Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Lebih Dalam Kelelahan Mental di Era Modern

19 Agustus 2025   17:40 Diperbarui: 19 Agustus 2025   17:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burnout. .(Pexels/KAMPUS PRODUCTION)

Perspektif Baru Budaya Produktivitas yang Menjebak

Jika ditelusuri lebih dalam, kelelahan mental tidak lepas dari budaya produktivitas yang dibanggakan banyak orang. Kita hidup dalam masyarakat yang mengukur nilai diri berdasarkan seberapa sibuk, seberapa cepat, dan seberapa banyak pencapaian yang diraih. Kesibukan sering dijadikan simbol keberhasilan, sementara istirahat dianggap kemalasan.

Paradigma ini diam-diam menjebak. Orang berlomba-lomba untuk selalu terlihat aktif, selalu sibuk, bahkan rela mengorbankan waktu tidur dan kesehatan mental demi menunjukkan eksistensi. Media sosial memperkuat jebakan ini, karena setiap orang bisa memamerkan pencapaian, pekerjaan, atau kesibukannya di depan publik. Akibatnya, banyak orang merasa tidak boleh berhenti, tidak boleh kalah cepat, dan tidak boleh terlihat lemah.

Padahal, tubuh dan pikiran manusia punya batas. Terus memaksa diri produktif tanpa jeda sama saja dengan menyiapkan bom waktu bagi kesehatan mental. Kelelahan mental hadir sebagai sinyal keras bahwa ada yang salah dengan cara kita memandang produktivitas. Kita perlu perspektif baru: produktif bukan berarti terus bekerja tanpa henti, melainkan bagaimana mampu menjaga keseimbangan antara bekerja, beristirahat, dan merawat diri.

Cara Mengembalikan Energi Pikiran


Mengatasi kelelahan mental bukan sekadar soal istirahat fisik. Tidur panjang memang membantu, tapi belum tentu cukup. Kunci utama ada pada bagaimana kita memberi ruang untuk pikiran benar-benar beristirahat.

Salah satu cara yang efektif adalah belajar memutus hubungan sejenak dengan arus informasi. Membatasi waktu di media sosial, mematikan notifikasi yang tidak penting, atau meluangkan satu hari tanpa gawai bisa memberikan efek yang signifikan bagi ketenangan pikiran.

Selain itu, memberi perhatian pada aktivitas sederhana yang menyenangkan juga sangat penting. Hal-hal kecil seperti berjalan santai, berkebun, atau menikmati secangkir kopi tanpa gangguan bisa menjadi bentuk perawatan mental. Aktivitas ini memberi kesempatan pada otak untuk berhenti memproses informasi kompleks dan kembali menemukan ritme yang lebih alami.

Ada juga pendekatan yang lebih dalam, yaitu melatih kesadaran diri. Dengan menyadari apa yang kamu rasakan, apa yang membuatmu lelah, dan apa yang sebenarnya kamu butuhkan, kamu bisa lebih bijak dalam mengatur energi mental. Meditasi, journaling, atau sekadar berbicara jujur dengan orang yang kamu percaya bisa menjadi cara sederhana namun kuat untuk mengurai beban pikiran.

Menjaga Kesehatan Mental sebagai Bagian dari Gaya Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun