Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seberapa Sering Kita Menghakimi Orang Lain?

2 Agustus 2018   09:23 Diperbarui: 2 Agustus 2018   12:54 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: playworld.id

Dalam hidup kita, adakalanya kita menemukan orang yang memiliki kepribadian yang unik. Unik di sini bermakna kepribadian tersebut menurut kita tidak lazim. Ketidaklaziman tersebut akhirnya membuat kita menunjukkan sikap tidak suka terhadap orang yang bersangkutan. 

Kita tidak dapat menoleransi keunikan tersebut. Kita lalu membenarkan sikap kita tersebut setelah orang-orang di sekitar kita ternyata berpendapat sama. Dampaknya, orang tersebut tidak diterima dalam pergaulan. Di mana pun ia berada, ia selalu diperlakukan berbeda. Tanpa kita sadari, kita telah menjadi pelaku diskriminasi.

Sejujurnya, saya sendiri pernah bersikap seperti ini. Beberapa waktu lalu, saya baru berkenalan dengan seseorang di lingkungan pekerjaan. Dalam hitungan menit, orang tersebut sudah bersikap nyinyir, mengatur ini dan itu seakan-akan dia adalah seorang majikan, bukan rekan kerja. 

Sikapnya itu membuat saya tercengang. Bagaimana mungkin seseorang yang baru saja bergabung dengan lingkungan yang baru bersikap demikian? Bukankah seharusnya ia mencoba beradaptasi terlebih dulu dan menghargai orang yang lebih dulu berada di lingkungan tersebut?

Saya juga pernah mengalami saat-saat pertama kali bergabung di lingkungan yang baru di mana dalam lingkungan tersebut terdapat orang-orang yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian tersebut mungkin tidak saya temui di lingkungan saya sebelumnya. Semua itu membutuhkan proses adaptasi.

Sejujurnya, saya pernah mengalami masa-masa yang sulit. Khususnya, ketika saya harus menyesuaikan diri dengan orang yang kadang-kadang membuat saya merasa tidak nyaman. Tetapi, semua kesulitan itu berlalu juga. Perlahan-lahan, saya bisa meniadakan ketidaknyamanan itu dan berusaha fokus dengan tujuan saya sebagai individu.

Pada praktiknya, memang sulit untuk menolerir seseorang yang memiliki kepribadian unik seperti yang saya sebutkan di atas. Kita kerap terbawa emosi sehingga bersikap frontal terhadap orang tersebut. Sulit rasanya untuk bekerjasama. Apa-apa yang dikatakan atau dilakukan orang tersebut bagi kita selalu keliru. 

Hal itu disebabkan tidak adanya komunikasi yang baik. Kehadiran praduga dalam pikiran kita semakin memperparah hal tersebut. Akibatnya, jangankan bergaul, melihat orang yang bersangkutan saja pun kita sudah merasa kesal duluan. He...he... he...

Jika sudah begitu, mungkin ada baiknya kita melakukan introspeksi terlebih dulu. Seberapa sering kita sering kesal dengan sikap orang lain yang menurut kita tidak seharusnya? Atau, seberapa sering kita menuduh atau berprasangka terhadap orang lain? Jika ini sering terjadi, maka waspadalah. 

Mungkin kita memang tipe orang yang terlalu mudah menyimpulkan. Pikiran kita dipenuhi kecurigaan dan tuduhan. Jika hal itu terjadi berlarut-larut, kita akan menjadi pribadi yang penuh syak wasangka.

Tanpa kita sadari, kebiasaan ini rentan menimbulkan konflik dengan orang lain. Kita akhirnya melontarkan kata-kata yang menyakitkan, bahkan cenderung arogan. Akhirnya, bukan hanya dengan orang yang berkepribadian unik saja kita tidak berkomunikasi dengan baik, melainkan "menular" ke yang lainnya juga. 

Kita jadi sulit bergaul dan diterima dalam lingkungan kita. Artinya, bukankah kita juga akhirnya "bermetamorfosis" menjadi orang yang berkepribadian unik yang tidak kita sukai pada awalnya?

Segala hal dalam kehidupan memiliki sebab dan akibat. Maka sebaiknya, hindarilah akibat yang tidak baik dengan menebarkan kebaikan. Karena kita tidak dilahirkan untuk menjadi "hakim" bagi sesama kita, melainkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Bukankah setiap orang memiliki tujuan kebaikan dalam hidupnya?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun