Mohon tunggu...
fitrah hayati
fitrah hayati Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Melukis rasa dalam sejuta aksara

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Membesarkan Hati Anak yang Bernilai Rendah

17 Desember 2022   04:33 Diperbarui: 17 Desember 2022   04:37 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : freepik

Pekan ini anak-anak dari tingkat SD hingga SMA menerima hasil belajar yang mereka selama satu semester dalam bentuk laporan yang berisi nilai-nilai dari setiap mata pelajaran yang mereka pelajari. Hari penerimaan rapor merupakan hari yang mendebarkan bagi peserta didik dan  juga orangtua. Momen penerimaan rapor ini sangat berarti bagi siswa dan terutama oleh orangtua karena dari hasil laporan nilai belajar orangtua akan melihat seberapa pintar anak mereka. 

Tentunya  dalam peneriman rapor ada anak-anak yang berprestasi yang diberi predikat juara, ada anak yang bernilai biasa-biasa saja dan ada anak yang mempunyai nilai yang rendah. Tentu saja, kita sebagai orangtua akan kecewa jika mengetahui nilai nilai yang didapatkan si anak tidak sesuai dengan harapan kita. terkadang ada orangtua sampai memarahi anaknya setelah mengetahui hasil rapor anaknya banyak bernilai rendah.  Lebih parah lagi memberi kata kata yang menyudutkan si anak " kenapa bodoh betul ? , lihat si A dia juara nah kamu..."

Jika kita orangtua memposisikan diri kita berada di situasi yang dihadapi si anak, mungkin kita bisa merubah paradigma tentang penilaian di sekolah adalah harga mati untuk menyimpulkan anak pintar dan anak biasa saja atau anak bodoh. Anak-anak yang bernilai rendah pasti memiliki rasa kecewa dan malu terhadap teman-temannya yang lain disekolah. Jangan sampai reaksi kita terhadap apa yang diterimanya memperburuk keadaan psikis yang anak terima saat penerimaan rapor.

 Secara psikis reaksi kita sebagai orangtua saat penerimaan rapor akan mempengaruhi cara belajar mereka di semester berikutnya terutama anak yang memiliki nilai rendah. Sebelum si anak mengevaluasi cara mereka belajar mereka di semester yang lalu, orangtua juga harus mengevaluasi dalam melihat dan membantu anak dalam belajar. Apakah ada hal-hal yang telah menganggu proses belajarnya selama ini?

Membanding-bandingkan anak dengan anak lain, tentu menjadi hal yang menyakitkan bagi anak. Setiap anak dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Dikutip dari halodoc.com. ada delapan kecerdasan yang dimiliki dimiliki seorang anak atau disebut multiple Intelligence yakni :

1. Kecerdasan Spasial (Visual)

2. Kecerdasan Linguistik

3. Kecerdasan Logis

4. Kecerdasan Kinestetik

5. Kecerdasan Musik

6. Kecerdasan Interpersonal

7. Kecerdasan Intrapersonal

8. Kecerdasan Naturalistik

Dari kedelapan kecerdasan anak, setiap anak memiliki beberapa kecendrungan dari kecerdasan tersebut. Jadi ketika mendapati ada nilai anak kita yang rendah jika kita melihat dia sudah belajar keras tapi masih mendapatkan nilai rendah pada suatu mata pelajaran dimungkinkan bukan itu kecerdasan yang dimilikinya. 

Momen penerimaan rapor bisa kita jadikan sebagai penilain terhadap kecerdasan apa yang dimiliki anak kita dan memberi dukungan terhadap pelajaran apa yang disenangi oleh anak. Penilaian kita terhadap anak akan mempengaruhi cara anak menilai dirinya sendiri. tentunya sebagai orangtua kita berharap anak kita memeliki self esteem yang baik terhadap dirinya sendiri saat mereka tumbuh dewasa. 

sumber ilustrasi : freepik
sumber ilustrasi : freepik

Mungkin kita bisa memberikan kata-kata positif yang akan mendukung anak dalam mengevaluasi cara belajar mereka selama ini.  Seperti " Semester besok, kamu bisa lebih baik " , " Kalau kamu lebih rajin lagi pasti dapat nilai bagus".  Seperti diungkapkan diatas, setiap mendapatkan hasil evaluasi belajar bukan hanya anak yang mengevaluasi cara belajarnya. Kita sebagai orangtua juga harus mengevaluasi dalam memberi perhatian dan dukungan saat anak menghadapi proses belajar. saat ini gangguan belajar banyak disebabkan oleh anak kecanduan bermain handphone. kita bisa mendisiplinkan anak dalam bermain handphone atau memperbanyak waktu kita menemani anak saat mereka mengerjakan pekerjaan rumah. 

Memarahi atau memberi umpatan saat melihat nilai anak  yang tidak sesuai harapan kita tidak akan membuat perubahan yang signifikan dalam diri si anak tapi malah melukai psikis si anak.  Saat ini bisa dijadikan sebagai momen anak-anak lebih terbuka bercerita dalam kendala kendala yang mereka hadapi dalam proses belajar dan membuat pemecahan masalah bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun