Mohon tunggu...
Fitriyah
Fitriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas pamulang

hobby saya si lebih suka menonton film ya, entah mau itu film / drama korea pasti saya tonton tapi saya ga suka film action HAHAHAHA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adab dan Kurangnya Etika Murid terhadap Guru

7 Desember 2022   10:23 Diperbarui: 28 September 2023   01:17 6577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Guru.(Sumber: KOMPAS/CHY)

Adab adalah suatu aturan atau norma yang berkaitan dengan kesopanan yang berdasarkan aturan Agama. Sedangkan Etika adat atau kebiasan seseorang yang berkaitan dengan moral yang baik. Adab dan etika seorang murid terhadap gurunya.

Sebagai seorang murid tentu sudah sepantasnya memiliki adab serta etika yang baik dihadapan gurunya. Dengan bersikap baik, tentunya ilmu yang disampaikan oleh guru akan lebih mudah untuk diterima dan akan bermanfaat bagi kehidupan murid tersebut.

A. Adab Murid Terhadap Guru

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai seorang murid sudah sepantasnya memiliki adab yang sesuai terhadap gurunya. Dan berikut ini adalah adab yang perlu dimiliki seorang murid terhadap guru:

1. Berpakaian Rapi lagi Bersih


Seorang murid atau siswa hendaknya mengenakan pakaian yang rapid an juga bersih ketika berhadapan dengan guru. 

Sangatlah tidak pantas jika seorang siswa menghadap kepada guru dengan pakaian yang tidak rapi dan terdapat kotoran yang menyebabkan pakaian itu terlihat sangat jelek dan tidak rapi. 

Dengan berpakaian rapi lagi bersih, itu juga berarti bahwa seorang murid menghormati gurunya. Dengan begitu maka guru akan merasa bahwa muridnya tersebut sangat ,menghargainya.

2. Bersikap sopan serta santun

Saat berbicara, bertanya maupun hanya berdiri di depan guru, sudah sepantasnya seorang murid bersikap sopan. Seorang murid diharapakan bertanya dan berbicara kepada guru dengan sikap yang sopan serta bahasa yang sopan dan pantas.

Namun, saat ini sering kita jumpai murid yang bersikap seakan guru ada teman mereka yang bisa diperlakukan seenaknnya. 

Tidak sedikit murid yang bahkan memandang guru mereka dengan pandangan yang meremehkan, sehingga banyak murid yang terkesan menghina guru mereka.

3. Mendengarkan pelajaran dengan seksama

Anda pasti akan sangat jengkel ketika berbicara dengan seseorang dan orang tersebut tidak mendengarkan anda sama sekali. Hal itu tentu saja berlaku bagi seorang guru. 

Ketika seorang guru dengan susah payah menjelaskan sesuatu kepada murid dan murid bermain sendiri atau melakukan hal lain tanpa mendengarkan dan memperhatikan guru, sudah pasti guru akan merasa sakit hati.Untuk itu, seorang murid tentu harus memiliki adab serta sopan santun saat mendengarkan pelajaran. 

Jika kita mendengarkan guru dengan baik, tentu guru akan menjadi senang dan merasa dihargai dan mereka akan lebih baik dalam menyampaikan pelajaran kepada kita.

B. Etika Murid terhadap Guru 

Murid juga seharusnya memiliki etika tertentu terhadap guru mereka, di antaranya adalah:

1. Menghormati guru sebagaimana menghormati kedua orang tua

Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Untuk itu, sudah sepantasnya kita menghormati mereka sebagaimana kita menghormati orang tua. Dengan berbicara sopan, bersikap baik serta menyayangi mereka.

2. Tidak memotong pembicaraan

Seorang murid tentu saja tidak boleh memotong pembicaraan guru begitu saja. Jika memang ingin menyatakan ketidak setujuan ataupun menanyakan sesuatu, sebaiknya murid menunggu guru selesai berbicara. Kemudian menyampaikan keinginannya dengan cara yang sesuai dan sopan.

Demikian adalah penjelasan mengenai Adab dan Etika Murid Terhadap Guru. Sebagai murid tentu saja harus berlaku yang baik serta sopan terhadap guru mereka. Agar ilmu yang didapatkan juga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi murid.

Faktor-faktor penyebab siswa yang berani bersikap tak pantas terhadap gurunya:

1. Psikologis.

Secara garis besar yang menyebabkan murid menganiaya gurunya ialah masalah psikologis. Hal ini cenderung karena sifat emosional yang belum matang sehingga tidak dapat mengontrol emosi pada diri. 

Faktor psikologis ini dapat dibentuk oleh kebiasaan kekerasan yang terus menerus terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Merasa harga diri lebih tinggi juga dapat memicu diri untuk menganggap orang lain sepele dan tidak segan dengan orang lain.

2. Program pembelajaran.

Mayoritas metode program pembelajaran di Indonesia selalu mengunggulkan di bagian akademis saja sehingga pembelajaran mengenai pengembangan karakter dalam hal etika dan tata krama kurang diperhatikan. 

Pembelajaran etika dan tata krama di sekolah cenderung bersifat teoritis. Selain itu, program pembelajaran seharusnya bersifat menyenangkan dan bukan malah membebankan dan membosankan sehingga siswa kehilangan gairah dan jenuh dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar).

3. Kemajuan teknologi dan informasi.

Perkembangan teknologi dan informasi yang maju membuat pengaruh dalam pola pikir para siswa.

4. Hubungan guru dan siswa.

Banyak sekali guru yang ingin memosisikan dirinya sebagai guru yang asyik terhadap siswanya sehingga mereka bisa dicap sebagai guru yang "gaul". 

Hal ini juga baik sehingga murid bisa lebih dekat dan tidak takut dalam menanyakan suatu hal sehingga pemikiran muridnya pun dapat bebas untuk bereksplorasi. 

Namun kedekatan tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif, yakni murid tidak lagi merasa segan dan tidak lagi memandang gurunya sebagai sosok yang perlu ia patuhi.

5. Ketakutan guru.

Guru takut pada hukum dan peraturan secara berlebihan sehingga cenderung membiarkan saja ketika siswanya kurang benar. Bahkan kadang guru merasa bingung untuk berbuat ketika salah satu siswanya berulang kali melanggar peraturan. 

Tidak hanya itu, guru juga lebih takut pada orang tua, terutama pada sekolah-sekolah yang berbiaya mahal karena di sana murid adalah nasabah, sebagaimana nasabah dalam bank yang harus dihormati dan dilayani.

6. Faktor keluarga.

Faktor lingkungan keluarga juga memberikan pengaruh. Murid yang sudah terbiasa memberontak dan melakukan perlawanan kepada orang tuanya tentu di sekolah dia akan bersikap demikian. 

Selain itu ada juga kasus yang kerap terjadi para orang tua bersikeras membela anaknya jika terjadi problem di sekolah. Meskipun itu jelas salah anaknya, namun orang tua tetap bersikeras menyalahkan pihak sekolah. Dengan begitu sang anak akan semakin berani melawan gurunya.

7. Pergaulan bebas.

Pergaulan bebas merupakan efek dari moderenisasi kultur yang tidak sesuai dengan adat istiadat Indonesia. 

Hal ini akan menimbulkan sifat meniru budaya barat yang cenderung bebas tanpa ada ikatan adat istiadat yang telah lama berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 

Jika dahulu guru disegani, kini guru diserang. Perbedaan yang signifikan sangat terasa perbandingannya. Dahulu kasus yang sering terdengar guru menganiaya muridnya, tapi kini sebaliknya.

Berikut ini perbedaan murid zaman sekarang dengan zaman dahulu:

1. Murid zaman dulu.

Lebih patuh dan hormat kepada guru bahkan ketika berjalan dan berbicara senantiasa menjaga kesopanannya karena mereka sangat menyegani gurunya. 

Ketika diberitahu/dinasehati, mereka mendengarkan dan memperhatikannya dengan seksama. Memiliki rasa perhatian dan peduli kepada guru. 

Jika ada guru yang sakit, langsung beramai-ramai ke rumahnya walau jaraknya jauh. Terkadang mereka melakukan iuran bersama untuk membeli oleh-oleh. Ketika diperintah guru pun langsung mendengarkan dan bahkan malu dan takut kalau ke sekolah sebelum mengerjakan tugas tersebut. 

Siswa dulu menganggap guru adalah orang tua sehingga sangat menghormatinya, meskipun guru itu kadang keras. Mengganggap hukuman dari guru adalah pelajaran dan konsekuensi dari sebuah kesalahan. 

Apabila siswa mengadu ke orang tuanya, malah semakin bertambah hukumannya, namun ia tidak mendapat hukuman dari guru, melainkan dari orang tuanya sendiri

2. Murid zaman sekarang.

Murid zaman sekarang cenderung kurang menghormati guru, bahkan cenderung berani dan melawan serta berargumen menggunakan kata-kata negatif. Ketika diberitahu/dinasihati tidak langsung mendengar, bahkan kadang membantah. 

Kurangnya perhatian kepada guru, bahkan lebih senang kalau gurunya tidak hadir dalam proses KBM (kegiatan mengajar belajar). Ketika diperintahkan guru untuk mengerjakan tugas menggerutu dan banyak murid yang masih di bangku Sekolah Dasar meminta tolong kepada orang tua/guru kelasnya. 

Ada murid yang juga tidak malu kalau belum mengerjakan tugas dan bahkan banyak murid yang merasa bangga dan jagoan jika tidak mengerjakan tugas. 

Jikalau dihukum/diberitahu malah menantang, bahkan tidak jarang jika dihukum malah senang. Menganggap guru sebagai teman, bukan orang tua. Bahkan tak jarang ada yang panggil bukan sebagai pak guru, misalnya di beberapa sekolah SMA memanggil dengan gurauan. 

Pada hakekatnya seorang murid tidak boleh melawan dan semena-mena terhadap gurunya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun