Tentang ledakan itu, adalah bencana
Kala mata tak sanggup memandang
dan hati yang membeku karena panas. Mungkin.
Manusia tak berdaya bagai potongan daging di atas kayu panggang
Semua sibuk mencari, mencari dibalik tumpukan daging dan genangan darah suci
bukan sekadar mencari Tuhannya, apalagi keadilan
mereka mencari potongan jari mereka, secarik daging dan segumpal harapan yang tersisah
nyawa, keluarga dan segumpal udara segar
dimana gerangan?
Ladakan itu terlalu cepat, mencuar api ke awan dan asap hitam menodai langit
Apa lagi sesudah ini, wahai engkau manusia tak beradap
Datang bagai kucing kelaparan, pulang dengan tidak masuk akal
Tak sedikit pun kami gentar
Litani kepada sang Khalik tak kami hentikan bertali
Kalian tak lebih dari bayangan , ada dan tidak tak kami perhitungkan
Di bawah kolong langit semua tak lebih dari satu titik
Ini tentang kemanusiaan dalam diri. Jangan bicara lebih
Dimana toleransi,
terhembus angin, atau terbakar oleh panasnya matahari?
Tidak, nampaknya ia menggigil. Menggigil di musim panas.
 Amat sedih