Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, hubungan manusia, dan science. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kabur Aja Dulu Tradisi Sejak Boomer hingga Gen Z

20 Februari 2025   21:25 Diperbarui: 21 Februari 2025   23:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang sudah dapat bepergian ke luar negeri untuk berlibur, bekerja, atau bersekolah. Asalkan rutin menyisihkan uang dari hasil bekerja, besok sudah bisa ikut tur agen wisata ke luar negeri, bahkan ke Eropa sudah hal biasa, bukan lagi anggapan hanya orang kaya dan hebat yang bisa ke Eropa. 

Pada zaman dulu, para boomer yang berusaha mencari beasiswa untuk bersekolah ke luar negeri mengalami berbagai aral rintangan. Mereka harus membeli koran, majalah, mengakses informasi ke internet berbayar di warnet, dan sebagainya. Begitu sulitnya informasi beasiswa ke luar negeri. 

Jika boomer memang bersekolah di sekolah lokal terbaik yang bekerja sama dengan universitas luar negeri, mereka jauh lebih terpapar informasi tersebut. 

Anak perkotaan besar seperti Jakarta dan Surabaya tentu akan diteruskan kuliahnya ke luar negeri oleh orang tuanya. Urusan lulus kuliah kemudian bekerja pun bisa kembali ke perusahaan orang tuanya. Mereka sudah mendapatkan tempat terbaiknya sejak dini. Mereka juga bebas wara-wiri ke luar negeri untuk berlibur atau bekerja. Mereka mudah mendapatkan akses tersebut. Selain orang tuanya juga memiliki cukup deposit untuk menjamin anak-anak mereka selama bekerja atau belajar di luar negeri. 

Tetapi bagi mereka yang secara finansial sangat terbatas, melalui program beasiswa, jaminan hidup selama masa studi di luar negeri mendapat perlindungan dan jaminan penuh dari program beasiswa seperti LPDP. 

Pada masa kini dengan paparan digiitalisasi, informasi beasiswa bersekolah ke luar negeri sangat beragam dan terbuka lebar bagi generasi milenial dan Z. 

Apalagi saat ini negara kita memiliki Wakil Menteri Professor Stella yang mendukung penuh anak Indonesia untuk belajar ke luar negeri. Beliau mengadakan podcast membahas program beasiswa dan mengadakan program Garuda. Tentu hal ini semakin membuka lebar kesempatan anak Indonesia belajar ke luar negeri. Tips yang diberikan juga sangat membantu. 

Masing-masing negara memiliki kebudayaannya. Bekerja di Negara Jepang tentu akan berbeda budaya dengan Negara Cina. Kedua Negara ini memiliki kedisiplinan tinggi dalam bekerja. 

Negara Cina memiliki jam kerja yang panjang dengan waktu libur yang pendek. Dalam hal tata krama dan kesopanan, warga Jepang sangat menjunjung tinggi etika dan disiplin. Maka bila sudah satu kali saja berbuat salah seperti terlambat, maka akan dianggap tidak memiliki integritas. 

Orang yang memiliki karakter bebas tentu akan sulit bertahan dengan budaya junjungan etika seperti Jepang. Apalagi bekerja di Cina dengan jam kerja yang sangat panjang. Orang yang ingin bekerja di Jepang dan Cina harus siap dengan berbagai aturan baku dan tidak baku dalam kebudayaan negara tersebut. 

Hidup di negara lain memerlukan pertimbangan yang serius. Analisa segala hal yang berkaitan dengan budaya dan aturan yang diterapkan di negara tujuan. Selain mempelajari bahasa, perlu menyiapkan mental dan fisik selama tinggal di negara tujuan. Hidup di luar negeri berarti Anda akan jauh dari keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun