Mohon tunggu...
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa
Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musisi

Citizen Journalism - Coding - Musician: Composer, Digital Music Production, Producer, Audio Engineer, Sound Designer, Arranger, Video Editor, UI/UX Designer, Content Creator, Social Media Marketing, Cinematographer at Channel youtube.com/FLEMMO

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maharsyalfath Peringkat 1 Favorit Pembaca Ungguli Juara FeLSI 2021, Kemenag Beri Apresiasi

10 Oktober 2021   21:07 Diperbarui: 10 Oktober 2021   23:41 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel features karya Maharsyalfath, dalam Pameran Karya FeLSI 2021, Puspresnas Kemendikbud Ristek RI. (tangkapan layar: Puspresnas)

Saya mengisahkan perjalanan saya mulai masa kanak-kanak hingga sekarang remaja. Di dalam artikel itu, saya mengangkat figur seorang 'kritikus sastra' sekaligus seniman, almarhum Mukhsin Ahmadi. Ia merupakan dosen IKIP Malang, sahabat dekatnya budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan almarhum penyair WS Rendra. Ia merupakan tokoh inspirator saya dalam menulis artikel. 

Saya memanfaatkan beberapa perspektif sekaligus, termasuk menyisipkan kutipan wasiat tokoh kritikus sastra almarhum Mukhsin Ahmadi.

"Kalau sudah besar nanti kakek akan memberimu mata kuliah 7 Macam Kepribadian. Dari tatapan matamu, kakek dapat melihat bahwa kamu adalah anak yang pintar. Tapi kamu harus pergi ke sekolah agar bisa belajar bersosialisasi dan toleransi", wasiat sang 'Kritikus Sastra' julukan kakek Mukhsin Ahmadi waktu itu kepada saya yang saya tulis di Artikel Final FeLSI 2021.

Baca Juga: MaharsyAlfath, Pelajar MAN 1 Jombang Soroti Peran Generasi Muda di Konferensi Asia World

Sejatinya, wasiat kakek merupakan nasihat kepada saya supaya rajin bersekolah. Ketika itu, saya masih taman kanak-kanak. Saya sering absen, tidak masuk sekolah. Kebiasaan 'bolos' sekolah berlanjut hingga SMP, saya pun sering dipanggil ke ruang bimbingan konseling. Namun, saya mengganti pengorbanan itu dengan kegiatan positif lainnya. Saya mengeksplor hobi bermusik secara serius dan fokus. Saya setidaknya menghabiskan waktu 5 jam per hari untuk belajar audio-video melalui video YouTube.

"Ceritanya, sejak kecil saya suka bermain game action dan game musik. Saya masih teringat ketika asyik bermain game musik di ponsel milik ibu. Waktu itu banyak lagu tema game beraliran orchestra. Saya masih menghafalnya hingga sekarang. Kemudian ketika kelas empat SD, saya mulai menyukai bermain drum virtual untuk lagu metal. Inilah awal yang mengubah kesukaan saya pada musik menjadi hobi", kisah saya dalam artikel final di Pameran Karya Finalis FeLSI 2021.

Maharsyalfath mengikuti sesi coaching clinic oleh Yohanes Enggar Harususilo, Editor Kompascom di FeLSI 2021.  (dok. pribadi).
Maharsyalfath mengikuti sesi coaching clinic oleh Yohanes Enggar Harususilo, Editor Kompascom di FeLSI 2021.  (dok. pribadi).

Baca Juga: Dibuka Summer Course 2022, Ikuti Kisah Siswa MAN 1 Jombang Alumni Penerima Beasiswa YYGS Connect

Ke depan, saya sebagai musisi, komponis, dan kreator konten YouTube Flemmo Music, akan terus konsisten menggaungkan pentingnya moderasi beragama sebagai instrumen dalam menjembatani dua kelompok ekstrem liberalis versus konservatif, untuk mencegah intoleransi dan radikalisme. 

Moderasi beragama ini sangat urgen dipopulerkan kepada generasi Z demi mendukung toleransi dan perdamaian.

Baca Juga: Keren! Garap Sektor Ekonomi Kreatif, Pemuda 17 Tahun Raih Hadiah Rp75 Juta dari EWC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun