Tak terasa, si bayi mungilpun lahir ke dunia. Seorang laki-laki. Kebahagiaan terpancar dari wajah wanita itu. Berharap, anaknya akan menjadi anak yang berguna bagi orang lain. Berjuta harapan dia ungkapkan untuk anaknya.
Untuk menghidupi anaknya dia meneruskan usaha si nenek, namun lagi-lagi setan menggodanya dengan rayuan-rayuannya. Siang itu datang seorang tetangga, kira-kira 500 meter dr rumahnya. Dengan gaya bahasa diplomatisnya, dengan raut wajah yang meyakinkan, dengan sedikit rayuan, dia menawarkan sebuah pekerjaan. Tak perlu keterampilan, tak perlu pendidikan tinggi, tak perlu keluar uang untuk sogokan. Pekerjaan ringan namun menghasilkan uang banyak.
Siapa yang tak tergiur dengan pekerjaan seperti itu, semua orang normal pasti ingin mempunyai pekerjaan seperti itu. Akhirnya diapun menerima ajakan tetangganya itu.
Malam itu, menjadi hari pertama dia bekerja, pekerjaaan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, namun memang dunia seperti itu pernah dia rasakan. Menjadi seorang wanita malam, menjajakan diri untuk setiap laki-laki tak tahu diri, menjual kehormatan yang selama ini diperTuhan oleh orangtua yang sudah mengusirnya. Pekerjaan yang harus dijalani, bukan tak ada pilihan lain, namun penghasilan yang menggiurkan yang membuatnya berfikir tak ada pilihan lain.
Anak laki-laki itu, tumbuh menjadi anak yang baik. Kehidupan yang dia jalani sama dengan anak-anak yang lain pada umumnya, perbedaannya dia harus menanggung beban cemoohan masyarakat sekitar menyebut dirinya sebagai anak tak punya ayah, anak seorang wanita malam. Anak laki-laki yang baru berumur enam tahun itu, belum mengerti apa yang dikatakan orang. Dia hanya tahu rutinitas sehari-hari yang dia lakukan, pagi harus berangkat sekolah dan sore hari harus belajar mengaji. Hanya itu yang dia tahu.
***
Suatu malam si anak meminta ibunya untuk menemaninya tidur. Dengan penuh kasih sayang ibunya memenuhinya. Dia ingin menjadi orangtua yang baik, orangtua yang selalu ada untuk anaknya, orangtua yang menyayangi anaknya bukan mementingkan kehormatan dan harga diri. Sambil memandangi ibunya si anak bertanya "Bunda, tadi aku disebut anak seorang wanita malam, emang bunda wanita malam yah??wanita malam itu apa bunda? Tanya si anak dengan wajah lugu.
Wanita itu kebingungan, baru pertama kali anaknya bertanya seperti itu. Namun dengan nada yang terbata-bata, wanita itu menjawab "Kan bunda kerjanya malam hari, jadi ya disebut wanita malam". Berbohong untuk menutupi kebohongan yang lain. Namun sebuah kejujuran tidak mungkin dia katakan pada anak sekecil itu. Tidaklah mungkin saat itu dia mengatakan bahwa inilah ibumu Nak...seorang pelacur yang menjajakan tubuh dan kecantikan hanya untuk mendapatkan uang.
"Oooh...begitu bunda, terus mereka juga mengatakan kalau aku tak punya ayah, memang ayah kemana bunda" Tanya anaknya lagi.
"Ayah disurga Nak..."jawab Ibunya. Lagi-lagi berbohong. Kemudian dengan wajah lugunya lagi dia bercerita.
"Bunda...tau ga...tadi ustad yang mengajar mengaji berkata kalau kita banyak dosa, kita akan masuk neraka, tapi kalau kita banyak mengingat Allah SWT maka kita akan masuk surga, berarti Ayah orang yang baik yah Bunda." Tanya anaknya lagi.