Mohon tunggu...
Fitri AtikRohmatulkhasanah
Fitri AtikRohmatulkhasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa S1 Ilmu Gizi Universitas Airlangga. Saya mempunyai Hobi membaca dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rendahnya Keberhasilan Terapi Pasien Hepatitis B sebagai Penyebab Tingginya Angka Infeksi Hepatitis B

20 Juni 2022   14:11 Diperbarui: 20 Juni 2022   14:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hepatitis sendiri, sejalan dengan ungkapan WHO dalam (Trisnaningtyas, Sari, & Setyaningrum, 2017) merupakan peradangan hati yang umumnya diakibatkan oleh adanya infeksi virus. Ada sekitar lima buah virus hepatitis utama, mulai dari A, B, C, D, hingga E. 

Di antara kelima buah virus tersebut, hepatitis B sendiri menjadi sebuah infeksi serius yang proses penularannya terjadi, baik itu secara vertical pun horizontal. Proses penularan dari hepatitis B sendiri terjadi melalui cairan tubuh atau pun darah.

Kasus hepatitis B sendiri cenderung memiliki jumlah yang tinggi. Angka infeksi dari hepatitis B yang tinggi ini sebetulnya dapat dikaitkan dengan tingkat keberhasilan dari terapi pasien hepatitis B yang cenderung rendah. 

Dengan kata lain, tingkat keberhasilan terapi pasien hepatitis B ini memiliki pengaruh penting bagi angka infeksi dari kasus tersebut. Jadi, semakin tidak berhasil penanganannya, maka akan semakin meningkat pula angka pasien hepatitis B itu sendiri.

Akhir-akhir ini, kasus hepatitis menjadi masalah yang meresahkan banyak pihak. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh pihak Kementerian kesehatan, (Widyawati, 2022) menjelaskan bahwa setidaknya telah ditemukan dugaan 18 kasus hepatitis akut yang hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. 

Kasus hepatitis akut tersebut berasal dari banyak wilayah di Indonesia, mulai dari yang terbanyak ada di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah hingga 12 kasus dan sisanya berasal dari banyak daerah lainnya, seperti Sumatera, Bangka Belitung, Kalimantan, Jawa Timur, pun Jawa Barat.

Kedelapan belas kasus hepatitis tersebut terdiri menjadi beberapa klasifikasi. 9 kasus di antaranya masuk ke dalam status pending classification 7 kasus termasuk ke dalam kategori discarded, 1 kasus masuk dalam kategori probable, dan 1 kasus lainnya masih dalam tahap verifikasi.

Rentang usia dari para penderita hepatitis akut ini terdiri atas rentang usia 0 hingga 20 tahun. Dari rentang usia tersebut, kasus paling banyak terjadi pada anak berusia 5 hingga 9 tahun. 

Gejala yang ditemukan pada para pasien hepatitis akut sendiri seperti yang diungkap (Widyawati, 2022) cukup beragam, mulai dari gejala demam, nafsu makan yang hilang, merasa mual dan ingin muntah, hingga berbagai nyeri, seperti nyeri pada perut, otot, pun sendi. Selain itu, ada pula yang memiliki gejala urin yang seperti air teh, adanya warna kuning di mata dan kulit, hingga mereka yang merasa gatal-gatal.

Indonesia sendiri, seperti yang diungkapkan oleh (Kurniawan, 2021) termasuk ke dalam negara dengan prevalansi hepatitis B yang tinggi. Bahkan, tingkat tingginya sendiri termasuk ke dalam peringkat kedua di Asia Tenggara. Itulah mengapa, penanganan yang ekstra amat dibutuhkan untuk mengatasi kasus hepatitis B ini.

Biasanya, yang menjadi masalah dari timbulnya hepatitis B di Indonesia berasal dari transmisi vertical, sehingga penting sekali untuk dilakukan proses deteksi dini agar dapat mencegah infeksi kronis yang mungkin timbul. Mengingat, tidak sedikit pasien yang terinfeksi oleh virus hepatitis B ini secara vertical sewaktu mereka masih bayi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun