Scoliosis atau kelainan tulang belakang yang mengarah pada kelengkungan abnormal, sering kali tidak terdeteksi sejak dini, padahal dapat memengaruhi kualitas hidup dan postur tubuh seseorang. Di Indonesia, prevalensi skoliosis pada remaja semakin meningkat, namun kesadaran akan pentingnya deteksi dini masih rendah. Melihat kondisi tersebut, tim dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) melakukan sebuah aksi peduli melalui program School-Based Scoliosis Screening (SSS) di SMP Muhammadiyah 1 Seyegan, Sleman, sebagai bagian dari hibah riset penelitian Muhammadiyah, RisetMu.
Penelitian ini dipimpin oleh Fitri Yani, dosen Fisioterapi di UNISA Yogyakarta, yang memiliki antusiasme tinggi dalam bidang muskuloskeletal dan kesehatan postur. Penelitian juga melibatkan mahasiswa fisioterapi yang aktif terlibat dalam setiap tahap penelitian, memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam skrining dan edukasi kesehatan. Program ini bertujuan untuk mendeteksi skoliosis pada siswa usia 13-15 tahun melalui pemeriksaan menggunakan Adam's Forward Bending Test (AFBT) dengan skoliometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa (79,41%) memiliki derajat kelengkungan tubuh normal. Namun, sekitar 20% dari siswa terdeteksi berisiko tinggi dengan derajat kelengkungan lebih dari 5 derajat yang memerlukan diagnosis lebih lanjut. Selain tes fisik, program ini juga melibatkan sesi edukasi interaktif mengenai skoliosis, di mana siswa diberikan pretest dan posttest untuk mengukur perubahan pemahaman mereka.
Setelah program edukasi dilakukan, ada peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa mengenai skoliosis, dengan skor rata-rata yang meningkat sebesar 59,16%. Para siswa belajar tentang penyebab, deteksi dini, serta cara pencegahan skoliosis, yang menjadi langkah preventif penting untuk menjaga kesehatan tulang belakang mereka.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya peran sekolah, orang tua, dan tenaga medis dalam mendukung kesadaran akan postur tubuh yang sehat, terutama di kalangan remaja. Dengan bantuan RisetMu, penelitian ini berhasil memberikan dampak positif, serta membuka jalan bagi pengembangan lebih lanjut dalam deteksi dan pencegahan skoliosis di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI