Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Arus Balik Lebih Melelahkan dari Arus Mudik?

5 April 2025   07:00 Diperbarui: 4 April 2025   21:00 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Arus Balik.(KOMPAS.com/ MUHAMAD SYAHRI ROMDHON)

Mudik bukan sekadar perjalanan pulang ke kampung halaman. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di kota-kota besar, mudik adalah tradisi yang puny makna yang emosional dan mendalam. Momen ini menjadi saat di mana rindu yang tertahan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, akhirnya bisa terobati. Namun, ada satu bagian dari mudik yang sering kali dianggap lebih berat dan melelahkan dibandingkan perjalanannya sendiri, yaitu arus balik.

Banyak pemudik merasa bahwa perjalanan kembali ke kota lebih menyiksa dibandingkan perjalanan berangkat ke kampung halaman. Kemacetan yang lebih parah, rasa lelah yang menumpuk, serta perasaan enggan untuk meninggalkan kebersamaan bersama keluarga menjadi alasan yang membuat arus balik terasa jauh lebih membebani. Tetapi apakah hanya itu? Apakah ada faktor lain yang membuat perjalanan pulang ini terasa lebih berat? Untuk memahami hal ini, kita perlu melihat lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi saat arus balik dan bagaimana kondisi ini memengaruhi fisik serta mental para pemudik.

Antusiasme yang Berbeda Antara Mudik dan Arus Balik

Ketika seseorang melakukan perjalanan mudik, biasanya ada perasaan senang dan penuh semangat. Bayangkan ketika kamu hendak bertemu orang-orang yang kamu cintai, menikmati makanan khas buatan ibu, serta melepas rindu dengan teman-teman lama yang ada dikampung halaman. Rasa bahagia ini mampu mengurangi kelelahan selama perjalanan. Bahkan, meskipun harus menempuh perjalanan panjang, sering kali energi tetap terisi penuh karena ada sesuatu yang ditunggu-tunggu di ujung perjalanan.

Namun, dalam perjalanan pulang atau arus balik, suasananya sangat berbeda. Alih-alih perasaan senang, yang ada justru rasa enggan dan beban psikologis. Kamu tahu bahwa di kota, rutinitas sudah menunggu: pekerjaan yang menumpuk, pekerjaan dan tugas yang menumpuk belum selesai, dan berbagai kewajiban lainnya. Perasaan ini menciptakan stres yang membuat perjalanan terasa lebih panjang dan melelahkan.

Secara psikologis, kondisi ini bisa dijelaskan melalui konsep post-holiday blues, yaitu perasaan sedih atau kehilangan setelah liburan berakhir. Ketika seseorang terbiasa dengan suasana santai dan penuh kebersamaan, kembalinya ke kehidupan yang sibuk bisa terasa seperti kejutan mental yang kurang menyenangkan. Ini yang membuat perjalanan arus balik terasa lebih berat secara emosional dan fisik.

Kemacetan yang Lebih Padat dan Tidak Terhindarkan

Kemacetan menjadi salah satu penyebab utama kenapa arus balik terasa lebih melelahkan dibandingkan arus mudik. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada pola keberangkatan. Saat mudik, orang-orang memiliki fleksibilitas dalam menentukan waktu keberangkatan. Ada yang memilih pergi jauh-jauh hari sebelum puncak mudik untuk menghindari kemacetan. Namun, saat arus balik, pilihan waktu perjalanan lebih terbatas karena sebagian besar pemudik harus kembali sebelum hari kerja dimulai.

Akibatnya, dalam periode waktu yang sempit, jumlah kendaraan yang bergerak kembali ke kota menjadi jauh lebih banyak. Ini menyebabkan kemacetan yang lebih panjang di berbagai titik. Gerbang tol utama, rest area, hingga jalan alternatif semuanya dipenuhi kendaraan yang bergerak perlahan.

Selain itu, banyak kendaraan yang kembali dari kampung halaman dengan muatan lebih berat. Tak sedikit pemudik yang membawa oleh-oleh dalam jumlah besar, atau bahkan membawa barang seperti hasil panen dan perabot rumah tangga. Kendaraan dengan muatan berat ini biasanya lebih lambat, yang pada akhirnya memperlambat arus lalu lintas secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun