Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Rakyat Tidak Lagi Percaya pada Pemerintah

2 September 2025   06:11 Diperbarui: 2 September 2025   06:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo Subianto ANTARA FOTO/Galih Pradipta/sgd/bar(Galih Pradipta)

Kepercayaan rakyat kepada pemerintah selalu menjadi fondasi yang paling rapuh sekaligus paling penting dalam sebuah negara. Tanpa kepercayaan itu, kekuasaan hanya jadi kursi kosong yang tampak berwibawa dari luar tetapi sebenarnya keropos di dalam. Pertanyaan yang paling menakutkan bukanlah siapa yang berkuasa, melainkan apa yang terjadi jika rakyat tidak lagi percaya pada pemerintahnya.

Di titik itu, seluruh bangunan negara seperti berjalan tanpa pondasi. Rakyat merasa tidak lagi menjadi bagian dari cerita besar bangsanya. Pemerintah kehilangan wibawa moral, sementara aturan hukum hanya jadi teks tanpa jiwa. Dalam situasi seperti ini, hubungan rakyat dan pemerintah ibarat rumah tangga yang tidak lagi saling percaya penuh curiga, dingin, dan mudah pecah.

Runtuhnya Ikatan Sosial

Ketidakpercayaan kepada pemerintah bukan sekadar urusan politik, melainkan luka sosial yang merembes ke sendi-sendi kehidupan. Ketika rakyat tidak percaya, mereka kehilangan rasa aman untuk bergantung pada lembaga negara. Polisi dianggap bukan lagi pelindung, hakim dianggap tidak adil, parlemen dilihat hanya sebagai panggung dagelan.

Dampaknya, masyarakat bergerak mencari pelindung lain. Ada yang menaruh kepercayaan pada tokoh agama, ada yang mencari figur baru di media sosial, ada pula yang lebih percaya pada opini viral daripada penjelasan resmi. Kehidupan publik kehilangan pusat kendali. Negara tidak lagi menjadi rumah bersama, melainkan hanya gedung birokrasi yang dingin.

Lebih berbahaya lagi, ketidakpercayaan itu menular. Dari orang tua ke anak, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak muda tumbuh dengan keyakinan bahwa politik itu kotor, negara hanya memeras, dan pemerintah hanyalah simbol kosong. Pada akhirnya, partisipasi publik mengecil. Orang memilih diam, bukan karena puas, melainkan karena merasa suara mereka tidak pernah dianggap.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, yang runtuh bukan hanya kepercayaan pada pemerintah, tetapi juga solidaritas antarwarga. Orang tidak lagi percaya satu sama lain, karena melihat semua pihak hanya mementingkan diri sendiri. Inilah saat ketika bangsa mulai kehilangan jiwanya.

Krisis Ekonomi Tanpa Arah

Sejarah sudah berkali-kali menunjukkan bahwa krisis politik berawal dari krisis kepercayaan, lalu menjelma menjadi krisis ekonomi. Indonesia pernah mengalaminya di akhir 1990-an ketika kepercayaan rakyat hancur. Negara lain pun serupa: Venezuela, Yunani, atau Sri Lanka, runtuh bukan karena rakyatnya malas, tetapi karena rakyat tidak lagi percaya pada pemerintah untuk mengelola ekonomi.

Ekonomi pada dasarnya berjalan di atas rasa percaya. Investor percaya bahwa aturan akan konsisten. Petani percaya hasil panennya akan dibeli dengan harga layak. Buruh percaya bahwa gajinya aman. Semua itu bergantung pada keyakinan bahwa pemerintah tidak akan mengkhianati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun