Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Modal Paku dan Papan

5 Oktober 2020   02:29 Diperbarui: 5 Oktober 2020   03:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku ruang perpustakaan pribadi (sumber dok.pribadi)

Saya berani melakukan hal tersebut, "hutang berhutang, ambil mengambil" material di toko bangunan, karena modal kepercayaan. Saya percaya bahwa si empunya toko baik dan percaya pada saya. Ia percaya pada pekerjaan saya, walau cuma petani. Begitu juga dengan si empunya toko, beliau percaya pada saya bahwa saya akan menepati janji, mbayar utang, sesuai material yang saya ambil.

Membengkak!

Sahabat kompasiana, sekalipun saya sudah mengetatkan anggaran, ketat rancangan, bahkan disiplin kerja; tapi masih juga ada hal-hal yang terlewatkan. Ketika saya membuat rancangan kerja renovasi, harga barang A, tertulis sekian ribu. Pas ketika pelaksanaan kerja, harga tersebut  naik menjadi sekian ribu. Mati aku. Contoh yang sederhana, harga papan sekeping dulu cuma 70-an ribu, pas pelaksanaan kerja 80-an ribu. Byuh....byuh....
Anda tahu, saya tidak membuat perjanjian dengan pemilik toko, bahwa harga sesuai ketika perbincangan pertama kali. Rupanya harga bersesuai ketika saya akan mengambil barang, saat itu. Disinilah kepala saya cenat-cenut yang kedua, mumet binti pusing.
Pelajaran berharga bagi saya dan anda (mungkin), buatlah perjanjian tentang harga barang yang berlaku saat itu, atau harga barang ketika anda akan mengerjakan renovasi. Lalu, bila perlu lunasi berapa barang yang akan diambil, jadi ketika ada perubahan harga, anda sudah menang satu langkah. Jangan meniru keteledoran  saya.

Satu hal yang mencolok dari renovasi rumah saya adalah, dulu nggak ada ruang buku (perpustakaan pribadi) sekaligus ruang kerja. Dan ruangan ini nggak cocok pakek papan (begitulah kata tukang). Kepala tukang nggak merekomendasi, jika ruang buku pribadi pakai papan. Takut rayap, tikus, bahkan jika papan lapuk, akan merangsek lapuk itu merusak buku. 

Nah....cerita punya cerita, kepala tukang menyarankan agar saya membeli batu bata! Membuat khusus ruangan untuk perpustakaan pribadi berbatu bata, punya pintu tersendiri, sekalipun terkoneksi dengan ruangan lain (yang juga dibatu bata). 

buku ruang perpustakaan pribadi (sumber dok.pribadi)
buku ruang perpustakaan pribadi (sumber dok.pribadi)

Ruangan perpustakaan ini semula nggak ada masuk anggaran. Lah... pikir saya, cuma petani kok nggaya punya perpustakaan pribadi. Cuman petani kok numpuk buku. Olala...rupanya setelah sekian lama beli buku, hobi baca buku, diminta mengajar....terkumpulah buku-buku itu. Daripada buku berserakan, ya dibuatkan ruangan khusus, dibuatkan rak buku. Diujung rak buku itu ada buku-buku terbitan Gramedia, terutama kamus. Kan rasanya nggak sampai hati menyerakkan buku setebal itu (mahal pula) di kabinet  (lemari kecil tempat menyimpan surat-surat).

Namun ujung-ujungnya, memang saya harus akui, dan kembali kepada niat awal. Saya merenovasi rumah, bahkan bagian rumah, kamar perpustakaan pribadi, memang hanya modal paku dan papan saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun