Kita tahu, pengguna Facebook sekitaran dua miliar lebih. Sudah cukup membangun Negara virtual dengan model bagaimana saja. Anda tinggal di tempat, memakai headset Metaverse, pakaian Metaverse, lalu bertualang di dunia virtual yang sensasinya bisa dirasakan langsung oleh saraf.
Saya cuma mau ciuman saja dengan avatar Olivia Rodrigo, jika terjadi. Yes, Favorite Crime. Wahahaha...
Itulah dunia yang dibayangkan Zuckerberg.
Kamu tidak suka dengan dunia fisikmu sekarang? Punya impian tubuh ideal? Dunia ideal? Liburan ideal? Kerjaan ideal? Metaverse memungkinkannya.
Selain dunia dagang, tentunya, Metaverse juga merupakan dunia untuk kita bersembunyi dari dunia nyata yang mengalienasi, meminggirkan, dan tidak membahagiakan.
Bagaimana sensasinya jadi manusia sempurna? Ini mungkin membantu Anda bisa merasakannya. Yang, maaf, tidak punya kaki atau tangan, atau perasaan, bisa merasakan sensasi itu di Metaverse.
Itulah satu dunia untuk memenuhi kesenangan dan kebahagiaan. Dan bukannya selalu begitu? Kita bahagia dan senang saat berkhayal? Kapan lagi angan-angan jadi nyata sensasinya? Tinggal menunggu waktu proyek Metaverse jadi rampung dan saling terhubung.
Tapi ingat! Metaverse bukan untuk menolong manusia dari ketidakbahagiaannya! Ini hanya satu model sirkuit kapital; memanfaatkan keinginan sensasi bahagia kita untuk dikanal menjadi uang.
Bagaimana bisa ingin membahagiakan manusia sementara dasarnya dunia tidak nyata? Dunia tipu-tipu? Dunia yang direplika dari dunia nyata? Sementara dunia nyata sebagai sensasi nyata juga tidak bikin bahagia.
Dalam potongan wawancara film dokumenter The Social Dilemma: masyarakat yang sesungguhnya adalah masyarakat yang tergambar dalam Facebook; penuh kekacauan, saling hina, dan saling tipu identitas.
Mungkin kita bisa merasakan sensasi senang dan bahagia, dengan cara-cara virtual. Tapi tetap saja itu tidak nyata. Suatu keterjebakan pada dunia yang tidak nyata dan kebahagiaan yang tidak nyata.