Tapi itu bukan salah kamu sepenuhnya. Sistem pendidikan, budaya keluarga, bahkan tayangan yang kita tonton, sering kali memperkuat mitos bahwa diam adalah solusi. Tokoh-tokoh yang bijak selalu digambarkan sebagai pendiam. Sementara mereka yang bicara terus-menerus dicap cerewet, emosional, atau bahkan 'lebay'.
Namun, hubungan yang sehat butuh keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang menurutmu salah. Bukan bicara asal, tapi bicara dengan tujuan. Bukan demi menang, tapi demi mengerti dan bisa saling memahami satu sama lain. Saat kamu memutuskan untuk diam, kamu bukan hanya menunda masalah dan memperkeruh suasana lebih parahnya kamu juga sedang menghentikan aliran keintiman yang selama ini kamu dan pasangan bangun dengan tembok yang kamu fikit itu benar.
Mendiamkan Bukan Jeda  Ada Bedanya, dan Itu Penting
Ini bagian yang sering disalahpahami. Banyak orang mengira bahwa diam itu adalah "waktu untuk menenangkan diri". Padahal, jeda dan silent treatment itu dua hal yang sangat berbeda.
Jeda adalah bentuk self-regulation kemampuan untuk mengelola emosi tanpa menyakiti pasangan. Saat kamu berkata, "Aku lagi emosi banget. Boleh nggak aku istirahat sebentar dan nanti kita lanjut obrolannya?" Itu namanya jeda. Kamu memberi batas waktu,juga memberi kepastian, juga memerjelas keadaan atau hal yang kamu rasakan dan hal tetap menghargai keberadaan pasanganmu.
Silent treatment, sebaliknya, tidak memberi batas karna tiba-tiba tanpa menjelaskan apapun. Tidak memberi arah. Tidak ada komunikasi. Yang ada hanya ketidakpastian. Dan ketidakpastian itu bisa membuat pasanganmu merasa seolah-olah hubungan ini tak lagi berarti apa-apa.
Penting untuk memahami perbedaan ini. Karena banyak hubungan yang rusak bukan karena pertengkaran hebat, tapi karena tidak komuniasi dua arah dan pasangantidak pernah benar-benar bicara dari hati ke hati untuk memahami satu dengan yang lain.
Waktunya Belajar Bahasa Emosi yang Sehat
Hubungan tidak akan bisa berkembang tanpa komunikasi yang jujur dan yang pasti dua arah. Dan untuk itu, kita harus mau belajar 'bahasa baru' bahasa yang bukan hanya terdiri dari kata, tapi juga empati, kesabaran, dan keberanian membuka diri dan saling memahami satu sama lain.
Mungkin kamu belum terbiasa mengatakan, "Aku merasa takut kehilangan kamu." Atau, "Aku marah, tapi aku juga nggak mau kehilangan kamu." Tapi percayalah, kata-kata itu jauh lebih ampuh menyembuhkan luka daripada diam yang panjang tanpa ada komunikasi dan kepastian apa yang sebenarnya terjadi.