Maka, saat ini saya berusaha menahan diri untuk menulis dengan sikap tergesa-gesa. "Tak lari gunung dikejar" prinsip yang saya pegang.
Ketika terlintas ide atas khayalan atau fenomena, saya mencoba untuk mengenali ide tersebut dengan sungguh matang tapi tidak lamban.Â
Saya langsung cari tahu fakta terkait ide atau fenomena tersebut. Tentu, bahan saya ambil dari situs yang terpercaya dan tidak hoaks.
Saya cari sudut pandang yang autentik dari saya. Sehingga, meski menghidangkan satu tulisan dengan tema yang sama dengan orang lain, saya mampu membumbui tulisan dengan kekhasan bahasa dan alur pikir saya.
Setia duduk
Seperti seorang mahasiswa yang tengah menyusun skripsi, saya harus setia duduk. Bagi saya, duduk bukan sekadar duduk di atas kursi. Tetapi, menahan godaan untuk melakukan hal lain saat membaca dan menulis.
Termasuklah di dalamnya godaan untuk mengantuk, melantur, membuka media sosial, dan sebagainya. Paling parah adalah godaan untuk bermalas ria.
Dengan setia duduk, saya juga terbantu untuk mencermati pelbagai hal yang kurang dalam tulisan; apakah sudah melebar atau masih dangkal atau amburadul atau sudah OK.
Dalam kertas sele-sele, saya pasti akan mencatat banyak hal demi memperbaiki, memperdalam, dan memperindah isi tulisan.
Sekali sudah punya komitmen untuk menulis, saya akan berusaha dengan sungguh-sungguh setia. Sedangkan dengan setia saja, belum tentu tulisan yang dihasilkan bagus. Apalagi, jika tidak.
Memberi yang terbaik
Saya sungguh menikmati proses. Dan, saya coba tekun dengan proses itu. Sehingga, kelak hasil dari proses itu baik dan menggembirakan.
Bukan hanya saya, tetapi hasil dari proses sungguh menggembirakan bagi banyak orang, terutama pembaca tulisan. Saya ingin, setelah membaca tulisan hasil anggitan saya, orang mengerti alur pikiran, apa yang tengah saya hidangkan, nilai apa dalam tulisan itu, terlebih orang mengenal siapa saya.