Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Kita Sangat Suka Melakukan Demo?

22 Agustus 2025   13:00 Diperbarui: 22 Agustus 2025   12:29 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Demo .(Pandawa Borniat/kompas.com)

Warisan sejarah itu membentuk budaya politik kita hingga hari ini. Demo bukan sekadar protes, tetapi dianggap bagian dari tradisi perjuangan. Generasi muda tumbuh dengan cerita-cerita heroik tentang mahasiswa yang berani turun ke jalan melawan ketidakadilan. Hal ini menanamkan keyakinan bahwa demo adalah hak rakyat sekaligus alat perjuangan yang sah.

Bahkan, di luar momen besar, demo juga menjadi ekspresi budaya politik sehari-hari. Mahasiswa turun ke jalan setiap kali ada isu pendidikan yang dianggap tidak adil. Buruh rutin menggelar aksi pada Hari Buruh Internasional. Masyarakat adat memperjuangkan tanah mereka lewat demonstrasi. Semua ini memperlihatkan bahwa demo sudah melekat sebagai bagian dari bahasa politik kita.

Sejarah memberi legitimasi. Setiap kali rakyat turun ke jalan, ada semacam resonansi dengan masa lalu. Seolah-olah aksi hari ini adalah kelanjutan dari perjuangan generasi sebelumnya. Karena itu, demo selalu membawa nuansa moral yang kuat, seakan menjadi panggung untuk membuktikan bahwa rakyat tidak pernah kehilangan keberaniannya.

Rasa Kebersamaan yang Menguatkan

Demo bukan hanya soal pesan yang disampaikan, tapi juga soal rasa yang dialami. Ada energi unik yang muncul ketika ribuan orang berkumpul dengan tujuan sama. Orang yang biasanya merasa kecil dan tak berdaya tiba-tiba merasakan kekuatan besar ketika berdiri di tengah lautan massa.

Psikologi kebersamaan ini menjadi alasan kenapa demo begitu diminati. Ia memberi ruang bagi orang untuk merasa tidak sendirian dalam keresahannya. Rasa marah, kecewa, atau cemas menjadi lebih ringan ketika dibagi bersama orang lain. Dari situlah muncul semangat solidaritas.

Lebih jauh, demo juga memberi identitas sosial. Ketika seseorang ikut aksi buruh, ia merasa menjadi bagian dari perjuangan kelas pekerja. Ketika mahasiswa turun ke jalan, ada rasa bangga menjadi penerus tradisi intelektual yang kritis. Identitas ini memberi makna emosional yang jauh lebih besar daripada sekadar berdiri memegang poster.

Kebersamaan ini pula yang membuat demo sering terasa seperti perayaan. Meski ada kemarahan di dalamnya, ada juga rasa gembira karena bertemu orang-orang dengan semangat sama. Lagu-lagu perjuangan dinyanyikan, orasi bergema, dan suasana menjadi ajang membangun solidaritas. Bagi banyak orang, pengalaman ikut demo menjadi memori yang melekat seumur hidup.

Demo sebagai Panggung Politik

Selain menjadi ekspresi rakyat, demo juga sering dimanfaatkan sebagai panggung politik. Tidak bisa dipungkiri, ada kelompok tertentu yang mengorganisasi demo dengan tujuan strategis. Aksi massa bisa digunakan untuk menekan pemerintah, membangun citra, atau menggalang dukungan.

Dalam demokrasi, hal ini wajar. Politik adalah soal perebutan ruang dan pengaruh, dan demo adalah salah satu instrumen yang paling terlihat publik. Bahkan, banyak politisi yang kariernya menanjak karena pernah menjadi wajah dari gerakan jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun