakan bahwa pada tiap-tiap negara berbeda dalam menyikapi persoalan radikalisme dan terorisme.
Ketika wilayah-wilayah Islam (ajaran) memasuki ranah publik maka ini akan jadi suatu persoalan (globalisasi). Bila dikaitkan dengan radikalisme-terorisme ini suatu konteks lain.
Secara teoritik radikalisme-terorisme dalam upayanya di kampus merupakan suatu uapaya yang sedang digulirkan yang membentuk ambiguisitas dengan tujuan melanggengkan pemikiran (kekuasaan).
Misalkan, jika anda belajar di kampus fakultas ekonomi tentu tidak lepas dari ajaran sosialisme.
"Tidak mungkin bisa satu macam ilmu saja kalau tidak ada perkembangan dari sosial itu untuk sasaran dari ekonomi tersebut", penjelasan Warjio dalam ekspose lainnya.
Lebih lanjut dijelaskan lagi, bahwa radikalisme itu muncul sebagai atas respon-respon terhadap kebijakan yang ada yang dianggap tidak sesuai. Hal ini sudah dimulai sejak masa penjajahan dulu, teus ke masa orla, berlanjut ke masa orba dan sampai sekarang ini masa orde reformasi.
Warjio dalam eksposenya membagi radikalisme itu 4 type, yaitu ; (1) opportunity radikalisme, (2) Coordinated radikalisme, (3) Militan radikalisme, (4) owner radikalisme.
Opportunity radikalisme muncul sebagai akibat perkembangan dan persamaan visi-misi.