Pada hari minggu bertepatan pada tanggal 16 Februari 2024, Â Fitri Adi Nur Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dalam rangka program kerja Individu KKN 10 kelompok 5 melakukan kegiatan yaitu pemanfaatan limbah buah pohon palem menjadi suatu produk yaitu briket arang.
Pembuatan briket arang telah lama dikenal sebagai salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang berbahaya bagi lingkungan. Briket arang yang biasanya terbuat dari batubara, kayu, atau bahan biomassa lainnya kini semakin diperkenalkan dengan inovasi baru, salah satunya adalah pemanfaatan limbah buah pohon palem dalam proses pembuatan briket arang. Limbah buah pohon palem yang selama ini dianggap tidak memiliki nilai ekonomis, kini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif untuk menghasilkan briket arang yang ramah lingkungan.
Untuk membuat briket arang dari limbah buah pohon palem, langkah-langkah yang perlu diikuti yaitu:
Langkah pertama adalah mengumpulkan buah pohon palem yang sudah jatuh atau yang tidak terpakai sekaligus dibersihkan dengan air agar tidak tercampur dengan pasir ataupun kotoran.
Langkah kedua, limbah buah palem perlu dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau alat pengering untuk mengurangi kadar air dalam limbah buah tersebut. Proses ini penting agar proses karbonisasi berjalan dengan baik.
Selanjutnya Pembakaran Limbah buah palem yang telah dikeringkan, Limbah tersebut dimasukkan ke dalam wadah (kaleng) untuk dibakar pada suhu sekitar 400--500C. Proses ini mengubah buah palem menjadi arang yang siap untuk diproses lebih lanjut.
Setelah proses pembakaran, arang yang dihasilkan perlu dicampur dengan bahan pengikat, seperti tepung tapioka atau kanji, untuk membuat briket arang yang lebih padat dan mudah dibentuk. Bahan pengikat ini juga memberikan kekuatan pada briket agar tidak mudah hancur. Perbandingan bahan yang digunakan yaitu 3:1 (3 sendok makan arang dan 1 sendok makan tepung tapioka)untuk takaran satu briket yang akan dicetak. Untuk air secukupnya ya.
Briket yang sudah tercampur dengan bahan pengikat kemudian dicetak menggunakan alat pencetak briket. Briket tersebut kemudian dikeringkan kembali untuk menghilangkan sisa kelembapan, sehingga siap digunakan. Untuk waktu pengeringan bisa sampai 1-3 hari tergantung kondisi cuaca.
Harapan kedepannya, semoga inovasi ini terus dikembangkan oleh masyarakat sehingga bisa menjadi ciri khas desa, memaksimalkan sumber daya desa dan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat desa. Terlepas itu juga tentunya pemanfaatan limbah ini turut membantu menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi polusi yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah yang tidak terkelola.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI