Banyak orang mengira bahwa motivasi adalah faktor utama dalam membangun kebiasaan. Jika seseorang memiliki motivasi yang cukup besar, maka kebiasaan baru akan lebih mudah terbentuk. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Motivasi bersifat fluktuatif kadang tinggi, kadang rendah. Di hari-hari tertentu, kamu mungkin merasa begitu bersemangat untuk menjalani kebiasaan baru. Namun, ketika rasa lelah datang atau ada gangguan dari lingkungan, semangat itu bisa hilang begitu saja. Jika seseorang hanya mengandalkan motivasi untuk mempertahankan kebiasaan, maka ia akan mudah menyerah saat menghadapi rintangan kecil.
BJ Fogg, seorang profesor dari Stanford University, mengungkapkan bahwa membentuk kebiasaan lebih banyak bergantung pada sistem dan lingkungan, bukan pada motivasi semata. Jika ingin sukses dalam membangun kebiasaan, kamu harus menciptakan sistem yang membuat kebiasaan itu lebih mudah dilakukan dan lebih sulit diabaikan.
Sebagai contoh, jika ingin membaca buku lebih sering, letakkan buku di tempat yang mudah terlihat dan kurangi distraksi seperti ponsel atau televisi. Jika ingin mulai berolahraga, siapkan pakaian olahraga di malam sebelumnya agar keesokan paginya kamu tidak memiliki alasan untuk menunda. Dengan sistem yang tepat, kamu tidak perlu bergantung pada motivasi yang naik turun, tetapi bisa tetap menjalankan kebiasaan dengan lebih konsisten.
Peran Lingkungan dalam Membangun Habit
Pernahkah kamu merasa sulit untuk mengubah kebiasaan buruk karena lingkungan sekitar tidak mendukung? Misalnya, kamu ingin mengurangi konsumsi makanan manis, tetapi di rumah selalu tersedia kue dan cokelat di meja makan. Atau, kamu ingin mulai membaca buku setiap malam, tetapi kebiasaan keluarga adalah menonton televisi hingga larut malam.
Lingkungan memiliki pengaruh besar dalam membentuk kebiasaan. James Clear dalam bukunya Atomic Habits menjelaskan bahwa manusia cenderung meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Jika kamu berada di lingkungan yang mendukung kebiasaan baru, maka kebiasaan itu akan lebih mudah terbentuk. Sebaliknya, jika lingkungan tidak selaras dengan tujuanmu, maka membangun kebiasaan akan terasa seperti berenang melawan arus.
Sebuah studi dari Duke University menemukan bahwa sekitar 40% dari tindakan yang kita lakukan setiap hari bukanlah hasil dari keputusan sadar, tetapi merupakan hasil dari kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Ini berarti bahwa jika ingin sukses membangun kebiasaan, kamu perlu menciptakan lingkungan yang mempermudah proses itu.
Bagaimana Cara Membuat Kebiasaan Bertahan Lama?
Membangun kebiasaan baru bukanlah soal mengandalkan kemauan semata, tetapi lebih kepada bagaimana kita merancang sistem yang membuat kebiasaan itu lebih mudah dilakukan secara konsisten.
Salah satu strategi yang efektif adalah dengan menerapkan prinsip "habit stacking" mengaitkan kebiasaan baru dengan kebiasaan lama yang sudah ada. Misalnya, jika kamu sudah terbiasa menyeduh kopi setiap pagi, kamu bisa menambahkan kebiasaan membaca satu halaman buku sambil menunggu kopi siap. Dengan cara ini, kebiasaan baru akan lebih mudah terbentuk karena sudah memiliki "jangkar" dalam rutinitas harian.