Mohon tunggu...
Fristianty Ltrn
Fristianty Ltrn Mohon Tunggu... Administrasi - NGO

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bermimpi adalah Energy untuk Kehidupan

7 Agustus 2018   14:03 Diperbarui: 7 Agustus 2018   14:22 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, mimpi itu menelurkan mimpi mimpi kecil..mungkin itu sebutannya. Saya tahu bahwa memiliki English center pasti akan butuh waktu yang panjang, dana besar dan team yang solid. Saya mulai melihat mimpi itu menelurkan mimpi mimpi kecil..akhirnya saya berpikir akan memulainya dengan English club, dengan jumlah peserta maksimum 6 orang. 

Dengan memanfaatkan semester pendek mahasiswa, saya kumpulkan dua mahasiswa yang saya kenal, dan mereka mencari teman yang lain, lalu kami berkumpul untuk belajar bahasa inggris dengan serius..tapi biayanya murah. Koq bisa biayanya murah? Karena saya yang datang ke mereka, mereka hanya perlu kumpul di rumah kost salah seorang, sehingga mereka tidak perlu keluar ongkos besar, dan saya datang dengan perlengkapan mengajar dengan sistem bongkar pasang. Ide metode mengajar sistem bongkar pasang ini pun muncul dengan sendirinya, hanya pakai kertas karton dan materinya semua main temple, setelah selesai belajar maka materinya bisa digulung, dan disimpan oleh murid yang ingin belajar lebih lanjut. 

Wah..ini sungguh sungguh mimpi yang indah..lalu saya test dan jalankan..dan dalam sekejap kumpul 4 orang mahasiswa, dengan lima kali pertemuan, dan ada satu kali pertemuan yang kumpul itu sampai 8 orang mahasiswa. Setelah materi selesai, di hari terakhir, mereka meminta agar metode seperti ini dilanjutkan, di tempat kost yang berbeda..dengan mahasiswa yang sebagiannya sama, karena senang dengan metode itu.

Saya senyam senyum melihat progress yang baik ini. Di mata saya seperti sudah terlihat sebuah English center dengan gedung dua lantai, tapi entah kapan..tapi dengan saat ini saya mengerjakan metode mengajar sistim jemput bola, saya seperti melihat bahwa saya sedang berlatih, mengasah kemampuan mengajar dan melatih kualitas bahasa inggris yang saya miliki..menebar kebaikan karena biaya les yang mereka bayar murah dan kualitas bahasa inggris yang serius. 

Ini adalah upaya menebar kebaikan, untuk semua kalangan, tanpa memandang suku dan agama. Dan saat ini saya sedang membangun team yang sama sama memiliki mimpi ini, mengerjakan step demi step walau langkah nya kelihatan kecil..tapi pasti sedang membangun sebuah bangunan mimpi besar. Dan kami bahagia menjalaninya.

Apa yang terjadi dengan otak saya setiap kali memikirkan mimpi itu? Seperti ada energy baru yang menstimulus otak saya untuk terus aktif berpikir dan memberikan rasa bahagia dan semangat baru yang mampu membuat mata saya nyalang sehingga mampu ketak ketik di keyboard laptop menyusun lesson plan sampai jauh malam. Sebuah energy yang tidak bisa dibeli, yang entah bagaimana bekerja di cairan otak di dalam kepala.

Rasa bahagia yang menular. Milikilah komunitas yang memiliki mimpi.

Besi menajamkan besi. Manusia menajamkan sesamanya. Benarlah demikian. Maka bergaullah dengan orang yang juga memiliki mimpi. Tidak musti memiliki mimpi yang sama, karena saya rasa bukan di kesamaan mimpi yang mampu menularkan rasa bahagia, tapi semangat dari orang yang memiliki mimpi itulah yang menular kepada orang di sekitarnya walau mimpi mereka berbeda.

Bahkan dalam keragaman mimpi itu mereka bisa berjejaring menjadi sebuah team yang saling menyemangati. Dan ini kekuatannya sangat besar. Mimpi orang lain mampu mengangkat orang yang hampir tenggelam dalam mimpinya sendiri. Beneran? Yes..buktikan deh.

Apa yang menghambat Mimpi?

Saat ini saya cukup sering meluangkan waktu untuk ngobrol dengan seorang wanita bersahaja, usia sekitar 73 tahun. Kehidupannya sangat terberkati, terlihat dari 9 dari 10 anak anaknya adalah orang orang yang terbilang sukses. Bahkan salah seorang menantunya adalah pemimpin tertinggi disebuah daerah kabupaten di area sumatera. Ibu ini pun sangat terberkati dengan berkecukupannya biaya pengobatan saat dia sakit, hingga berobat ke negeri jiran pun anak anaknya menyanggupi untuk membawa beliau. Namun wanita yang masih terlihat jelas sisa sisa kecantikan di wajahnya yang kuning langsat ini kini terbaring lemah di tempat tidur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun