Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Langkah-langkah kecil ditengah hujan rintik-rintik malam itu masih dijalani seorang wanita setengah baya itu. Kelelahan mungkin sedang dirasakannya, "pekerjaan" yang menguras waktu, menguras tenaga, mungkin juga sangat menguras pikiran.
***
Seorang wanita yang lahir dari keluarga yang berada, berpendidikan, dan terpandang. Dunia menjadi satu-satunya tempat berpijak, tak ada tujuan lain selain itu. Hanya dunia saja. Dia anak satu-satunya, sejak kecil dia dirawat oleh dua orang perawat anak. Segala kebutuhan hidup terpenuhi, materi, pendidikan, segala macam. Hanya satu yang dia tak dapat. Kasih sayang orangtua yang dua-duanya hanya mementingkan karier semata.
Wanita itu tumbuh menjadi gadis dewasa, tetap dia tak menemukan jatidirinya, tak menemukan apa yang dia butuhkan. Orangtua tak pernah berubah sedikitpun, baginya uang sudah cukup menggantikan kasih sayang untuk anaknya. Karena hal tersebut akhirnya dia mencari kasih sayang ditempat lain. Mencari seseorang yang bisa membahagiakannya walaupun dia tak tahu apa arti 'kasih sayang' itu sebenarnya.
***
Pergaulan yang salah, tidak adanya aturan hidup, apalagi tuntunan agama, mengenal sholatpun tidak. Bahkan mungkin dia tak pernah tahu agama apa yang dia anut. Cukup miris memang, namun itulah kenyataan hidupnya. Yang dia kenal hanya obat-obat terlarang yang bisa menenangkannya, walau hanya sementara. Pergaulan dengan setiap laki-laki, gonta ganti pasangan menjadi hal lumrah baginya. Tak ada yang salah fikirnya. Sampai suatu hari diapun harus menanggung beban atas perbuatannya. Seks bebas membuatnya hamil diluar pernikahan. Kecewa???tidak....tak pernah dia merasakan itu, hampir dia tak peduli dengan hidupnya sendiri. Mungkin jika kematian pun menjemput dia saat itu, dia tak akan pernah menolaknya.
Tercoreng...menurunkan harga diri, itu yang ada dibenak orangtuanya ketika tahu anaknya harus mengandung tanpa ayah. Satu hal yang sebenarnya harus mereka analisis, apa itu harga diri, apa itu kehormatan. Bukan anaknya yang sebenarnya menurunkan harga diri, namun perbuatan dia sendiri.
Karena rasa malu, karena rasa takut kehilangan kehormatan, wanita itu akhirnya diusir dari rumahnya. Terlunta-lunta, entah harus kemana dia pergi. Namun tidak pernah ada rasa penyesalan dihatinya. Ditengah-tengah kebingungan itu, datanglah seorang nenek tua menghampirinya. Dia bertanya, apa yang terjadi. Diceritakanlah semua pengalaman hidupnya, sampai akhirnya dia harus mengandung benih laki-laki yang tidak bertanggungjawab. Entah siapa itu, terlalu banyak yang harus bertanggungjawab. Akhirnya si nenek tua itu mengajaknya tinggal bersamanya. Rumah kecil dengan pekarangan yang tidak terlalu luas. Nenek penjual gorengan, walapun kondisi badannya sudah tak memadai, namun tak ada lagi yang harus dia lakukan untuk mempertahankan sisa hidupnya. Seorang tua renta yang kini menjadi orangtuanya, nenek yang tulus menjaganya, walaupun tak ada hubungan darah sedikitpun dengannya.
Bulan berganti, tak terasa kandungannya sudah menginjak umur 8 bulan. Satu bulan lagi dia akan menjadi seorang ibu, sekaligus seorang ayah. Namun di saat itu, nenek tua yang selama ini merawatnya harus dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Baru kali ini mungkin dia merasakan apa itu kesedihan, kehilangan, ketakutan. Kesedihan kehilangan orang yang mencintainya selama ini, dan ketakutan apa dia bisa menjalani hidup tanpanya. Namun inilah kehendak-NYA.