Ini sudah dibicarakan sejak lampau -- lagi-lagi saya gunakan namanya -- oleh Baudrillard, bahwa hyperreality hanyalah cara kapitalisme bertahan dengan memanfaatkan perasaan manusia.
Bukan menolak suatu keniscayaan teknologi, namun jangan beranggap bahwa program dunia virtual dibuat untuk mengatasi kemuraman hidup manusia yang tidak kunjung bahagia. Tetap saja ini hanya fromulasi ekonomi para Bos-bos agar tetap mengakar.
Di balik Metaverse terdapat asumsi ekonomi. Bukan asumsi ketidakbahagiaan manusia. Bahagia hanyalah semacam tools agar kita menerima dengan girang program ini karena Metaverse juga hanyalah tools.
Segala akses yang nantinya akan kita masuki dalam Metaverse tetaplah butuh koin yang basisnya uang. Jadi, tetap saja kebahagiaan dalam dunia virtual adalah jenis kebahagiaan transaksional.
Bahagia yang kita rasakan dalam dunia virtual hanyalah satu jenis bahagia-alienasi, yang muluk-muluk ekonomis.
So, bahagiamu itu hanyalah definisi sederhana dari alienasi.